Ada yang mengatakan biarkan hidup anda mengalir dengan
lembut,lepas dan nikmati, karena upaya memaksa untuk dapat maju selangkah lebih
jauh tidak sepenuhnya hanya memberikan dampak positif. The Selfish Giant adalah coming-of-age yang mencoba menggambarkan
kalimat sederhana tadi, bagaimana ketika seorang remaja pria yang masih
bertumbuh dan bahkan belum begitu stabil harus masuk kedalam masalah besar
akibat keputusan yang ia ambil.
Mereka berdua punya kepribadian serupa, berjiwa bebas
dan mencoba untuk mandiri. Hal itu pula yang kemudian menyebabkan Arbor (Conner Chapman) dan Swifty (Shaun Thomas) memutuskan untuk
mulai mencari pekerjaan walaupun sesungguhnya mereka masih berada di usia
remaja yang seharusnya menaruh fokus pada pendidikan. Suatu malam disaat sedang
berjalan-jalan menggunakan kuda, mereka melihat dua pria dewasa sedang mencoba
mencuri kabel tembaga dari rel kereta api, yang celakanya justru jatuh ketangan
mereka.
Ya, dari kesuksesan tersebut tumbuh rasa percaya diri
untuk mulai belajar berdagang dengan mencari barang-barang bekas dilingkungan
mereka, apalagi Arbor dan Swifty telah menemukan seorang pria yang mau membeli
barang illegal yang mereka temukan bernama Kitten
(Sean Gilder). Namun sikap Arbor yang masih belum mampu mengendalikan
semangat besar yang ia miliki menyebabkan mulai tumbuhnya gesekan, muncul
ketegangan yang dibalik tampilan tenangnyaberpotensi merusak persahabatannya
dengan Swifty.
Clio Barnard sepertinya masih belum mau bergerak dari penggunaan
gaya realis dalam upaya menggambarkan ide yang ia miliki. Setelah tiga tahun
yang lalu menciptakan dokumenter abstrak berjudul The Arbor dengan salah satu bagian unik dimana ia menciptakan
dramatisasi dari sekumpulan orang di ruang publik hanya dengan menggunakan
sofa, kali ini Barnard kembali menggunakan warna yang sama untuk menyajikan
permasalahan sosial namun dengan cara yang lebih ringan. Ya, ini ringan,
dibangun dengan cara yang klasik, tidak ada kerumitan yang begitu kompleks dari
cara ia berjalan, namun yang menyebabkan The Selfish Giant berbeda tersimpan sebuah kenikmatan yang padat
didalamnya.
The Selfish
Giant ibarat sebuah kue tart dengan tampilan luar yang
standard namun kemudian memberikan ledakan-ledakan kecil yang menarik ketika
anda telah melahapnya. Tidak digali terlalu dalam, tidak ada dramatisasi
sentimental yang berlebihan, tema coming-of-age
itu sengaja dibiarkan terus berputar hanya pada isu utama terkait jiwa muda
yang belum mampu mengendalikan sikap dewasa yang ia miliki. Ya, ini mungkin
akan terasa seperti Fish Tank, ketika karakter muda berjuang untuk bertahan
hidup dalam kondisi belum matang sepenuhnya. Bukan isu yang baru memang, namun
ini menarik karena hal familiar itu dibangun dengan penuh percaya diri.
Sikap itu pula yang kemudian semakin mempertebal serta
memperkuat nafas natural dalam cerita. The
Selfish Giant terasa sangat alami, sangat nyata, secara perlahan dengan
cara yang halus kita seperti terjerat dalam konflik mondar-mandir yang dialami
oleh Arbor, dari motivasi yang besar, kasih saying, saling membantu, rasa iri,
hingga sakit hati. Itu semua dibalut dengan gerak cekatan, efisien, dan efektif
yang dibentuk oleh Clio Barnard
sehingga makna dari setiap scene yang ia tampilkan tersampaikan dengan baik,
sisi suram dan kejam dari strata sosial yang tidak begitu tinggi lengkap dengan
kritik implisit yang disampaikan lewat penggambaran yang berani, dari
penyiksaan, beban hidup, hingga sikap tegas dalam bertindak.
Apakah The
Selfish Giant semenarik itu? Ya, ini menarik, namun tidak berada di level
tinggi. Ini lebih terasa seperti kemasan standard yang dieksekusi dengan
memikat, terlebih dengan penampilan memukau dari Conner Chapman dan Shaun
Thomas. Conner Chapman sangat berperan besar dari keberhasilan Barnard
dalam menarik minat penontonnya pada cerita, aktor amatir ini berhasil
menghadirkan kombinasi aneh antara simpati dan rasa kesal pada karakternya,
semangat yang menggebu hingga sikap sensitif, perjuangan hidup yang bergabung
dengan ironi menghadirkan pertimbangan pada penonton.
Ya, bimbang, akan ada rasa ragu apakah layak untuk
menaruh rasa kasihan pada Arbor setelah semua kelakuannya. Hal tersebut semakin
kuat setelah menilik variabel pembanding yang hadir pada sosok Swifty, yang
juga dimainkan dengan baik oleh Shaun
Thomas, melalui perpindahan yang ia alami, begitupula dengan sikap dari
pemeran dewasa lain dalam diri Sean
Gilder terhadap Arbor. Kombinasi ketiganya menghadirkan pertarungan
segitiga lengkap dengan konflik kecil
yang padat dalam perjuangan hidup yang terus terjaga, stabil, dan fokus.
Overall, The
Selfish Giant adalah film yang memuaskan. Dengan menggunakan aksi
penjarahan yang dilakukan dua anak dibawah umur, Clio Barnard berhasil menghadirkan kritik terkait permasalahan
sosial dengan menggunakan perjuangan mengendalikan diri dari jiwa muda yang
masih bertumbuh yang dibantu dengan performa memikat dari Conner Chapman.
0 komentar :
Post a Comment