"Life is about courage and going into the unknown."
Melamun merupakan salah satu dari sekian banyak hal
mengasyikkan yang eksis dimuka bumi ini, ia bersifat personal serta penuh
kebebasan tanpa aturan dimana kita dapat menyusun, membentuk, ataupun membangun
apa yang kita inginkan dengan keterlibatan mimpi dan fantasi. Lantas bagaimana
jika lamunan itu menembus batas logika dan menjadi nyata? The Secret Life of Walter Mitty, visual eye candy with flat stories.
Walter Mitty
(Ben Stiller), seorang pria yang bekerja
di divisi negative asset pada sebuah majalah bernama Life, sedang berupaya
untuk mengenal lebih dekat salah satu rekan kerjanya Cheryl Melhoff (Kristen Wiig). Namun sayangnya Walter adalah tipe
dari seorang pemimpi yang celakanya tidak punya sikap berani mengambil aksi,
bahkan langkah pertama yang ia lakukan adalah mencoba memberikan kedipan (wink)
pada akun eHarmony milik Cheryl, dan
celakanya itu juga gagal, dan menjadi awal mula nasib malang yang menghampiri
Walter.
Life mengalami perubahan struktur kepemimpinan,
diambil alih oleh Ted Hendrick (Adam
Scott) yang ternyata ingin merubah Life menjadi media digital, yang juga
memberikan dampak pada pekerjaan Walter yang terancam di eleminasi. Tidak cukup
sampai disitu, cover edisi terkahir telah diputuskan akan menggunakan foto yang
dikirim oleh satu fotografer terkenal, Sean
O'Connell (Sean Penn). Namun foto tersebut hilang, yang kemudian memaksa
Walter untuk mencari Sean.
Adaptasi kembali dari karya James Thurber dengan judul serupa yang sudah berumur lebih dari
tujuh dekade ini pada awalnya bahkan mendapatkan predikat sebagai salah satu
petarung di ajang penghargaan perfilman, semua bermula dari trailer yang ia
lemparkan dengan berisikan sajian singkat yang kala itu berhasil menjanjikan
sebuah hiburan visual yang bukan hanya impresif namun mengundang rasa
penasaran. Trailer tersebut tidak menipu, The
Secret Life of Walter Mitty berhasil menyajikan sebuah fantasi gerak cepat
dan bebas yang diselimuti dengan kualitas teknis yang mumpuni.
Petualangan antar benua dari Greenland, Islandia, hingga Afghanistan
itu dibentuk dalam sentuhan pemandangan indah yang memanjakan mata, sukses
menghadirkan tema utama terkait lamunan kedalam bentuk sebuah arena
bagi para penontonnya untuk ikut berfantasi bersama Walter Mitty, bergerak
cekatan bersama sinematografi yang apik, editing mumpuni dengan style yang
memikat sanggup membangun setiap view bersih yang ia miliki menjadi sebuah
objek observasi pendukung yang menggambarkan betapa indahnya kehidupan diluar
sana.
Ya, itu belum menghitung score dengan nafas indie yang
membantu proses pencarian dari petualangan yang dihadapi Walter, berpotensi
besar untuk semakin mempertebal kenikmatan dari aliran cerita yang sejak awal
hingga akhir sepertinya memang sengaja dikemas oleh Ben Stiller dengan cara santai untuk menemani imajinasi visual yang mengesankan. Namun sayangnya semua kelebihan yang ia miliki di
sektor visual justru berbanding terbalik dengan cerita yang film ini tampilkan.
Sederhananya, The Secret Life of Walter
Mitty sudah lemah dari pondasi awal.
The Secret Life
of Walter Mitty merupakan film yang
bertumpu pada perkembangan dan pertumbuhan karakter utama, tapi celakanya sejak
awal Ben Stiller tidak mampu
membangun kedalaman emosi karakter yang kuat dari cerita yang disusun oleh Steve Conrad itu. Stiller berupaya
menciptakan sebuah perjalanan berisikan nafas meditasi namun justru memilih
untuk terus bermain pada tema luas. Hasilnya, bagi para penonton yang dapat
dengan mudah keluar dari jebakan hipnotis visual, kisah yang film ini tawarkan
akan terasa kehilangan kekuatan dari fokusnya, masuk kedalam aksi menunggu yang cukup menjemukan, tanpa dinamika cerita yang hidup.
Pengalih perhatian, hal tersebut sangat kental sekali
terasa di sektor cerita. Kekacauan pada aksi melarikan diri dari tekanan
kehidupan ini kerap kali mencoba melakukan tambal sulam dengan menggunakan
lelucon yang mayoritas kurang mumpuni. Disini jelas terlihat bagaimana Ben Stiller terjebak dalam ambisi
besarnya, kemasan menjadi kurang padat, rasa percaya diri yang ia miliki
sayangnya harus berkombinasi bersama kurangnya kemampuan dalam mengendalikan
cerita, tidak ada irama yang menarik, daya tarik bahkan juga pesan yang ia
usung mulai melemah setelah ledakan awal itu perlahan menghilang.
Overall, The
Secret Life of Walter Mitty adalah film yang kurang memuaskan. Pada
akhirnya The Secret Life of Walter Mitty
hanya terasa sebatas sebuah hiburan visual dari seseorang yang mencoba belajar
untuk menghargai kehidupan dan dunia di sekelilingnya, karena dari sektor
cerita ia tidak punya kualitas yang sama baiknya, tidak ada inspirasi ataupun
motivasi yang mumpuni dari upaya kombinasi antara dunia nyata yang monoton
dengan dunia fantasi yang mengasyikkan.
can't believe it just got 5,5.
ReplyDeleteman, it has a great jokes about beard and dumbledore. at least you have to give a point for that.
Lol.
Imo sih kurang menarik irama dari petualangannya, joke yang aku ingat malah hanya gag dari The curious case of Benjamin Button, selebihnya biasa. :)
Delete