"Stop opening doors that are meant to be closed."
Siapa yang tidak senang ketika sebuah film mampu
menciptakan kombinasi dari berbagai materi klasik yang pernah anda nikmati
kedalam sebuah struktur yang potensial, sebuah kisah yang walaupun predictable
namun sanggup menarik minat dan menebar rasa penasaran. But, high risk, high
return, dan film ini tidak mampu meraih hal terakhir tadi. Haunter, a cliche horror movie whose trapped in his own trap.
Lisa (Abigail
Breslin) punya kehidupan yang membosankan. Bangun di pagi hari
setelah mendengarkan suara dari saudaranya yang selalu bermain Pacman dengan
kesalahan yang sama dan bercerita tentang teman imajinasinya bernama Edgar,
menerima perintah dari ibunya, Carol
(Michelle Nolden) untuk mencuci pakaian di basement sembari kesal menerima
pertanyaan apa yang akan ia ingin lakukan untuk merayakan ulang tahunnya esok
hari dan informasi tentang ayahnya, Bruce
(Peter Outerbridge) yang belum mampu mereparasi kerusakan pada mobil
mereka, dan menerima teguran dari orang tua karena sikap ignorant yang ia
tunjukkan.
Yang menjadi masalah adalah hal-hal tadi terjadi
setiap hari, dengan cara yang sama persis terus berulang, dan hanya Lisa yang
sadar dengan hal tersebut. Ia mulai kesal dan berupaya untuk mencari tahu apa
penyebab dari perputaran rutinitas yang mereka lakukan, dari mencoba
menuntaskan rasa curiga di ruang laundry Lisa menemukan sebuah koleksi video di
loteng rumah mereka, video yang direkam ketika mereka pertama kali pindah
kesana, yang juga menjadi petunjuk awal bahwa ternyata bukan hanya mereka
berempat yang menghuni rumah yang telah menjadi masalah sejak lama itu.
Tidak ada warna baru dari genre horror disini, bahkan
apa yang coba ditawarkan oleh Vincenzo
Natali dari naskah hasil kolaborasi Brian
King dan Matthew Brian King in
dapat dirangkai dengan menggunakan berbagai film yang pernah mencuri perhatian.
Konsep utamanya sama seperti apa yang pernah ditampilkan oleh Groundhog Day, kemudian masuk kedalam
proses pencarian kombinasi antara The
Others dan sedikit warna mondar-mandir milik The Lovely Bones, kemudian dibalut dengan sedikit nafas American Horror Story. Empat nama tadi
merupakan sebuah kemasan yang kokoh, mereka disatukan, dan Haunter mampu tampil
menarik, diawal.
Ya, Vincenzo
Natali sangat sangat berhasil membangun materi klasik dengan formula standard
haunted house horror itu menjadi sesuatu yang menjanjikan dibagian awal,
bergerak lambat dan hati-hati, kita akan menemukan sebuah konflik yang mampu
mengundang rasa penasaran pada apa yang terjadi, karakterisasi yang efektif
walaupun tidak kokoh, pondasi emosi di karakter utama, harus diakui Vincenzo Natali sangat mampu meramu
narasi yang sesungguhnya sangat predictable itu kedalam sebuah sajian yang
bukan hanya menyenangkan, bahkan mengasyikkan, gerak cekatan dibantu dengan
permainan visual klise yang masih mampu menyuntikkan tensi gelap kedalam
cerita.
Sangat disayangkan kenikmatan tersebut hadir terlalu
singkat, ketika semua telah terbangun dengan baik Haunter mulai runtuh secara perlahan. Permasalahan utama terletak
pada tidak mampunya Vincenzo Natali
mengendalikan proses mengurai jawaban, tidak ada lagi dinamika yang tenang
penuh tekanan, sisi misteri mengalami degradasi frontal, hal yang juga dialami
daya tarik kisah yang mulai kelimpungan ketika berjalan. Seperti boomerang, ia menarik ketika masih
bermain di berbagai konsep tadi, namun mulai kelabakan ketika memilih untuk
berjalan dengan caranya sendiri dalam proses menuju konklusi.
Pada akhirnya permasalahan rumit penuh kilas balik
yang potensial itu berubah menjadi tumpukan konflik yang terjebak mencari jalan
keluar. Semakin parah ketika tensi dan momentum perlahan surut dari hadapan
penontonnya, meninggalkan misteri yang sudah lemah dan tidak menarik harus
berjuang seorang diri untuk membawa penontonnya menuju garis akhir dengan gerak
yang terburu-buru tanpa kendali yang mumpuni. Itu ditambah dengan Abigail Breslin yang menampilkan sisi
hitam dan putih, impresif dalam menebar misteri dalam diam, dan mulai kesulitan
di paruh kedua ketika ia mulai bermain dengan dialog dan karakter pendukung yang
lemah.
Overall, Haunter
adalah film yang kurang memuaskan. Pada bagian awal, 15 atau mungkin 20 menit
pertama, ia tampil impresif dalam merangkai berbagai materi klasik kedalam
sebuah kesatuan misteri yang mampu menarik minat penontonnya. Namun setelah itu
kita hanya akan mendapatkan sebuah petualangan membosankan dimana cerita dan
karakter berjuang sekuat tenaga hanya untuk menemukan jalan keluar. Film horror
potensial yang terjebak kedalam perangkap nya dan kesalahan klasik pada genre
horror, sangat disayangkan.
0 komentar :
Post a Comment