Apakah semua
film harus menampilkan cerita yang cerdas? No, big no, bahkan kemasan yang
bodoh, dangkal, dan klasik sesungguhnya juga layak mendapatkan atensi yang sama
besarnya, walaupun mereka riskan. Ya, riskan, karena anda sudah tahu materi dan
formulanya, dan mulai bersiap dengan memberikan perlakuan yang berbeda, menaruh
harapan utama pada bagaimana kemampuan mereka agar dapat tampil menghibur. A perfect plan (Un plan parfait) adalah
contoh yang kurang mampu menghibur, bahkan untuk ekspektasi yang sudah ditekan
seminimal mungkin.
Disaat melakukan
jamuan makan malam di kala Natal, Corinne
(Alice Pol) harus terjebak dalam sebuah kebingungan emosional yang sedang
dialami salah satu tamunya yang baru saja bercerai. Sebagai upaya untuk
memotivasi wanita tersebut, Corinne mencoba menceritakan salah satu kisah
mengenai mitos yang dianggap sebagai sebuah kutukan oleh keluarga mereka, bahwa
pernikahan pertama dari anak perempuan di keluarga mereka akan selalu berakhir
dengan perceraian. Petualangan itu dilakukan oleh adiknya sendiri, Isabelle (Diane Kruger).
Isabelle sangat
cinta kepada kekasihnya Pierre (Robert
Plagnol), pria yang ia impikan untuk menjadi suaminya. Namun kekuatan mitos
pada kutukan itu ternyata masih besar, dan Isabelle memutuskan untuk membuat
sebuah rencana yang ia anggap sempurna, pergi ke Denmark, menikahi seorang pria secara random, dan kemudian
bercerai. Celakanya ia bertemu dengan Jean-Yves
(Dany Boon), seorang editor sebuah majalah yang sedang berpetualang, pria
yang tidak diberitahu oleh Isabelle tentang rencananya, dan terlanjur jatuh
hati pada Isabelle.
Terasa sangat
jelas dampak dari hadirnya empat sosok berbeda pada divisi naskah, Yoann Gromb, Beatrice Fourneau, Phillippe
Mechelen, dan Laurent Zeitoun.
Premis yang sejak awal sudah terkesan dipaksa itu ternyata turut dibangun
dengan cara yang memaksa. Perlahan anda dapat merasakan bagaimana rasa percaya
diri yang terlalu besar mematikan daya tarik cerita, yang sejak awal berupaya
agar secara konstan dapat terus tampak kompleks. Konsep klasik dan dangkal itu
pada akhirnya tidak berhasil menjadi sebuah kemasan bodoh yang menghibur, tidak
ada dinamika cerita yang bernyawa, karakter hanya dipindahkan dari Paris, Denmark, Moscow, hingga Afrika, tanpa dibekali konflik yang
mumpuni.
A perfect plan (Un plan parfait) adalah film
pemalas yang ingin mengubah hal klasik menjadi kompleks, sayangnya tidak mampu
mengubah motivasi yang sederhana itu menjadi mumpuni. Lompatan cerita yang
mengganggu, permainan tempo yang kurang rapi, gerakan mondar-mandir antara past
dan present yang tidak memberikan dampak berarti, rom-com Prancis yang klise dan sejak awal memang tampak tidak ingin
tampil serius ini jatuh, ia lebih terasa seperti sekumpulan scene yang
dirangkai dengan sengaja agar dapat memanipulasi emosi penontonnya, agar mereka
dapat terjebak dalam kisah romantis yang hambar serta slapstick murahan yang
beberapa kali berhasil tampil lucu.
Sulit untuk
menemukan elemen mana yang menghasilkan kepuasan maksimal dari inkonsistensi
yang ia hadirkan. Ya, sulit. Un plan
parfait tidak berhasil menciptakan imajinasi dari dongeng dengan premis
konyol itu (sebenarnya sederhana, Isabelle bisa saja membayar orang kan?), dan
sensasi yang memikat dibalik label predictable yang ia miliki. Ini bahkan
terasa kaku, sejak awal hingga akhir Pascal
Chaumeil seperti tidak sadar bahwa ia terus memaksa penontonnya, mereka
seperti diharuskan untuk menelan potongan daging, dan celakanya tanpa diberikan
kesempatan untuk menikmati daging tersebut dengan mengunyah.
Lantas apakah ini
lucu? Ya, ini cukup lucu, namun dengan upaya untuk menghadirkan tawa skala
besar yang ia tampilkan pada akhirnya penonton hanya akan memperoleh senyum
kecil yang singkat. Sebagian besar dari mereka bahkan tidak datang dari cerita
yang kehilangan arah itu, melainkan kinerja Diane
Kruger. Tetap
kurang memuaskan memang, namun ada perjuangan yang menarik dalam diri Isabelle, serta sedikit chemistry menarik antara dia dan Dany Boon, yang tampil tidak begitu special. Upaya mereka untuk
menghidupkan karakternya juga patut di apresiasi, at least ada sedikit daya
tarik.
Overall, A perfect plan (Un plan parfait) adalah film yang
kurang memuaskan. Punya potensi untuk menjadi sebuah rom-com dangkal yang
menghibur, namun rasa percaya diri yang terlalu tinggi untuk tampil lebih
kompleks menyebabkan perputaran cerita yang datar bersama konflik sederhana yang bahkan sejak awal hingga akhir
tidak mengalami pergerakan yang memikat. Ini adalah petualangan dengan tujuan yang jelas namun bergerak tanpa energi.
Datar.
Screened at Festival Sinema Prancis 2013
0 komentar :
Post a Comment