"You don't know what she means to me."
Tidak dapat dipungkiri pasti ada memori kelam dari
masa lalu yang masih sangat sulit untuk anda lupakan, kebanyakan dari mereka
berasal dari benda-benda kenangan yang masih menyimpan makna dari peristiwa
tersebut. Bagaimana cara keluar dari problema tersebut? Saving Mr. Banks coba menggambarkan situasi tersebut, kisah yang
bercerita dengan sangat tenang, namun punya salah satu performa paling kuat di
tahun ini.
She’s annoying, perfectionist, dan ingin semua orang
mengikuti aturan main yang ia miliki. Namun dibalik sikap tersebut P.L. Travers (Emma Thompson) merupakan
sosok yang mengagumkan. Salah satu karyanya, Mary Poppins, bahkan sudah berulang kali coba diadaptasi oleh salah
satu sosok paling dikagumi di era 1960-an, Walt
Disney (Tom Hanks). Walt terus berupaya untuk mewujudkan hal tersebut yang
juga merupakan salah satu janji yang pernah ia berikan kepada anak-anaknya 20
tahun sebelumnya.
Momen tepat itu hadir, ketika P.L. Travers hampir
bangkrut dan mulai mempertimbangkan penawaran Walt. Ia terbang langsung dari London menuju Los Angeles untuk ikut ambil bagian dalam proses penerjemahan novel
miliknya kedalam film, semua dilakukan dalam kondisi dimana persetujuan final
yang belum disepakati. Namun masalah demi masalah mulai hadir, dari naskah,
model karakter, bahkan lagu, semua ternyata berasal dari konflik batin Travers
yang kembali terjebak dalam memori kelam dari arti sesungguhnya dibalik Mary
Poppins.
Terdapat tiga warna cerita pada Saving Mr. Banks: biography, drama, comedy, dan ketiganya sukses
menghasilkan sebuah kombinasi yang menawan. Ya, menawan, kita sudah tahu bahwa
ini adalah upaya dari Walt Disney Studios
untuk menghadirkan perjuangan dari pendiri mereka selama dua dekade terkait Mary Poppins, namun nafas tersebut tidak
begitu kental yang kemudian menyebabkan kisah ini bergerak dengan sangat
ringan. Diawal komedi memegang kendali utama, memang sedikit aneh namun selalu
ada senyuman dibalik aksi annoying yang ditampilkan oleh Emma Thompson, sebuah kecermatan yang sangat baik dari John Lee Hancock dalam menciptakan
konstruksi dari proses yang akan ia hadirkan.
Saving Mr. Banks berisikan proses yang menarik, upaya utama tadi tidak
dijadikan fokus yang selalu mencuri perhatian, namun disisi lain secara halus
penonton kemudian mulai diajak untuk menelusuri perjalanan hidup dari sosok
lain dibalik Mary Poppins, masuk
kedalam kenangan masa lalu yang dimainkan oleh Colin Farrell, Ruth Wilson, dan Annie
Rose Buckley, bermain bersama tekanan serta konflik batin yang dihasilkan
kekacauan hidup. Ya, ada dua kisah yang menciptakan alur maju mundur dengan
sinkronisasi yang memikat, proses nostalgia dari masa lalu yang bahkan banyak
membantu pergerakan, daya tarik, serta kualitas emosional dari cerita utama.
Yap, Saving Mr.
Banks sangat terbantu oleh eksekusi yang mumpuni, karena cerita yang
ditulis oleh Kelly Marcel dan Sue Smith sesungguhnya tidak begitu
kokoh akibat bertumpu pada sosok Walt, serta pergerakan mondar-mandir yang
sangat riskan. Memang sangat suka dengan cara mereka menyelipkan point-point
penting terlebih dengan cara John Lee
Hancock membentuk bagian dimana cerita mulai mengurai jawaban, begitupula cara mereka melakukan mix antara
terang dan gelap sehingga ada irama yang walaupun tidak megah namun terus mampu
mencuri perhatian. Namun perlahan kelemahan sektor cerita memberikan dampak
minus yang implisit.
Kehilangan nafas dibagian tengah, itu yang dialami
oleh Saving Mr. Banks. Iramanya
memang baik, namun tidak dengan dinamika cerita, sedikit datar. Hal tersebut
merupakan dampak dari keputusan John Lee
Hancock yang seperti hanya ingin fokus pada tema luas pada tujuan utama
mereka ketimbang mencoba menggali sedikit saja lebih dalam tanpa harus mellow.
Akhirnya potensi untuk menjadi sebuah drama yang kuat harus sirna dan hanya
tampil tenang sepanjang cerita. Tentu saja masih memikat, namun perjuangan
Disney terasa biasa, begitupula dengan trauma yang masih melekat pada P. L.
Travers. Itu pula mengapa performance dari
Emma Thompson dan Tom Hanks terasa sangat kuat.
Mungkin tidak akan berlebihan jika mengatakan bahwa Saving Mr. Banks selamat dari jurang
kehancuran karena penampilan memukau dari Emma
Thompson. Emma sukses menampilkan semua karakteristik yang ia miliki dalam
level yang kuat, dari annoying, pekerja keras, keras kepala, cerdas, hingga
temperamental. Begitupula dengan aksi dari Tom Hanks, yang dengan aman sukses
menghidupkan kembali sosok Walt Disney lewat penampilan yang kokoh. Yang
sedikit mencuri perhatian adalah keberhasilan pemeran sekunder mencuri atensi,
dari kombinasi Colin Farrell dan Annie Rose Buckley, trio Bradley Whitford, Jason Schwartzman dan BJ
Novak. Paul Giamatti dan Rachel Griffiths juga sukses menjadi
scene stealer.
Overall, Saving
Mr. Banks adalah film yang memuaskan. Ini memang solid, rapi, dan sukses
mencapai tujuan utama yang diusung sejak awal, tapi sayangnya terasa kurang
megah akibat keputusannya untuk berjalan dengan cara yang terlalu aman dan
terlalu tenang. Namun dibalik itu Saving Mr. Banks punya salah satu performa
paling memikat tahun ini pada sosok Emma
Thompson.
min boleh mnta emailnya gak?? mw tanya2 nih :D
ReplyDeleteSilahkan, pnmrory@gmail.com.
DeleteSelain advertisment akan coba saya balas. :)
Bagus sekali ulasan sinopsisnya
ReplyDelete