"Every step brings you closer to the edge."
Setiap orang
akan menemukan situasi dan momen kelam dalam hidupnya, kemudian akan berusaha
untuk melupakan kisah tersebut dan berubah, secepatnya. Ya, sikap tersebut
harus dilakukan sesegera mungkin, karena hidup anda dapat berubah hanya dalam
sekejap. Fruitvale Station mencoba
menggambarkan hal tadi kedalam kisah sederhana yang menggunakan kisah nyata
dengan balutan diskriminasi, rasisme, hingga isu sosial, kombinasi antara
proses dan ledakan.
Oscar Grant III (Michael B. Jordan), atau yang biasa
disapa Oscar, merupakan contoh dari sosok yang tidak diinginkan semua pria
terjadi pada mereka. Masih sangat muda, 22 tahun, Oscar sudah memiliki seorang
istri bernama Sophina (Melonie Diaz),
dan anak perempuan, Tatiana (Ariana Neal).
Yang menjadi permasalahan disini adalah Oscar bukanlah seorang suami yang dapat
diandalkan, bahkan hal tersebut juga sudah dimaklumi oleh ibunya, Wanda Johnson (Octavia Spencer), dari
dipecat karena sering terlambat, hingga menjadi pengedar narkoba.
Ya, penjara dan
perkelahian seperti tidak menjadi hal yang menakutkan bagi Oscar, hingga suatu
ketika ia memutuskan berubah dan ingin memulai menata kembali kehidupannya yang
telah kacau, berupaya menjadi suami, ayah, dan anak yang lebih baik lagi. Namun
ketika mulai menerapkan pola hidup baru untuk membuktikan komitmen yang telah
ia tetapkan, Oscar menemui berbagai hambatan, salah satu berasal dari masa
lalunya yang kemudian membawa Oscar masuk kedalam sebuah kisah kelam di Fruitvale
Station disaat hendak merayakan tahun baru.
Kisah yang kelam
ini sejak awal coba dibangun dengan cara yang sangat terbuka oleh Ryan Coogler, ia seperti tidak ingin
membuat film pertamanya ini menjadi sekumpulan dramatisasi yang dipermak
sedemikian rupa pada elemen teknis agar tampak halus dengan cara klasik yang
sudah sering kita temukan. Sejak awal tidak tampak upaya untuk menjadikan Fruitvale Station tampak megah, status
independent itu seperti ditekan di semua aspek pendukung yang pada akhirnya menciptakan
sebuah petualangan singkat yang terasa alami. Film ini seperti sebuah biografi
yang berani dalam warna Beasts of the
Southern Wild.
Ya, berani,
bahkan sejak awal penonton sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Oscar di
akhir cerita lewat tampilan sebuah rekaman amatir, rekaman yang asli. Benar,
asli, status tersebut pula yang tampaknya memberikan sebuah sikap waspada yang
sangat ekstra pada Ryan Coogler,
selalu menunjukkan sikap hati-hati dalam membangun cerita. Namun satu hal yang
unik perlahan kita akan merasa seperti terjerat, mulai muncul simpati, hadir
atensi pada proses rekonstruksi, intim namun tajam, dengan cara yang sederhana
cerita dan karakter terus bergerak maju secara efektif dan stabil.
Fruitvale Station memang terasa sangat stabil
dalam proses observasi dengan sedikit sentuhan studi karakter yang ia ciptakan
bagi penonton, bahkan tidak ada dinamika cerita yang bersemangat dan penuh
energi, cenderung datar hingga awal bagian penutup. Sangat fokus pada karakter,
mencoba menjadikan penontonnya tertarik sebagai upaya untuk mempersiapkan
ledakan dibagian akhir yang berpotensi besar menghadirkan sebuah penggambaran
yang menyiksa. Ya, bahkan secara tidak sadar dibagian tersebut saya terus
mengepalkan tangan seolah ingin melayangkan pukulan kepada para polisi rasial
yang bertindak brutal itu.
Tidak aneh
memang, ini menarik karena ia lebih dominan bermain di area positif, meskipun
secara keseluruhan Ryan Coogler
seperti hanya mencoba fokus untuk membangun ulang kisah Oscar, dan lebih mengandalkan
keberhasilan pesan-pesan kecil yang ia letakkan secara implisit itu kepada
kemampuan penonton untuk menggali dan meletakkan asumsi sendiri. Mereka memang
mudah ditangkap, namun yang menjadi persoalan adalah tidak ada sebuah tekanan
yang menghantui, sebuah rasa cemas yang seharusnya merupakan dampak dari
rekaman di awal tadi, padahal disisi lain ia sudah sangat berhasil menjaga isu
diskriminasi tetap menjadi fokus utama, walaupun ada isu sosial hingga politik
yang berpeluang mencuri perhatian.
Divisi akting
merupakan kekuatan utama. Sebenarnya ada sedikit kekecewaan pada cara sosok
Oscar dibangun, kurang lepas dan terlalu dominan bermain di sisi positif untuk
menarik simpati, namun performa yang kuat dari seorang Michael B. Jordan berhasil meminimalisir dampak dari nilai minus
tadi. Melonie Diaz juga berhasil
memanfaatkan kesempatan yang ia miliki untuk memberikan kontribusi positif,
namun bintang utamanya bagi saya adalah Octavia
Spencer, performa yang kuat, ada cinta dan kasih dari seorang ibu, rasa
takut, cemas, tidak sabar, menjadikannya sebagai sosok yang terasa hangat,
bahkan kehancuran emosional dibagian akhir justru banyak bersumber dari Wanda.
Overall, Fruitvale Station adalah film yang cukup
memuaskan. Kinerja Ryan Coogler yang
memikat sebagai sutradara dan penulis, akting yang kuat dari Michael B. Jordan dan Octavia Spencer, film ini akan membawa
anda kedalam proses yang berujung sebuah pertarungan emosional, walaupun kurang
seimbang dan bergerak terlalu stabil untuk film dengan tema kehancuran. Yang
pasti dengan cara yang jauh dari kesan menggurui, Fruitvale Station berhasil memanfaatkan kisah nyata tersebut untuk
mengingatkan penontonnya pada betapa berharganya setiap waktu yang mereka
miliki, karena hidup anda dapat berubah hanya dalam sekejap.
min....punya subtitle film carrie sama the spectacular now ngk?? hehehe ;-)
ReplyDeleteCarrie udah banyak kok, coba dicari aja. Kalau TSN masih belum ada.
DeleteThis comment has been removed by the author.
Delete