Ada dua tipe
pada penjual. Pertama adalah mereka yang tidak peduli dengan hal-hal minor
seperti contohnya costumer service dan hanya fokus pada tujuan utama agar
barang mereka terjual, dan selesai. Namun ada pula penjual yang tahu
bagaimana memperlakukan pembelinya dengan cara menghadirkan hal-hal menarik
sehingga pembeli menikmati proses serta apa yang mereka jual. The Counselor adalah contoh dari tipe
pertama, sebuah kemasan berantakan yang sangat mengecewakan, a big flop.
Seorang pengacara dan lebih dikenal sebagai The Counselor (Michael Fassbender) sangat mencintai tunangannya
yang merupakan seorang wanita religius, Laura
(Penélope Cruz). Ia bahkan rela terbang dari Texas menuju Amsterdam hanya
untuk memastikan bahwa permata yang akan digunakan sebagai cincin
pertunangannya memiliki kualitas terbaik. Mungkin karena tekanan pada rencana
masa depan yang telah ia susun, The Counselor akhirnya terjebak pada sebuah
ucapan saat ia menghadiri pesta yang diselenggarakan sahabatnya Reiner (Javier Bardem) dan pacarnya Malkina (Cameron Diaz).
Sumbernya adalah
Reiner, pria yang bekerja sebagai pengedar narkoba dan pemilik klub malam,
mengatakan bahwa The Counselor
sebenarnya belum memanfaatkan kekuatan dari posisi yang ia miliki saat ini. The
Counselor akhirnya memutuskan ikut bergabung dalam perdagangan narkoba, bahkan
ia menunjukkan antusiasme yang tinggi dengan meminta bantuan sahabatnya Westray (Brad Pitt) sebagai perantara.
Namun celakanya semua tidak berjalan mulus, menyebabkan keserakahan tingkat
tinggi itu merubah kehidupan The
Counselor yang awalnya sangat terkendali menjadi sangat sangat berantakan.
The Counselor adalah salah satu film paling
mengejutkan tahun ini, melirik rating berantakan dan super kacau yang ia
peroleh padahal sejak awal ia sudah dilabeli sebagai salah satu film paling
dinantikan di 2013. Ya, most anticipated, ia punya Cormac McCarthy, salah satu novelis yang dihormati peraih Pulitzer Prize, sosok yang menciptakan pondasi dasar kesuksesan dari No Country
for Old Men, yang untuk pertama kalinya mencoba terjun langsung menulis
naskah. Kemudian ada Ridley Scott,
sosok yang jika dijabarkan secara singkat adalah salah satu bagian dari
kelompok must-see directors. Dan yang
terakhir adalah jajaran cast utama yang ia miliki, sangat menjanjikan, tiga
aktor kuat Michael Fassbender, Javier
Bardem, dan Brad Pitt, serta
ditemani Penélope Cruz dan Cameron Diaz.
Namun tidak
perlu waktu lama untuk menghancurkan semua ekspektasi awal itu. Sejak awal,
sedari scene mengamati permata yang hambar itu, The Counselor sudah menunjukkan alarm dini bahwa ia akan menjadi
sebuah paket yang menjengkelkan. Premis klasik yang masih menarik itu seperti
coba dibangun agar dapat menjadi kompleks, megah, dan memukau. Celakanya terlalu
overdo, ini seperti menyaksikan sebuah dongeng filsafat dengan sentuhan unsur
crime yang dibentuk dengan berupaya menggabungkan cara berjalan dari blockbuster dan art house, terus berbicara sembari berharap penonton dapat memetik
tiap point kecil miliknya yang sayangnya tidak mampu dikemas dengan menarik
terlebih selalu berada di luar jalur utama, kemudian menghadirkan beberapa
adegan thrill yang celakanya tidak kalah hambar.
Meskipun tetap
tidak memuaskan namun cara Ridley Scott
membangun The Counselor sesungguhnya
tidak begitu buruk. Masih ada kesan rapi dan sedikit energi yang ia hadirkan di
beberapa bagian, dengan gerak yang cekatan at least sanggup mempertahankan
atensi penonton pada kisah yang sejak awal sudah tidak mumpuni, kurang bernyawa dan tanpa tujuan. Sayangnya hal tersebut tetap tidak mampu menutupi
betapa cacatnya script yang film ini miliki. Berkembang dengan cara
konvensional, Cormac McCarthy seperti
berupaya agar film ini dapat bercerita layaknya sebuah novel, ia punya beberapa
bagian besar konflik yang terpisah sangat jelas, namun kemudian di urai menjadi
lebih kecil yang celakanya tidak dibentuk dengan padat. Cormac McCarthy berpikir terlalu rumit untuk mengembangkan kisah
klasik ini.
Bagaimana
mungkin The Counselor mampu menghadirkan
makna yang lebih dalam dengan menggunakan banyak dialog abstrak jika
perpindahan antar scene dikemas cepat dalam durasi yang terlalu singkat,
berharap penonton melakukan analisa namun tidak menyediakan ruang untuk
menganalisa. Pada akhirnya apa yang The
Counselor berikan akan terasa dipaksakan, dari konflik utama tentang uang,
kekuasaan, dan seks yang terus melempem, serta tidak ada kekuatan pada daya
tarik permainan ambiguitas yang terlalu memaksa penonton untuk terus mengamati
dengan teliti, yang sesungguhnya dapat menjadi sebuah kegiatan yang menarik
andai cerita yang hadir juga terus tampil menarik, hal yang tidak dimiliki The Counselor. Cormac McCarthy seperti
tidak peduli pada sisi enjoyment penonton, ia tampak hanya punya satu misi,
bagaimana caranya agar pesan sangat sangat sederhana yang ia punya dapat
tersampaikan dengan cara yang kompleks. Gah.
Ya, dengan cara
yang standard mungkin premis itu dapat disajikan jauh lebih menarik, sederhana
dan dangkal namun point yang diusung tetap tersampaikan. The Counselor memang berhasil menyampaikan point yang ia punya,
namun cara ia berjalan sudah terlanjur menjadikan penontonnya terjebak dalam
sebuah pengamatan mondar-mandir yang menjengkelkan. Jangan
tanya apakah upaya keras membentuk emosi pada karakter berhasil menarik
simpati, mereka terasa tipis, sama tipisnya dengan narasi yang ia punya.
Sulit untuk merasa peduli, dari ruang pengakuan dosa yang seharusnya miris
namun berakhir hambar, phone sex yang
seharusnya menghadirkan gairah namun terasa hambar, hingga aksi having sex with a car yang seharusnya
lucu juga tampil hambar. Sederhananya, ini hambar.
Divisi akting
pada akhirnya menjadi korban yang bernasib serupa dengan kinerja Ridley Scott yang lebih memilih
memanfaatkan visual untuk menyelamatkan film ini. Mereka masih memikat, namun tidak dapat berbicara
banyak, pergerakan cerita yang terburu-buru menyebabkan tidak ada ruang bagi
tiap aktor untuk setidaknya memperdalam arti dari kehadiran karakter mereka
pada cerita. Kurang hadir rasa cemas dan sensitif pada Michael Fassbender, begitupula dengan Javier Bardem dengan tingkah konyol yang sulit untuk terkesan lucu. Penélope Cruz serta Brad Pitt terasa hanya seperti pemanis, punya daya tarik yang
kurang digali. Sedangkan Cameron Diaz
yang seharusnya dapat menjadi sisi gelap justru kurang sukses menghadirkan tekanan.
Overall, The Counselor adalah film yang tidak
memuaskan. The Counselor mencoba mengemas pesan tentang kapitalisme dengan
sentuhan thriller penuh misteri, namun celakanya semua lemah, tidak ada
pelajaran menarik dari pesan utama yang ia usung, tidak ada thrill yang intens
dari gerakan bertele-tele yang ia hadirkan, tidak ada daya tarik yang kuat dari
misteri yang ia suntikkan. Menyaksikan The
Counselor seperti duduk diam selama hampir dua jam mendengar seorang
sahabat terus mengoceh hal-hal yang didominasi nonsense tanpa
henti secara abstrak yang celakanya tidak ia kemas dengan cara yang menghibur.
min .....ditunggu review film hours,american hustle,all is lost sama dallas buyers club* terutama hoursnya paul walker yg rilis 13 desember nanti T_T thanks min
ReplyDeleteOke. :)
Deleteyah ..tadi nonton filmnya dan sumpah garing abizzz...
ReplyDeleteJadi yang curi cocainenya siapa? Yg bunuh Laura siapa? Motifnya apa? Kesimpulan awal brad pitt yg curi barang dan terima uang...trus uangnya di curi sama cameron diaz....trus waktu counselor terima cd dengan tulisan hola, knapa dia langsung nangis? Trus orang tua yg di telp sama counselor di mobil butut, siapa sih? maaf banyak tanya...mohon pencerahannya, udah nonton bagian perbagian, tetep gagal paham....hiks...
ReplyDelete