"Even divorced people
get remarried."
Saya tersenyum miris ketika
sedang berada di sebuah tempat perbelanjaan dan berjalan tepat dibelakang
sepasang kekasih muda yang sepertinya sedang kasmaran tingkat tinggi. Mereka
berbincang, dan si pria mungkin mencoba untuk memikat wanitanya dan tiba-tiba
berbicara dengan nada setengah berteriak, yang kemudian menjadikan kami di
baris belakang mendengar kalimat pusaka miliknya, “All you need is love.” Oh my, lol for him. Very Ordinary Couple (Yeonaeui Wondo), sebuah rom-com bernada gelap,
adalah representasi dari situasi tadi, dengan pertanyaan dimana tidak peduli
seberapa besar usaha yang diberikan, apakah sebuah relationship akan bertahan
lama hanya dengan murni mengandalkan kekuatan cinta?
Tapi suatu ketika mereka memutuskan
berpisah, dan dengan penuh percaya diri percaya bahwa masalah tersebut tidak
akan berpengaruh besar pada pekerjaan mereka. Namun berawal dari tawaran dari
manager Son (Ra Mi-Ran) untuk
memperkenalkan Young pada seorang pria, Dong-Hee mulai sadar bahwa ada sesuatu
yang tertinggal dan belum selesai dari hubungan tersebut. Begitu pula dengan
Young, ketika ia mengetahui kehadiran seorang wanita muda yang lebih cantik
darinya, Hyo-Sun (Ha Yeon-Soo), yang
menjadi awal mula gesekan saling menjatuhkan.
Peringatan dini yang harus
anda ketahui bahwa Very Ordinary Couple
bukanlah sebuah kisah romantis yang biasa. Dibalik poster manis yang ia
tampilkan, formula standard yang familiar, sejak awal penulis sekaligus
sutradara, Roh Deok, tampak tidak
ingin menjadikan film debutnya ini mempermainkan emosi penontonnya dengan nada
yang cerah. Ini justru terasa sebagai ironi dalam kisah cinta, menjadi
penggambaran dari sebuah relationship yang sudah salah sejak awal karena tidak
memiliki pondasi yang kokoh, namun juga sebuah hubungan yang mereka sebut cinta
yang sesungguhnya karena dipenuhi perjuangan dan cobaan.
Ya, hal tersebut punya
potensi mengecoh karena dibagian awal Very
Ordinary Couple akan tampak seperti kemasan klasik dari komedi romantis
pada umumnya, namun setelah itu ia berubah menjadi kisah yang jauh lebih gelap
pada elemen cerita, penuh dengan pertengkaran yang intens, saling menikam dari
belakang dengan menggunakan hal-hal dari masa lalu serta upaya untuk saling
merusak potensi bagi masa depan, hingga terjerat pada memori lama seperti akun
facebook serta obat medis. Terdengar konyol memang, namun yang menjadikan film
ini menarik adalah ia mampu membangun fakta dengan cara yang berani, lembut,
dan tampak nyata.
Tampak nyata, menyaksikan Very Ordinary Couple seperti masuk
kedalam proses berdurasi 112 menit dimana anda akan mengamati dinamika cinta
penuh ironi dari sepasang kekasih yang diakhir pertengkaran selalu lupa alasan
yang menjadikan mereka bertengkar. Irama cerita yang mengalir dengan manis dan
terasa pas itu menjadikan emosi yang ditampilkan dua karakter utama tidak
pernah terkesan dipaksakan, baik itu dalam konflik yang gelap maupun terang.
Namun disisi lain film ini juga berhasil menyentil beberapa hal yang belakangan
ini mulai menjadi hal yang umum, rasa percaya satu sama lain yang kelewat
tinggi, dari sandi akun facebook,
hingga membuat kontrak telepon seluler bersama.
Cukup kagum dengan cara dari Roh Deok mengkombinasi tiap ide yang ia
punya, mereka berhasil terlihat walaupun hanya punya porsi singkat, namun
mereka jauh dari kesan menggurui apalagi mencuri atensi penontonnya dari
konflik utama. Disini anda akan mendapatkan bagaimana hubungan yang sangat
lemah dalam menerapkan komitmen, kurangnya komunikasi dan saling kompromi,
hingga rasa takut akan melakukan kesalahan yang sama. Isu-isu yang serius tadi
dibentuk dengan cermat bersama sentuhan komedi yang walaupun tidak akan
mencapai ekpektasi yang diharapkan tetap mampu mewarnai cerita dan
menjauhkannya dari situasi membosankan.
Namun ada sedikit nilai minus
pada unsur dokumenter yang ia
terapkan (yang tidak akan saya bahas). Jika anda mampu mengesampingkan sentuhan
dokumenter yang ia punya, elemen yang berpotensi menghadirkan sedikit rasa
aneh, kemudian menaruh fokus pada konflik utama mengenai up and down dari
sebuah relationship beserta berbagai materi yang sesungguhnya sangat familiar
itu, maka Very Ordinary Couple akan
mampu membuat anda terpikat, karena ia tampil cermat, hingga akhir, kehadiran
roller coaster sebagai sarana refleksi, serta lotre dan memilih makanan di bagian
akhir itu yang berhasil menutup petualangan ini dengan pertanyaan antara 3%
atau 97%, dan mungkin dengan senyuman.
Kekuatan lain dari Very Ordinary Couple terletak pada dua
pemeran utamanya, berhasil membentuk materi klasik yang berpotensi tampil
standard itu menjadi kombinasi yang manis. Lee
Min-Ki berhasil tampil lucu dan serius lewat perawakan arogan yang yang
kadang membuat anda jengkel namun juga menaruh simpati. Begitupula dengan Kim Min-Hee, menampilkan beban batin
yang memikat, terasa nyata dalam ekpresi benci, marah, hingga cemburu. Keduanya
punya chemistry yang baik, namun seperti judul yang mereka usung tidak
membentuk karakter mereka terlalu jauh dan berlebihan.
Overall, Very Ordinary Couple (Yeonaeui Wondo) adalah film yang memuaskan.
Ia memang tidak megah, namun Very
Ordinary Couple seperti sajian penuh motivasi bertemakan cinta yang diolah
dengan implisit. Lucu, pintar, menyentuh dan punya chilling moment yang memikat, mengasyikkan dengan nada gelap, ini
membuktikan bahwa sebuah relationship tidak akan pernah bertahan lama hanya
dengan murni mengandalkan kekuatan cinta, karena cinta ibarat sebuah ragi, anda
bisa mengolahnya menjadi sebuah roti
standard, atau menjadi sebuah pizza
yang nikmat, hanya dengan cara yang sederhana, belajar.
setelah hampir 2 minggu ngk DL film sama sekali, akhirnya ada yg menarik juga :) tp syg pemainnya krg terkenal :( & kyknya ini tipikal romance2 tragis*sotoy
ReplyDeletethanks min :-*
Drama relationship penuh ironi lebih tepatnya. Thanks. :)
DeleteSaya agak bingung dgn endingnya.. yang mereka berjalan utk makan bersama.. apa dimaksudkan dgn happy ending mreka bersama? Atau bkn happy ending dan tdk akan berpacaran lg?
ReplyDeleteMemang sengaja dibuat ambigu, jadi ironi dari cinta itu tetap kuat bahkan setelah selesai, dan kamu dibiarkan memilih dari dua opsi yang imo sama-sama baik, mau di sisi 97%, atau justru ingin mereka mencoba lagi seperti lotere yang juga dibahas diakhir dan menukar posisi 3% menjadi 97%. Even divorced people get remarried. :)
Delete