Tidak peduli
seberapa kalem dan tenang perawakan yang mereka miliki, semua orang tua dapat
berubah menjadi sosok yang buas dan mematikan jika sudah berurusan dengan hal
yang menyangkut keselamatan dari anak mereka. Ya, cinta orang tua kepada anak
mereka memang tiada bandingannya, mereka akan mengorbankan serta melakukan
apapun untuk membuat anak mereka bahagia. Homefront
ingin menggambarkan hal tersebut, sajian aksi yang kental dengan nafas Stathamesque, seperti menyaksikan
kombinasi antara Sons of Anarchy dan Breaking Bad.
Maddy (Izabela Vidovic), anak perempuan
berusia sembilan tahun, memperingatkan dua teman sekolahnya yang sedang
berupaya mengganggu Maddy dengan menggunakan topi. Cukup dua peringatan, sebuah
pukulan telah melayang di perut anak laki-laki itu, dan sebuah tendangan
mendarat tepat di wajahnya. Hal tersebut membuat ayah Maddy, Phil Broker (Jason Statham) harus
menghadap guru sekolahnya Susan Hatch
(Rachelle Lefevre). Namun ternyata ibu dari si korban, Cassie Bodine (Kate Bosworth) sangat tidak terima dengan aksi
tersebut, terlebih dengan status Phil dan Maddy sebagai warga baru di kota
tersebut.
Karena tidak
percaya dengan kemampuan suaminya, Jimmy
Klum (Marcus Hester), Cassie meminta bantuan dari saudaranya yang bernama Gator Bodine (James Franco). Celakanya
Gator bukan sosok yang biasa di kota itu, ia seorang gembong narkoba, dan
kemudian mulai mengusik impian Phil yang hanya ingin hidup tenang dan bahagia
bersama anak perempuannya pasca meninggalnya sang istri, terlebih ketika Gator
menemukan celah yang dapat ia manfaatkan untuk semakin memperkuat
eksistensinya, ikut melibatkan Sheryl
Gott (Winona Ryder), Cyrus Hanks
(Frank Grillo), serta kisah masa lalu Phil pada sosok bernama Danny T (Chuck Zito).
Jason Statham, nama pria ini sudah cukup
menggambarkan tontonan apa yang akan diperoleh penontonnya dari tiap film yang
ia bintangi, kisah stereotipe yang dipenuhi dengan aksi tembak dan ledakan,
masalah yang kemudian semakin runcing dan masuk kedalam aksi kejar menggunakan
mobil, jika belum menemukan jalan keluar maka pilihan terakhir akan
diselesaikan dengan aksi tarung jarak dekat. Basi? Ya, mungkin, namun
pertanyaan utamanya adalah seberapa mampukah kemasan klasik dan standard itu
tampil menghibur, memberikan kepuasan walaupun sebenarnya penonton sudah tahu
bahwa mereka baru saja menggunakan uangnya untuk sesuatu yang sudah hadir
berulang kali.
Awalnya hal
tersebut berhasil, dimana kisah sangat sangat familiar yang ditulis ulang oleh Sylvester Stallone kedalam narasi yang
ia adaptasi dari sebuah novel berjudul Homefront
karya Chuck Logan ini at least mampu
membuat saya bergumam “wah, sepertinya menarik.” Semua berawal dari chemistry yang dibangun oleh Statham dan Izabela Vidovic, walaupun tidak kuat namun ada ruang besar yang
mampu membuat penontonnya menaruh simpati pada kisah antara ayah dan anak
perempuannya ini. Disaat layar masih didominasi mereka berdua Homefront masih
menjanjikan, sangat malah. Hal itu sepertinya juga disadari oleh Gary Fleder, yang sayangnya justru
menghadirkan sebuah blunder yang ceroboh.
Gary Fleder seperti berupaya untuk memperdalam
konflik emosi antara ayah dan anak. Celakanya ia membuat penontonnya menunggu padahal
sejak awal kita dapat dengan mudah menebak sajian apa yang akan dihadirkan di
bagian akhir oleh film dengan tipe seperti ini. Itu menyebabkan cerita kerap
kali tampak bingung kemana ia akan berjalan, hal yang kemudian menjadikan alur
sering kali berputar-putar, kurang memiliki semangat, kurang memiliki power. Homefront seperti mengingkari
keputusannya, memilih sepenuhnya menggunakan penggabungan dari berbagai formula
klasik, namun melakukan kesalahan dalam eksekusi pada upaya agar dapat tampak
sedikit berbeda, menggerus “cara” dari formula itu berjalan dengan menekan
elemen-elemen pemompa tensi, sehingga hasil yang diberikan tidak begitu
mengesankan.
Tidak hancur
memang, bahkan walaupun lemah dan tampak bodoh dibanyak bagian script karya Stallone masih dapat dimaafkan, karena
sejak awal ia sudah tampak memilih bermain aman. Namun bagaimana cara plot-plot
tadi diolah yang cukup mengganggu, asmara yang dipaksakan, musuh utama yang
seperti tidak punya tujuan, kemudian kehadiran karakter pendukung yang melempem.
Mereka tidak dibentuk dengan baik, plotline
yang sudah jelas itu kemudian akan dengan mudah terlupakan begitu saja akibat
dinamika cerita yang kurang hidup dan datar, Gary Fleder tidak cermat memanfaatkan momentum, padahal hal
tersebut sangat penting bagi kisah yang sudah berisikan materi-materi standard
dan klise.
Kesalahan lain
yang dimiliki Homefront adalah ia
tidak mampu secara konstan terus membuat penontonnya merasa tertarik. Memang
tidak berharap banyak pada cerita (ya, memenuhi ekspektasi yang rendah saja ia
tidak mampu), tapi membangun rumus yang ia gunakan agar dapat tampil
mengasyikkan saja Homefront tidak
berhasil. Ini seperti kemasan yang masih punya potensi yang selalu salah
mengambil keputusan di setiap langkah yang ia ambil, terlalu percaya diri saat
memperkuat unsur emosi agar tampak layaknya sebuah drama yang serius, namun
terasa malas dan setengah hati di elemen lain, terus bergerak dengan dibayangi
rasa gelisah.
Divisi akting
yang sedikit mengejutkan. Izabela Vidovic
adalah pencuri perhatian utama, sejak awal ia sudah menampilkan kualitas akting
yang secara bertahap terus membangun rasa peduli saya pada karakternya. Tidak
megah, namun sangat efektif, terlebih dengan chemistry yang ia bangun bersama Jason Statham, bahkan bagaimana cara
Vidovic membentuk karakternya secara tidak langsung memberikan sedikit tambahan
daya tarik pada karakter Phil, yang dimainkan Statham masih dengan cara yang ia
miliki. James Franco tidak
mendapatkan karakter yang kuat, ia jahat, kemudian lucu, terlebih tidak
memiliki tujuan utama. Begitupula dengan Winona
Ryder, pemanis yang kurang menarik. Scene stealer menjadi milik Kate Bosworth.
Overall, Homefront adalah film yang kurang
memuaskan. Gary Fleder terlalu sibuk
memperkuat sisi drama pada konflik emosional antara ayah dan anak, menghadirkan
proses menunggu tanpa disertai dinamika cerita yang hidup dan menarik, sehingga
ketika ia berakhir semuanya terasa kurang begitu mengesankan. Tidak hancur
memang, masih ada nilai plus pada chemistry antara Jason Statham dan Izabela
Vidovic yang cukup berhasil menarik simpati, namun untuk sebuah ekspektasi
yang standard Homefront tetap tidak
mampu memenuhi syarat.
0 komentar :
Post a Comment