“You hit like a
vegetarian.”
Anda tahu di
posisi terdepan film ini punya Sylvester
Stallone, anda juga tahu ia akan ditemani pria yang juga berbadan besar,
mantan Mr. Universe yang kembali
berakting setelah memimpin California
selama dua periode, Arnold Schwarzenegger,
dan itu menandakan berarti anda juga sudah tahu apa yang film ini akan coba
berikan serta kemana ekspektasi awal harus anda taruh. Escape Plan, mengerti cara menghibur penontonnya dengan cara yang
aman, sebuah kekacauan terstruktur yang cukup menyenangkan.
Ray Breslin (Sylvester Stallone), berada di
balik jeruji besi penjara dengan alasan yang cukup aneh. Berawal dari bertanya
pada sipir waktu terkini, menghitung mundur detik demi detik, terjadi sebuah
ledakan pada sebuah mobil di area parkir, dan voila, ia lolos. Breslin bukan
penjahat ulung, ia hanya seorang pria yang rela menghabiskan kehidupannya untuk
masuk kedalam penjara, melakukan observasi secara menyeluruh, dan kemudian
kabur, hanya untuk sebuah alasan sederhana, membuktikan bahwa penjara tersebut
masih memiliki kelemahan.
Kesuksesan
tersebut terus membawa buah manis, ia dan rekan bisnisnya, Lester Clark (Vincent D'Onofrio) mendapat tawaran dari CIA untuk masuk kedalam The Tomb, dengan tujuan yang sama untuk
membuktikan apakah penjara tersebut masih dapat ditembus. Celakanya kali ini ia
tidak tahu lokasi, hingga putus kontak dengan rekannya Abigail Ross (Amy Ryan) dan Hush
(Curtis "50 Cent" Jackson), kemudian bersama sosok yang baru ia
kenal, Emil Rottmayer (Arnold
Schwarzenegger) mulai menyusun rencana melarikan diri dari penjara
top-secret tersebut, yang celakanya dibangun oleh Willard Hobbs (Jim Caviezel) dengan menggunakan panduan dari hasil
kerja Breslin selama ini.
Sangat mudah
untuk mengatakan bahwa Escape Plan
tidak lebih dari sebuah kisah predictable yang menjebak dua jagoan tua dengan
upaya tunggal untuk menemukan jalan keluar tanpa sentuhan konflik pendamping
yang besar. Murni proses melarikan diri, sempit, Escape Plan sesungguhnya bahkan punya potensi untuk berakhir
memuakkan terlebih jika anda tahu bahwa ia punya durasi 116 menit, terlihat
cukup besar untuk masalah yang sederhana. Untung saja hal tersebut tidak
terjadi berkat keputusan Mikael Håfström,
yang sepertinya sejak awal sudah sepakat pada satu hal dengan duo penulis
cerita, Miles Chapman dan Jason Keller, jangan jadikan ini
terlihat pintar.
Escape Plan tidak berupaya untuk terlihat megah
karena Mikael Håfström tahu tujuan
utama anda datang menyaksikan film ini. Dibentuk dengan padat, dijalankan
dengan cara yang klasik, film ini selamat berkat kemampuan Håfström bermain
dengan momentum, yang walaupun tidak total menyeluruh hadir di setiap elemen
namun setidaknya mampu untuk tetap menjaga film ini agar tidak jatuh kedalam
jurang kehancuran. Awalnya anda akan dibawa masuk kedalam konsep yang menarik
itu dengan cara yang sedikit lambat, membangun konflik utama yang ringan, dan
setelah premis penuh materi standard tersebut telah terbentuk ia mulai
menyuguhkan sebuah narasi yang bergerak cepat, dan cukup menyenangkan.
Ya, cukup
menyenangkan, mengingat bahwa film ini hanya punya dua karakter utama yang
tipis tanpa sokongan tokoh lain yang mampu memberi tekanan, belum lagi jika
menilik hampir 75% durasi cerita mereka pakai untuk menyusun rencana, yang
dengan mudah dapat anda nilai sebagai sebuah presentasi yang berbelit-belit.
Hal utama yang menjadikan Escape Plan
terus bernafas dan tidak mati adalah fokus utama yang dari segi kualitas mampu
ia jaga dengan baik, membuat penontonnya terus sabar menanti perpindahan cerita
yang terasa halus itu dengan berlandaskan satu pertanyaan sederhana, bagaimana
cara mereka akan melarikan diri?
Namun pasti ada
resiko dari keputusan sebuah film untuk bermain di jalur yang aman, dan itu
dialami oleh Escape Plan. Ia memang
berhasil membuat pertanyaan utama terus berputar, memberikan sentuhan humor
yang dibentuk dengan manis lewat one-liner jokes yang berhasil menghidupkan
cerita ketika ia mulai terlihat stuck, sanggup menjadikan dua tokoh yang telah
lekat dengan adegan aksi sederhana mengandalkan otot untuk masuk kedalam proses
analisis penuh hal teknis tanpa kehilangan karisma mereka, dan semua dikemas
dengan cermat. Tapi seperti yang disebutkan pada bagian awal, ini terlalu aman.
Sederhananya ini
terlalu stabil, mampu menjaga momentum namun tidak sanggup menghadirkan
dinamika cerita yang mengundang decak kagum. Diluar materi kecil seperti twist
dan kemunculan dialog Schwarzenegger
dengan bahasa Jerman serta hal terkait
Muslim Arab, tidak ada lagi yang
memorable dalam level memikat. Sepertinya kesepakatan “jangan jadikan ini
terlihat pintar” tadi menghalangi film ini untuk berani bergerak sedikit liar,
yang sebenarnya sangat potensial memberi nilai positif tambahan. Tidak
mempermasalahkan dialog tapi adegan aksi kurang kuat, berbanding terbalik
dengan momen membosankan yang hadir di beberapa titik pada bagian tengah.
Dari divisi
akting tidak ada yang istimewa, anda akan mendapatkan apa yang anda harapkan.
Yang mengejutkan disini adalah Stallone
yang cukup berhasil menjadikan proses analisis itu tampak menarik, dan
meyakinkan anda bahwa Breslin adalah sosok yang pintar. Schwarzenegger kali ini sedikit bergerak kebelakang, yang walaupun
hanya bertugas sebagai penopang tetap mampu menjaga karisma serta mencuri
perhatian dari tiap bagian kecil yang berhasil ia eksekusi dengan efektif.
Pemeran lain ibarat tempelan belaka, bahkan Jim
Caviezel yang seharusnya dapat diberikan kesempatan lebih besar untuk
menebar tekanan dari sisi antagonis.
Overall, Escape Plan adalah film yang cukup
memuaskan. Ini adalah sebuah kemasan yang menghibur, semua berkat keputusan Mikael Håfström yang sejak awal sudah
membentuk Escape Plan dengan komposisi yang menyesuaikan harapan penonton,
tidak megah, namun juga tidak hancur. Walaupun begitu ini masih lebih menarik
jika dibandingkan The Expendables 2 ,
namun sayangnya masih berada dibawah The
Last Stand. Escape Plan adalah
penggambaran nyata dari popcorn movie, anda mencobanya bukan untuk membuat kenyang,
hanya untuk sebuah kesenangan singkat.
Nice review. seperti popcorn. next reviewnya gan ditunggu buat jadi pertimbangan sebelum nonton
ReplyDeleteThanks. :)
Delete