Sedikit
membingungkan untuk memulai bagian pembuka ini, karena meskipun punya beberapa
pesan dalam skala kecil yang sesungguhnya masih berada pada level cukup baik,
faktanya Cloudy with a Chance of
Meatballs 2 tidak memiliki satu hal yang kuat dan kokoh dari cerita yang ia
tampilkan, sebuah pelajaran bermakna yang kerap saya gunakan sebagai materi
pada bagian ini. Cloudy with a Chance of
Meatballs 2, murni sebuah pertunjukan visual.
Setelah
menyelamatkan dunia dari ancaman badai makanan, kebahagiaan Flint Lockwood (Bill Hader) ternyata
masih berlanjut ketika idolanya sejak masa kecil, Chester V (Will Forte), menghampirinya dan menawarkan tawaran atas
nama perusahaan Live Corp untuk
membantu membersihkan pulau yang saat itu sudah dalam kondisi sangat berantakan.
Ada satu syarat yang harus dipenuhi, seluruh warga Swallow Falls pindah sementara San
Franjose, California, termasuk tawaran bagi Flint untuk dapat menjadi
seorang penemu jika mampu menciptakan sebuah karya dalam waktu enam bulan. Tapi
tanpa mereka sadari sesuatu masih hidup di Swallow Falls.
FLDSMDFR (Flint Lockwood's Diatonic Super Mutating
Dynamic Food),
alat itu masih aktif, dan kini justru merubah makanan menjadi bintang buas yang
berbahaya. Chester V memutuskan untuk mengirim Flint kembali ke pulau untuk
mematikan sistem tersebut, yang celakanya berubah menjadi sebuah petualangan
karena kehadiran Sam Sparks (Anna Faris),
Manny (Benjamin Bratt), Brent McHale (Andy Samberg), Earl Devereaux (Terry Crews),
Steve (Neil Patrick Harris), dan ayahnya , Tim Lockwood (James Caan).
Ia memang kalah
bersaing dari kepungan Up, Coraline,
Fantastic Mr. Fox, namun empat tahun lalu Cloudy with a Chance of Meatballs berhasil menjadi sebuah hit dalam
konteks kemampuannya ia untuk bertahan di ingatan para penontonnya berkat
kegemilangan Phil Lord dan Chris Miller menghadirkan fantasi
bagaimana berbagai jenis makanan jatuh dari langit yang mereka adaptasi dari
komik dengan judul yang sama itu kedalam sebuah petualangan sederhana yang
menyenangkan, ketika seorang anak yang sangat terobsesi pada ilmu pengetahuan
dan sedang menyandang status dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya berhasil
membuktikan diri bahwa ia juga sosok yang penting dalam lingkungan tersebut.
Pertanyaannya
adalah apa yang anda harapkan dari film kedua ini? Masih sama seperti
pendahulunya, penuh warna-warni menyenangkan, atau justru berharap ada
perkembangan ke arah positif. Jika jawabannya adalah yang pertama, maka Cloudy with a Chance of Meatballs 2 akan
memuaskan anda, karena film ini akan memberikan anda sebuah sajian berdurasi 95
menit yang halus dan terasa dalam pada tampilan visual, namun jika jawaban ada
pada pilihan kedua makan bersiaplah sedikit kecewa, karena ia kurang mumpuni
dalam menerapkan hal serupa pada elemen cerita.
Cloudy with a Chance of Meatballs 2 lebih tampak
seperti upaya dari Cody Cameron dan Kris Pearn untuk menghidupkan kembali
karakter yang telah absen empat tahun itu agar kembali mencuri atensi ketimbang
sebuah penggambaran dari perkembangan cerita itu sendiri. Memang banyak
karakter dan visual yang kreatif dan imajinatif, tapi itu justru satu-satunya
keunggulan yang film ini punya, selebihnya dengan mengandalkan pola yang sama
seperti pendahulunya Cloudy 2 lebih terasa seperti pertunjukan visual belaka
tanpa sokongan cerita yang sama menariknya. Plot yang ia miliki kurang matang
untuk level yang sudah cukup dangkal itu, dengan cerita yang tidak melewati
batas toleransi kebodohan, namun tidak mampu tampil lucu, tidak mampu
menginspirasi dengan dasar utama betapa pentingnya kesetiaan dan persahabatan,
serta ilmu pengetahuan bagi kehidupan.
Kasarnya, ini
datar, dalam konteks cerita, ibarat langit dan bumi jika dibandingkan dengan
visual yang ia berikan. Dari senjata utamanya, humor, banyak lelucon tunggal
yang konsisten diterapkan oleh Cody
Cameron dan Kris Pearn, sebut
saja itu hidung yang tersangkut, N-zoo,
Saspa, hingga Steve dengan satu kata berbeda makna yang kerap menyelinap
masuk kedalam dialog. Sayangnya, tidak sampai setengah dari mereka yang
berhasil bekerja dengan baik. Humornya terasa pemalas, script yang tidak padat
untuk ukuran sebuah film animasi sekalipun, menghadirkan permainan kata untuk
menunjang tampilan visual yang berisikan banyak Foodanimal menarik, Tacodile
dan Cheesespider, Shrimpanse, hingga burung unta dalam
wujud pisang.
Kesampingkan
dahulu plot konyol dan logika yang memang tidak layak untuk hadir dalam menilai
sebuah film seperti ini, ambil sisi paling sederhana, karakter, tidak
berkembang. Tidak mengharapkan sesuatu yang begitu kompleks, tapi untuk secara
perlahan membawa penontonnya kedalam dinamika cerita yang semakin lama semakin
menarik dan akhirnya terus tertarik pada cerita saja para karakter tidak mampu.
Ya, bahkan kisah cinta Flint dan Sam yang dahulu masih mampu menjadi warna
pemanis kini hilang, semua akibat keputusan awal tadi, hanya berupaya
menjadikan Cloudy with a Chance of
Meatballs 2 agar hidup kembali dengan cara termudah, menghipnotis
penontonnya dengan tampilan visual yang menakjubkan.
Ya, ini glossy.
Warna-warni yang cerah masih mendominasi, detail yang memikat, memasukkan
buah-buahan hingga sayuran kedalam bentuk makhluk-makhluk lucu untuk mengisi
taman bermain layaknya Jurassic Park.
Hal ini yang kemudian akan memecah opini, apakah hal tersebut saja sudah cukup
bagi penontonnya untuk merasa puas? Karena akan sangat mudah mengatakan film
ini merupakan sebuah penurunan dari pendahulunya, walaupun dari divisi pengisi
suara tidak banyak mengalami degradasi sekalipun masih sama dalam hal dominasi,
merata.
Overall, Cloudy with a Chance of Meatballs 2
adalah film yang cukup memuaskan. Ini memikat, ini imajinatif, dibalut dengan
daya hipnotis yang begitu besar, tapi itu hanya anda dapatkan dari tampilan
visual yang cerah dan memikat. Sebaliknya terjadi pada cerita, terlalu lemah
untuk kategori sebuah animasi, materi klise tidak mampu tampil memikat, kurang
lucu, datar dan kurang bernyawa. Itu dia, dimana anda berada, terjebak pada
tampilan visual, atau mampu tersadar akibat cerita yang hampir menyentuh titik
membosankan.
0 komentar :
Post a Comment