Transfer Deadline Day (TDD), mungkin bukan
sesuatu yang menarik satu dekade yang lalu, namun beberapa tahun kebelakang
telah menjadi 24 jam yang menyenangkan bagi pecinta sepakbola, penuh warna
hitam dan putih dari pendukung klub penjual dan pembeli, saling ejek yang
dibarengi rasa cemas dari pengamatan transfer yang bergerak seperti bola liar.
Yap, selain sebagai momen untuk mengamati kekuatan lawan, melakukan pembenahan
minor pada tim, TDD adalah arena jual-beli layaknya pasar tradisional, saling
tawar yang intens, beli murah melawan jual mahal, tempat bermain bagi klub yang
berorientasi pada dana. Salah satunya Arsenal,
klub asal London yang sudah delapan
tahun tanpa gelar.
Benar, tidak
perlu malu, klub yang pernah menjadi kekuatan utama Liga Inggris bersama Manchester United sebelum invasi gila
yang dilakukan pengusaha Rusia dan Arab ini terakhir kali menangkat trofi
tahun 2005 silam. Membangun stadion baru dengan menggunakan sistem sponsor
tanpa bantuan “sugar daddy”, hutang
menumpuk, sistem pemakaian dana yang diperketat dalam upaya pelunasan, imbasnya
cukup besar. Membeli pemain murah, dan menjualnya kembali dengan harga mahal,
perlahan hal tersebut menjadi wajah baru Arsenal, sistem yang menjadikan mereka
dijuluki akademi sepakbola, bahkan banyak diantara pecinta bola menganggap bahwa pemain yang hijrah ke Arsenal membuat keputusan yang penuh
resiko, karena mereka masuk ke klub yang tidak memiliki ambisi juara.
Yap, “Arsenal
tidak punya ambisi juara.” Dari mana saya dapat berkata seperti itu, mari ambil
contoh rekor transfer Arsenal, £15juta, Andrey
Arshavin, tahun 2009. Benar, hanya berada dalam lingkup belasan juta pound.
Apakah dengan begitu untuk menunjukkan mereka punya ambisi juara sebuah klub
harus menghamburkan puluhan juta pound? Tidak benar, namun tidak pula salah.
Kualitas memang harus sebanding harga, namun jika cermat anda memang dapat
membeli kualitas tinggi dengan harga yang rendah. Bahkan jika menilik beberapa
tahun terakhir Arsenal sebenarnya punya skuad yang kualitasnya masih berada di
level atas. Namun bukan disitu masalahnya, melainkan mental.
Menjual pemain
bintang tiap tahun, dan mengganti mereka dengan nama-nama yang kurang begitu
terkenal, Gooners mungkin mengerti
maksud dari tindakan yang diambil Wenger tersebut, namun tidak dengan publik
umum. “Wah, cuma itu? Apakah mereka serius untuk bertarung memperebutkan gelar?
Apakah sasaran mereka hanya masuk empat besar?” Sederhana, namun
pertanyaan-pertanyaan tadi punya dampak domino yang sangat destruktif. Arsenal
tidak lagi dipandang sebagai penantang kuat untuk berlari menuju tahta juara,
bahkan ada yang menyebut bahwa Arsenal
bukan lagi klub kelas atas Liga Inggris (Hello?). Minim ambisi ini melahirkan
rasa frustasi, dari Gooners, bahkan pemain (Hi, Robin van Persie), karena meskipun punya kualitas namun Arsenal sudah tidak lagi ditakuti.
Nah, “Apakah Arsenal perlu Mesut Ozil?” Jawabnya, Ya. To be honest, kedatangan Ozil tidak
memberikan dampak yang begitu ekstrim pada perubahan kualitas skuad Arsenal,
sedikit menambah opsi pemain tengah yang berorientasi menyerang, lini yang
sejak awal tidak menjadi fokus Wenger
yang lebih memilih kiper, bek, dan seorang penyerang sebagai sektor yang akan
ia perkuat. Namun kehadiran Ozil punya fungsi lain dibandingkan sekedar
menambah kualitas, sebagai sebuah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
diatas, sebuah pernyataan tidak langsung bahwa Arsenal serius untuk masuk
kembali kedalam peta perebutan gelar juara. Pasti ada yang tertawa sembari
bergumam “hey buddy, tidak semudah itu.” namun jawabannya sederhana, “tentu buddy,
tentu semudah itu.”
Kehadiran Ozil
bukan hanya membawa nilai individu untuk menambah nilai rata-rata skuad yang
telah ada, namun dibalik itu turut menaikkan nilai para pemain lama. Mengapa?
Karena dengan menyandang label harga £42.5 juta, hampir tiga kali lipat rekor
yang pernah ia lakukan, Ozil adalah sebuah pembuktian dari Wenger bahwa ia
yakin tim yang ia bangun dengan tambal sulam sejak Emirates Stadium berdiri itu sudah punya kapabilitas untuk bersaing
dengan dua Manchester dan juga Chelsea,
ikut menciptakan sebuah sasaran tembak yang jelas, sebagai kode terselubung
darinya kepada para pemain bahwa mereka bisa bergerak lebih jauh lagi ketimbang
apa yang mereka lakukan selama ini, posisi empat besar, sebuah motivasi yang
telah lama hilang.
Apakah saya
optimis? Jika tahun lalu berada di score 75, tahun ini harapan itu berada di
angka 90. Yap, saya percaya tahun ini Arsenal
hanya perlu konsisten dalam eksekusi, karena peluang yang telah mereka bangun
beberapa tahun belakangan ini telah mencapai puncaknya. Tapi ingat, masih ada
10 yang tertinggal. Nilai tersebut berasal dari kedalaman tim di dua sektor
lain, seorang target man yang “mumpuni” sebagai pelapis dan kompetitor Giroud,
serta bek tengah pelapis tiga bek utama, Arsenal
sangat perlu ini, walaupun Sagna dan Flamini dapat beroperasi di lini
tersebut. Ya, mungkin Wenger punya rencana lain di bulan januari jika menilik
rencananya mendatangkan Demba Ba
hanya dengan status pinjaman (finger crossed, jangan ada cedera parah).
Ya, sepertinya
ini akan menjadi batu loncatan bagi Wenger, atau mungkin sebagai tanda ia telah
sadar bahwa di era sepakbola modern dengan menyajikan permainan sepakbola
yang indah dan atraktif sudah mengalami degradasi yang cukup signifikan dalam hal
penggemar. Ini pula yang menjadikan banyak Gooners pindah ke lain hati, mereka
menemukan tim yang punya ambisi, pemain bintang, hingga mereka yang telah bosan
terus menunggu selama delapan tahun terakhir. Mungkin tidak akan semahal Ozil,
namun ada keyakinan bahwa pemain lain siap datang ke Arsenal (meskipun saya
berharap transfer Ozil bukan hanya sekedar panic buy untuk menghindar dari
cecaran fans yang sudah terlanjur dijanjikan sebuah transfer besar).
Untuk pertama
kalinya dalam tiga tahun terakhir Arsenal
tidak menjual pemain bintangnya (sorry Gervinho),
mereka tidak mengurangi apa yang telah mereka capai tahun lalu, dan sejujurnya
itu sebuah pencapaian yang gemilang. Hanya menambah satu pemain bintang, dengan
harga yang dapat dikatakan Fantastis (mengingat tradisi “strict” Wenger dalam
hal transfer), memang tidak serta merta langsung menjadikan Arsenal sebagai favorit juara, namun at
least mereka melakukan apa yang selama ini hilang, motivasi dan ambisi. Arsenal
seperti macan yang bangun dari tidurnya, menjadikan seisi hutan waspada, dan
mengaum "Let's Fight!!"
In God we trust. VCC
Seep keren !!! Kemenangan berawal dari keharmonisan!
ReplyDeletemirip mr.bean
ReplyDeleteheehehehe