“Horror films often deal with the viewer's
nightmares, hidden fears, revulsions and terror of the unknown.” Empat materi
tersebut hadir di film ini, dari mimpi buruk, hadirnya kejutan, rasa takut,
sampai dengan terror dari sosok yang tidak dikenal. Singkat saja, You’re Next, film yang telah tertunda
selama dua tahun, sebuah kemasan horror yang mampu membuat penontonnya
bergembira.
Paul Davison (Rob Moran) dan Aubrey Davison (Barbara Crampton),
berencana untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka di vacation house milik
mereka di daerah Missouri. Kebahagiaan Paul dan Aubrey semakin besar ketika
mengetahui bahwa empat anak mereka dapat hadir ke acara makan malam bersama
tersebut. Anak mereka Crispian (A.J.
Bowen) datang bersama kekasihnya yang berasal dari Australia bernama Erin (Sharni Vinson). Sedangkan keesokan
harinya saudara Crispian menyusul, Drake
(Joe Swanberg) bersama istrinya Kelly
Davison (Margaret Laney), Felix
(Nicholas Tucci) bersama pacarnya Zee
(Wendy Glenn), dan Aimee (Amy
Seimetz) bersama kekasihnya Tariq (Ti
West).
Celakanya, hal
yang ditakutkan oleh Aubrey ternyata harus terjadi. Berawal dari saling ejek
skala kecil, masalah yang sensitif berubah semakin runcing, yang kemudian
menyebabkan acara makan malam itu menjadi ajang penuh kegaduhan dipenuhi nada
tinggi. Tanpa mereka sadari tidak jauh dari rumah mereka tiga orang pria
bertopeng telah mengintai dan bersiap untuk beraksi. Sebuah kejutan mendadak
langsung menempatkan keluarga Davison ke ruang sempit tanpa opsi lain,
membentengi dan bertahan didalam rumah, sembari terus berupaya mencari bantuan
lewat pesan 911 akibat sinyal yang lemah, dan tidak menjadikan mereka sadar
bahwa ada sosok lain yang siap bermain dari dalam.
Film ini mungkin
adalah kebalikan dari The Purge yang
punya ide menarik namun eksekusi yang payah. You’re Next hanya melemparkan konsep home-invasion dengan mengumpulkan satu keluarga besar yang kaya
bersama pasangan masing-masing, reuni awkward, saling ejek, dan kemudian
menggilir mereka untuk meregang nyawa, tapi dengan eksekusi yang mumpuni
berhasil tampil menarik dan terasa segar. You’re
Next seperti sebuah arena dimana terror, komedi, shocking moment, serta
teriakan-teriakan ketakutan mampu saling berkombinasi. Tentu sulit untuk
mengatakan ini tidak menyenangkan, menyaksikan sepuluh orang dalam sebuah rumah
yang dibentuk layaknya sepuluh buah kaleng yang siap dipanah secara random oleh
tiga pria bertopeng hewan.
Hal utama yang
menjadikan You’re Next tampak tidak
membawa beban begitu berat adalah keputusan Adam
Wingard yang sejak awal tidak ingin menjadikan film ini masuk ke potensi
menuju sebuah film yang pintar, membangun cerita yang ditulis oleh Simon Barrett tanpa memberikan proses
pengenalan yang berbelit-belit. Anda tahu mereka keluarga disfungsional, anda
tahu mereka terjebak, anda tahu pula disekitar lingkungan tersebut pernah
terjadi sesuatu, proses pengenalan yang berjalan sedikit lambat kemudian
langsung diganti dengan panic attack yang bergerak cepat, dan pesta dimulai.
Dengan pondasi yang kuat proses pembantaian itu dimulai, deru nafas kencang
yang mulai setia menemani kemunculan warna merah darah.
You’re Next memang bukan sebuah gebrakan baru,
namun dengan sedikit cerdik materi klasik masih mampu tampil asik. Betul,
proses survival layaknya film horror pada umumnya masih mendominasi, belum lagi
dengan permainan menggunakan nuansa sepi yang bertugas membangun jalan bagi
kehadiran kejutan ketika anda mulai merasa waspada. Plot yang sederhana,
karakternya tipis, didominasi warna datar, porsi yang tidak seimbang menjadikan
banyak diantara mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan impresi
kepada penonton, sulit untuk dikembangkan, dan kurang mampu menarik atensi.
Tapi cara film ini bergerak dengan terus menghadirkan sensasi layaknya sebuah
pesta yang semakin jauh semakin besar mampu menutupi minus tersebut. Yap, saya
bahkan baru sadar ketika film berakhir bahwa durasi yang ia punya hanya 95
menit, karena kemampuan ia menyajikan tiap bagian cerita yang bergerak cepat
itu dengan efektif.
Sayangnya ia
kerap kali terjebak dalam cerita, apakah ia ingin menjadi menyeramkan, atau
justru tampil menyenangkan dengan komedi gelapnya. Anda sebagai penonton
seperti diberi kebebasan untuk memilih apakah itu seram atau lucu, terlebih
dengan score synthesizer yang sering
kali mempertebal ambiguitas tersebut. Ketimbang menyebutnya sebagai film yang
menakutkan, You’re Next lebih layak
menyandang sebuah film yang menginspirasi dengan menghidupkan kembali referensi
dan materi-materi klasik dengan cara yang menarik, jebakan bertali dengan
menggunakan gerakan pintu, hingga bagaimana sebuah blender ternyata punya
fungsi yang tidak kalah besar dibandingkan dengan sebuah AK-47.
Yap, dibalik
mixing yang nyaman antara hitam dan putih dalam bentuk horror dan komedi, Adam Wingard juga berhasil menjadikan
anda nyaman menyaksikan permainan yang ia ciptakan, dari ikut menebak siapa
korban selanjutnya, sampai informasi tentang cara bertahan hidup dalam kondisi
seperti itu. You’re Next juga punya
beberapa tikungan yang cukup rapi, namun yang sedikit disesalkan mungkin
keputusan Adam Wingard dalam
menempatkan titik belokan tertajam yang ia miliki, terasa terlalu awal bagi
saya. Mungkin ia punya maksud untuk menciptakan ruang yang lebih besar bagi
materi lain yang berdiri setelah momen itu, namun sayangnya dari segi tekanan,
tensi, bahkan sedikit menyentuh daya tarik, semuanya mengalami penurunan yang
cukup besar.
Lantas apakah You’re Next tampil memikat tanpa minus
yang mengganggu? Tidak. Ini mungkin implisit dengan skala kecil, namun ketika
ia hadir dan berputar-putar di pikiran, ini mengganggu. Memang tidak ada hal
baru yang diberikan film ini, namun ternyata dibalik skenario yang menarik film
ini juga menyimpan dialog-dialog lemah yang dimulai ketika kekacauan telah
terjadi. Karakterisasi juga terkesan seadanya, bahkan untuk karakter kelas dua
dibawah Vinson yang menjadi ujung tombak. Dan yang terakhir adalah kualitas
serta tingkat ketegangan dari ancaman yang dilakukan para pelaku, dalam skala
100 kerap kali menyentuh nilai 30 hingga 40, lemah, terlebih ketika ia
berkombinasi dengan getaran kamera yang kuantitasnya terlalu banyak.
Dari divisi
akting, bintangnya adalah Sharni Vinson.
Ini mengejutkan, dari memberi tugas utama kepada Vinson hingga kemampuan Vinson
itu sendiri yang mampu mengontrol tugas tersebut, menjadi tangguh, antusias,
terkadang lucu, dan berhasil menjadi contoh positif dari sikap dalam menghadapi
tekanan. Sedangkan pemeran lain memiliki porsi yang tidak begitu dominan, sebut
saja Swanberg yang bertugas diawal cerita dan berhasil klik dengan A.J. Bowen dalam hal chemistry penuh
gesekan, begitupula dengan Nicholas Tucci
dan Wendy Glenn yang berhasil
menyimpan misteri yang mereka punya.
Overall, You’re Next adalah film yang cukup memuaskan.
Jika harus dinilai sebagai sebuah komedi, yang kemudian dibantu unsur horror,
You’re Next ada di posisi terdepan untuk menjadi juara di tahun ini. Namun jika
itu dibalik, Horror yang diberikan sedikit sentuhan komedi, You’re Next bukan
pemenang. Menyenangkan? Ya. Menyeramkan? Big No. It’s not creepy, it’s survival thriller party.
ceritanya mirip2 the strangers ya
ReplyDeletesuka deh baca review disini reviewnya cerdas :)*mirip pengamat film hehehehe
@kate ryder jamieson: Betul, konsepnya sama.
ReplyDeleteAh, hanya rangkaian pikiran kotor yang mencoba jujur dan objektif, masih belajar kok. Thanks. :)