Seorang teman
pernah berkata pada saya yang intinya, “aku ingin kelak sebelum mengakhiri
hidup, mati ataupun itu kiamat, berkumpul bersama orang-orang yang aku cintai
dalam suasana damai.” Tentu sebuah harapan indah yang di inginkan banyak orang,
namun garis finish itu tidak dapat diprediksi kapan akan datang, dan enam pria
ini harus menerima fakta menghadapi ajal mereka dengan berkumpul bersama dalam
sebuah rumah yang dipenuhi masalah. This
Is the End, dengan premis sederhana mampu menghadirkan kekacauan yang gila.
Semua bagian
divisi akting memerankan dirinya sendiri. Berawal dari Jay Baruchel yang datang ke Los
Angeles untuk mengunjungi sahabatnya Seth
Rogen, namun kemudian diajak untuk datang ke acara pesta syukuran rumah James Franco. Celakanya aktivitas yang
terjadi didalam rumah tersebut ternyata tidak cocok dengan Jay, meskipun disana
hadir banyak selebritis, dari Jonah Hill,
Christopher Mintz-Plasse, Michael Cera, Craig Robinson, Rihanna, Mindy Kaling,
Martin Starr, Aziz Ansari, Kevin Hart, Jason Segel, David Krumholtz, Emma
Watson, sampai Paul Rudd.
Jay mulai gerah
dan mencari cara agar dapat keluar, memutuskan pergi membeli rokok bersama
Rogen. Tapi sesuatu yang sangat buruk terjadi ketika mereka berada didalam mini
market. Bumi berguncang, timbul ledakan, tabrakan, dan kepanikan disekitar
mereka, namun yang paling mengejutkan tiba-tiba muncul cahaya biru dari langit
yang membawa beberapa pembeli keatas tanpa jejak. Ikut panik, mereka memilih
kembali ke rumah Franco, yang anehnya saat itu masih aman. Ya, saat itu, karena
berikutnya giliran mereka tiba, dan tinggal menyisakan Franco, Rogen, Jay,
Jonah, Craig, serta tamu tak diundang Danny
McBride, berjuang bersama untuk dapat bertahan hidup.
Alur ceritanya
secara mengejutkan cukup ramai di balik premis sederhananya yang gila itu,
dimana anda akan lebih banyak bertemu dengan aksi survival dengan kemungkinan
berhasil dan gagal yang sama besar untuk tampil menghibur. Saya lebih senang
menyebut bagian tengah This Is the End
sebagai sebuah kekacauan yang kacau, materi-materi yang murni untuk menciptakan
arena bermain bagi enam tokoh tanpa memiliki usaha lain untuk menjadikan cerita
secara konstan terus mengalami pergerakan. Yap, ia kerap kali stuck, helicopter
crash, bermain dengan pistol, debat milky way, bermain sepakbola yang ekstrim,
hingga getting hi with gangnam style,
itu masih menarik, namun setelah itu tidak, mencari sumber air, pertengkaran
berawal dari persoalan ejakulasi, hingga telling God you from Moneyball, tidak bekerja dengan baik.
Benar, setelah
dibuka dengan menarik dan berhasil mengembangkan Jay and Seth versus the Apocalypse karya Jason Stone menjadi lebih besar, seperti ada yang hilang dari This Is the End dibagian tengah. Tidak
begitu mempermasalahkan tentang tujuan utama ia apa, tapi yang paling sederhana
saja dimana hendak menggambarkan kehancuran dunia ia kurang berhasil. Mungkin
konsepnya sendiri adalah Sodom dan Gomora versi modern, bagaimana sebuah
kota penuh kemewahan, dipersempit lagi menjadi rumah yang dipenuhi kalangan
terkenal, harus hangus terbakar di penghujung dunia. Namun ide tersebut
ternyata dibangun terlalu jauh dari batas aman oleh Seth Rogen dan Evan Goldberg,
hasilnya ia kerap tampil terlalu berlebihan yang celakanya tidak semua menarik.
Ceritanya memang
tidak datar, dimana Seth Rogen dan Evan Goldberg tahu apa saja pilihan
tepat dalam membentuk konflik-konflik pendukung, tapi tidak berhasil bermain
dalam susunan konflik yang bukan hanya menarik namun juga stabil. Mengandalkan
tekanan apocalypse hadir sebuah
keraguan dalam persahabatan, lahirnya aliansi, nafas-nafas pengkhianatan,
hingga warna pemerkosaan, melengkapi script
yang didominasi kata-kata sumpah kotor hingga vulgar. Materi tadi punya potensi
untuk semakin membantu mereka dalam menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada
anda ketika menjelang kiamat, tapi faktanya beberapa diantara mereka diolah
dengan salah sehingga lebih tampak sebagai sebuah gimmick.
Sumber
masalahnya berasal dari keputusan Evan Goldberg
dan Seth Rogen memasukkan Michael Cera, memberikan ia materi yang
sederhana, berhasil dieksekusi oleh Cera dengan sangat baik dengan mampu
membuat karakternya menarik perhatian, ikut menciptakan standar lucu bagi
cerita, dan setelah itu dengan mengejutkan langsung mendepak Cera tidak jauh
dari garis start. Sebagai sebuah memorable character mungkin ia berhasil,
sangat malah, namun imbas yang ia hasilkan kepada cerita cukup besar,
menjadikan kekacauan yang diciptakan enam sekawan itu seperti tampak biasa
saja, hit-and-miss dalam porsi yang sama banyaknya, bahkan beberapa dari mereka
terasa hambar.
Ringan, sesak,
banyak komedi yang lebih mengandalkan materi masa lalu untuk tampil lucu. The Green Hornet, Your Highness, Hermione,
Spider-Man, 127 Hours, hingga Moneyball,
mereka masuk kedalam cerita, dan memadatkan premis utama yang justru terasa
seperti sebuah blunder. Pergerakan yang cepat diawal mulai hilang dan diganti
alur lambat, perputaran masalah yang tampak malas, menggerus enjoyment dan
tidak berakhir di titik tertinggi. Saya suka dengan ide utama bahwa yang baik
pasti selamat dengan sentuhan prosesi pengangkatan bersama cahaya biru itu,
namun hadir di akhir cerita elemen itu tidak cukup mampu untuk menekan film ini
keatas untuk mencapai potensinya.
Mungkin karena
di kehidupan nyata mereka telah berteman satu sama lain, sehingga chemistry bromance dari divisi akting
terasa mumpuni. Sayangnya mereka lebih sering bekerja sebagai sebuah tim besar,
dan konflik kecil tidak digali lebih dalam. Hasilnya mayoritas yang merek
berikan berada di level ambigu, beberapa baik dan beberapa kurang menarik,
bromance yang lemah, hingga rasa bingung apakah mereka mau tampil lucu atau
mereka takut? Satu-satunya yang impresif dan mungkin akan dikenang lebih lama
ketimbang keseluruhan paket itu sendiri adalah performa Michael Cera yang
menjadi salah satu elemen memorable bersama I
Will Always Love You dan Everybody
(Backstreet’s Back).
Overall, This Is the End adalah film yang cukup
memuaskan. Kegilaan yang ia hadirkan memang terasa nikmat, bahkan menghipnotis, dan akan menjadikan beberapa penonton tidak begitu mempermasalahkan
kelemahan yang ia punya setelah bagian pembuka secara kualitas. Namun ketika
mereka klik pada fakta bahwa ada sesuatu yang hilang di pertengahan cerita maka
hasilnya akan berbeda. This Is the End
adalah kemah singkat menjelang kiamat yang ringan dan cukup menyenangkan.
Funny, namun tidak super. Spoiler: Channing Tatum, enough.
yg atas itu jonathan rhys meyers ya?*kucek2 mata
ReplyDelete