"If you don't want me to steal your heart, lock me up and keep us both apart."
Masalah adalah
makanan bagi orang dewasa, sedangkan bersenang-senang adalah pekerjaan anak
muda. Manusia terbagi dalam dua kelas, dewasa dan tidak dewasa, bukan dalam
konteks dengan tolak ukur usia, namun lebih kepada bagaimana sistem yang mereka
terapkan dalam menjalani serta membangun kehidupan. Pertanyaannya adalah
dapatkah dua insan dengan sistem yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh? A Teacher, impressive performance, efisien, efektif, terlalu
singkat.
Diana Watts (Lindsay Burdge), wanita muda
yang cantik, berprofesi sebagai guru yang memperoleh banyak cinta dari
murid-muridnya karena kemampuan Diana dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar yang friendly dan menyenangkan. Namun celakanya keputusan Diana untuk
tidak menciptakan tembok yang tinggi antara guru dan murid tersebut telah
menciptakan celah yang memberikan kesempatan bagi muridnya untuk jauh lebih
dekat lagi dengannya, yang ternyata dimanfaatkan oleh Eric Tull (Will Brittain) dengan jalur yang berbeda.
Tampan dan muda,
Eric berhasil menarik atensi Diana, tidak hanya dalam hal akademis namun juga
bergerak lebih jauh ketika mereka berada diluar lingkungan sekolah. Diana dan
Eric menjalin hubungan awkward itu, relationship seorang guru dan murid,
menikmati cinta mereka sembari terus bersembunyi dari publik. Benar, itu adalah
ancaman paling besar, bagaimana jadinya jika hubungan “terlarang” itu tidak
lagi menjadi rahasia. Anehnya cara mereka berbeda dalam menghadapi hal
tersebut, yang kemudian menciptakan tekanan bagi Diana, antara tanggung jawab
profesi dan nafsu duniawi.
Menggunakan
kisah cinta terlarang yang dibangun dengan menaruh fokus utama pada salah satu
karakter, A Teacher adalah sebuah
presentasi yang sangat sederhana sebenarnya, tapi mampu menerjemahkan apa yang
ingin ia sampaikan dengan tepat sasaran, tidak mau berlama-lama dengan banyak
menampilkan materi basa-basi. Ada sebuah problem sederhana bagi dua karakter,
diberikan kuantitas beban dan bahaya yang sama, namun punya kualitas yang
berbeda, berjalan di jalur yang berbeda pula, menjadikan durasi 75 menit yang
ia miliki sebagai sebuah petualangan singkat yang berisikan observasi padat dan
menarik.
Yap, sangat suka
pada cara Hannah Fidell membangun
film ini. Fidell fokus pada misi utamanya, membangun cerita yang gelap
berisikan hubungan asmara yang dalam, bukan untuk menjadikan anda mengerti pada
kekuatan cinta dalam konteks positif, melainkan sebaliknya bagaimana jika
kekuatan cinta yang terlalu besar kemudian menciptakan masalah yang dapat
mengancam jiwa anda. Ada control, ada kenekatan dalam perjuangan, ada bahaya
yang mengancam, di isi dengan dialog-dialog natural yang tidak dipaksakan,
dibalut bersama beberapa materi canggung yang punya kekuatan cukup untuk
menghantui dalam proses perenungan bagi penonton.
Salah satu
pilihan tepat yang dilakukan oleh Fidell adalah bagaimana ia menggunakan sudut
pandang karakter dewasa, memberikan ruang yang cukup leluasa bagi penonton
untuk ikut mengamati Diana, berjalan bersama rasa takut dan cemas dari
perbuatan yang ia tahu itu salah namun masih tetap ia lakukan, dibalut dengan
ancaman dari akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu, pekerjaannya,
reputasinya sebagai guru favorit, hingga rasa malu terhadap keluarga, teman,
dan rekan kerjanya sesama guru. Tidak tahu mengapa, konflik yang sempit itu
justru punya daya cengkram yang kuat.
Sebenarnya
keberhasilan film A Teacher tampil
memikat lebih kepada faktor keberhasilan kedua aktornya menggambarkan
permasalahan mereka, membawa penonton merasakan permainan emosi yang mereka
alami, dan itu juga banyak terbantu sentuhan visual yang mumpuni, jogging yang
intens ditemani pandangan kosong, dikombinasi dengan cinematography dan score sumbang yang
menghantui. Namun jika menilik sisi script, film ini cukup lemah. Intimitas dari
cinta dapat, namun power kecil, kurang berhasil dalam menggambarkan bagaimana
sebenarnya kekuatan cinta yang terus berputar di pikiran Diana. A Teacher memilih untuk menggambarkan
kondisi lewat permainan ekspresi wajah, menjadikan rasa sedih dan hancur itu
tidak mencapai potensinya, yang sejujurnya dapat tampil jauh lebih besar dan
dalam.
Untungnya Fidell
punya dua pemeran utama yang mampu membentuk karakter mereka dengan baik,
terlebih pada pada kemampuan dalam menarik atensi penonton. Brittain berhasil
menjalankan tugasnya sebagai variabel pembantu, menciptakan warna cerah sebagai
sarana untuk menjadikan kisah Diana terasa semakin gelap bagi penonton.
Sedangkan Lindsay Burdge tampil
impresif, mampu menjadikan kondisi hening dan tenang tidak pernah kehilangan
sentuhan depresif, membentuk rasa cemas pada kasus yang ia alami untuk masuk
kedalam pikiran penonton, bagaimana jika mereka menjadi Diana, bagaimana jika
mereka mengalami hal yang sama.
Overall, A Teacher adalah film yang cukup memuaskan.
Film ini sangat berhasil menggambarkan akibat dari keputusan untuk bermain-main
dengan perasaan, dalam hal ini cinta, sebuah hubungan yang gantung, diselimuti
dengan ketidakpastian dan rasa ragu. A
Teacher adalah permainan cinta, kombinasi antara muda dan dewasa, berbasis studi
karakter menggunakan hubungan yang kompleks dengan permasalahan moral, konflik
emosional yang ciamik, tanpa unsur mellow yang mengganggu, efektif dan tepat
sasaran. Segmented.
cinta terlarang kyknya seru...*cuss DL :)
ReplyDelete@katy secret: hati-hati, segmented lho, ekspektasinya jangan kegedean. :)
ReplyDelete