Apakah anda
pernah berpikir bahwa Tuhan memasukkan anda kedalam dunia tanpa membekali anda
satu kemampuan sama sekali? Syukurlah jika jawabnya adalah tidak, karena semua
individu penghuni bumi yang berjumlah tujuh milyar lebih itu pasti punya
kemampuan ataupun keahlian. Sumber dari semua masalah yang ada sebenarnya
apakah skill yang mereka miliki dipergunakan dengan tepat? The Internship, cukup menghibur, bukti dari prinsip manajemen untuk
meraih kesuksesan, the right man in the right place.
Sammy Boscoe (John Goodman) bisa dikatakan
sebagai malaikat penyelamat bagi Billy
McMahon (Vince Vaughn) dan Nick
Campbell (Owen Wilson), dua karyawan yang bekerja untuknya sebagai salesmen
jam tangan. Billy dan Nick dipecat, meninggalkan rasa bingung pada dua sahabat
ini karena selain kemampuan untuk menawarkan barang dagangan mereka tidak punya
kemampuan lain yang mumpuni. Nick memilih untuk bekerja di toko milik saudara
iparnya, Kevin (Will Ferrell), namun
Billy ternyata punya misi yang jauh lebih besar, bekerja di Google.
Keberuntungan
menghampiri mereka, rekaman interview yang tidak lazim ternyata menarik
perhatian Mr. Chetty (Aasif Mandvi),
dan memberikan mereka kesempatan untuk mengikuti kegiatan magang. Sayangnya,
alih-alih bergabung dengan kelompok menjanjikan seperti yang dilakukan Graham Hawtrey (Max Minghella), Billy
dan Nick harus bekerja sama dengan sesama anggota buangan, Neha (Tiya Sircar), Stuart (Dylan O'Brien), Yo-Yo (Tobit Raphael),
dibawah komando Lyle (Josh Brener),
mengikuti kompetisi dan berjuang agar tidak menjadi bagian 95% calon yang akan
gagal.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa daya tarik The
Internship sebenarnya terletak pada dua pemeran utama, Vince Vaughn dan Owen Wilson,
yang kemudian dibantu dengan nama Google dibelakangnya. Ya, mari mengacaukan Google, itu yang pertama terlintas
dipikiran saya. Namun sayangnya itu terjadi, alih-alih memasukkan dua karakter
useless kedalam sebuah perusahaan besar untuk membuat kerusuhan menyenangkan, The Internship justru lebih terlihat
sebagai media bagi Google untuk show-off, kemegahan dan sistem yang mereka
punya, dan ditutupi dengan menggunakan beberapa pesan kecil dengan inti yang
sebenarnya sama, jangan menyerah, dan teruslah bermimpi.
Lantas bagaimana
dengan mereka yang sejak awal sudah mengharapkan sebuah petualangan gila dan
sedikit vulgar seperti Wedding Crashers?
Urungkan niat anda, The Internship
jauh dari jalur untuk mengarah kesana. Ini adalah film yang predictable,
berisikan banyak formula klasik, dari kesalahan kecil yang menghancurkan, from
zero to hero, dan injury time moment. Memang masih ada sebuah perjuangan yang
menyenangkan, dengan beberapa sub-plot yang cukup manis, salah satunya kisah
asmara yang melibatkan seorang eksekutif bernama Dana (Rose Byrne). Potensinya juga ada, bahkan menurut saya premis
yang ia miliki cukup menarik, sayangnya semua lemah ketika masuk ke tahapan
eksekusi.
The Internship
terlalu sering mencoba untuk tampil pintar. Script yang ditulis oleh Vince Vaughn dan Jared Stern banyak mengandung materi yang dengan mudah dan seketika
mematikan momentum pergerakan cerita, terutama pada dialog-dialog panjang yang
tidak mampu mempertahankan tensi agar terus stabil dan menarik. Hal tersebut
seharusnya tidak boleh terjadi, karena alur cerita yang ia miliki saja sebenarnya
sejak awal sudah monoton, dan tampak bingung akan bergerak kemana lagi (Quidditch? Seriously? LOL). Begitupula
dengan materi yang ia gunakan untuk menjabarkan dua inti tadi, tidak dirawat
dengan baik oleh Shawn Levy,
diberikan kekuatan yang sama besarnya, dan menghasilkan pergerakan plot yang sedikit liar, memang tidak mengganggu, namun menghambat elemen yang menjadi jualan
utamanya untuk bekerja.
Ya, komedi,
harapan utama para penonton. Berhasilkah? 50:50. Saya suka pada cara Shawn Levy membentuk pola dasar bagi
unsur komedi, menempatkan tingkatan senior dan junior di barisan terdepan, di
isi dengan beberapa kebodohan dalam teknologi. Sayangnya itu hanya sampai di
pola, karena ketika dibentuk ia lebih dominan tampil dengan wajah yang klise,
beberapa pengulangan yang mengganggu dan merusak situasi lucu yang sudah
tercipta. Tidak tahu apakah Levy kehabisan idea atau justru kurang berani, yang
pasti keputusan itu tidak memberikan efek positif pada cerita, apalagi ia
banyak menghadirkan joke serta humor dengan materi yang mengakibatkan penonton
mengalami kesulitan dalam memahami maksud yang ia punya.
The Internship sebenarnya bisa saja menjadi
sebuah film yang menyenangkan, andai saja ia rela untuk mengecilkan atau bahkan
membuang beberapa bagian kurang penting yang membuat sesak durasinya yang
panjang itu (119 menit), dan mengurangi fokus pada upaya untuk menyampaikan
pesan-pesan penuh motivasi yang banyak diantaranya justru hanya sekedar lewat.
Yap, The Internship seperti terbebani
oleh konsep dan pesan yang ingin mereka sampaikan, mencoba menginspirasi namun
dilain sisi juga mencoba untuk tampil lucu, punya porsi yang seimbang, hasilnya
ketika masing-masing dari mereka hanya mampu bekerja setengah, maka kombinasi
hasil akhir film ini ya hanya setengah.
Bagaimana dengan kinerja Vaughn dan Wilson? Jelas tidak ada kecanggungan yang tampak dari hubungan bromance yang mereka jalin, namun Vaughn dan Wilson mendapatkan materi yang sepertinya begitu ketat, tidak memberikan kebebasan yang lebih besar kepada mereka untuk tampil lepas. Max Minghella berhasil menjadikan karakternya menarik diawal, namun tidak mampu menghadirkan sisi hitam yang jauh lebih besar. Scene stealer menjadi milik Rose Byrne, sedangkan mind stealer menjadi milik Josh Gad, yang sepanjang film menjadikan saya berusaha mengingat di film apa ia pernah tampil (ah, tidak penting).
Overall, The Internship adalah film yang kurang
memuaskan. Jika ekspektasi anda pada petualangan Vaughn dan Wilson ini cukup
tinggi, maka bersiaplah kecewa, karena komedi yang menjadi jualan utamanya
harus berbagi sama besar dengan misi lain yang dibawa film ini. Kurang total,
kurang inovatif, dengan cerita stereotype yang cenderung monoton serta karakter
yang tidak berkembang. Lucu? Cukup. Membosankan? Cukup. Forgettable.
Film ini bagus buat memotivasi mahasiswa Indonesia sekarang..... Hehe gw harap bisa kerja di perusahaan google kaya mereka :D haha. Visit my univ in www.ipb.ac.id
ReplyDeleteijin share ya
ReplyDelete