"If you can’t be famous, be infamous."
Selebriti adalah pubic
figure. Kalimat itu mungkin sudah familiar di telinga ketika, bagaimana dengan
segala kemudahan yang mereka peroleh menjadikan sosok-sosok terkenal tersebut
menjadi sorotan dan idola masyarakat, tanpa mengenal batasan dari golongan
hingga usia. Yeah, mereka menjadikan banyak orang bermimpi untuk dapat menjadi
seperti mereka. The Bling Ring coba
menggambarkan dampak dari sikap hedonisme
yang tumbuh secara berlebihan, Sofia
Coppola masih dengan sentuhan warna Lost
in Translation, dunia kriminal penuh mimpi, obsesi, dan ambisi, yang
sayangnya tidak sepenuhnya menyenangkan.
Berawal dari Marc Hall (Israel Broussard), seorang
siswa pindahan yang menemukan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan barunya, Indian Hills High
School, California. Namun ternyata Marc punya karakter yang mampu menarik
perhatian Rebecca Ahn (Katie Chang),
wanita muda yang punya obsesi sangat besar di bidang fashion, dan sangat
menggilai Lindsay Lohan. Dalam waktu
singkat mereka berubah menjadi sangat akrab, menghadiri satu pesta
bersama-sama, tapi juga menjadi awal dari sesuatu mengejutkan.
Dengan santai Rebecca
mencuri benda-benda dari mobil yang terparkir di halaman depan lokasi pesta.
Hal tersebut ternyata berkembang menjadi besar, berawal dari “belanja” skala
kecil di rumah salah satu orang yang Marc kenal, kemudian masuk ke rumah Paris Hilton, kegiatan itu mulai menjadi
kebiasaan menjurus kegemaran bagi Marc dan Rebecca. Semakin sulit untuk meredam
obsesi tersebut terlebih dengan bergabungnya Chloe (Claire Julien), serta Nicki
Moore (Emma Watson) dan adik angkatnya Sam
(Taissa Farmiga), yang selama ini selalu bosan mendengarkan ceramah dari
ibu mereka Laurie Moore (Leslie Mann).
Apa sebenarnya yang
menjadikan film The Bling Ring
menjadi menarik? Terlalu naïf memang jika tidak mengikut sertakan nama Sofia Coppola di dalam daftar alasan, termasuk
didalamnya si penyihir pintar dan cantik yang beranjak dewasa, Emma Watson. Namun bagi saya yang
menarik justru kisah nyata dari sosok lima anak muda yang selama 10 bulan pada
tahun 2008 dan 2009 berhasil menyusup masuk dan shopping dengan bebas dan
sesuka hati didalam rumah-rumah selebritis ternama Hollywood, dari Lindsay Lohan, Megan Fox, Orlando Bloom,
Rachel Bilson, hingga Audrina Partridge, kemudian menghilang
tanpa jejak, aksi yang diperkirakan menghasilkan barang curian bernilai $3 juta
dollar tersebut.
Yap, The Bling Ring itu sendiri yang menjadi
daya tarik utama, dari cara melakukan aksi layaknya Robin Hood, apa yang mereka lakukan didalam rumah para selebritis
tadi, hingga contoh dari sebuah obsesi berlebihan yang dapat memicu tindakan
kriminal. Dibagian ini Sofia Coppola berhasil melakukan pekerjaan yang manis
(tidak cantik), dia berhasil membentuk cerita yang dapat dengan mudah menjadi
dunia lain dari fakta yang terjadi saat ini, kaum muda yang terobsesi ingin
menjadi seperti idola mereka karena segala kenikmatan yang idola mereka itu
peroleh, menggabungkan obsesi dengan budaya konsumerisme, mencampur kecerdikan
bersama kebodohan dan sedikit ketegangan (permainan pistol oleh Farmiga itu
asyik), dibalut bersama aksi-aksi yang menunjukkan jiwa bebas, dan anehnya itu
menyenangkan untuk disaksikan.
Benar, The Bling Ring adalah sebuah proses
pengamatan yang cukup menghibur, berisikan banyak pekerjaan kamera yang cantik
(single shot ketika merampok rumah Audrina Patridge itu terasa memikat),
dipadukan dengan sedikit sentuhan dokumenter, permainan narkoba, pesta penuh
suka dan tawa, kehidupan glamor, berhasil digambarkan dengan baik. Ya, tidak
ada yang salah dalam hal teknis, namun kembali lagi ke pertanyaan awal, apa
yang menjadikan film ini menarik bagi anda? Jika jawabnya sama seperti apa yang
saya harapkan, maka bersiaplah untuk sedikit kecewa, karena warna Lost in
Translation ternyata belum luntur dari seorang Sofia Coppola, yang celakanya
kurang begitu matching dengan tema yang dimiliki film ini.
Pergerakan dan
perpindahan antar cerita yang cepat, karakter yang minim pengembangan, cerita
yang tidak mau digali terlalu dalam, pada akhirnya hanya menciptakan ruang
cerita yang sempit. Anda tahu mereka bersenang-senang, namun tidak ada
kesempatan untuk mencoba memahami karakter lebih dekat, anda tidak diberitahu
apa yang terjadi dibalik aksi tersebut, terlebih pada apa motivasi utama
mereka, yang perlahan ikut bergeser pada apa yang ingin Coppola sampaikan di
film ini? Benar, anda memang tidak akan merasakan kehadiran momen membosankan
yang menyiksa, namun dibalik semua kesenangan yang ia tampilkan pertanyaan itu
terus hadir, terus berputar bersama proses penantian, mengganggu, dan ketika
tidak ada jawaban hasilnya adalah kekecewaan.
Tidak begitu
mempersoalkan dengan karakter yang dibentuk dengan klise, beberapa hal konyol
yang terlalu bodoh untuk menjadi bodoh (rumah jutaan dollar tanpa alarm? lupa
mengunci pintu? kunci pintu dibawah keset kaki?), namun apa yang hendak Sofia Coppola sampaikan lewat film ini?
Apakah sindiran pada kehidupan modern, apakah untuk mengajarkan anak-anak bahwa
pola hidup The Bling Ring itu salah,
atau justru menjadi peringatan pada bahaya dari budaya untuk menjadi tenar?
Semua terasa nanggung, kerap kali mengulang hal yang kurang bermakna,
begitupula dengan beberapa scene kurang bermanfaat yang diberi durasi cukup
besar. Yap, untuk menjadi Caper film
ia terasa nanggung, drama juga mentok, begitupula untuk menjadi sebuah sajian komedi.
Karakter yang dibatasi
pengembangannya menyebabkan tidak ada satu aktor dari divisi akting yang mampu
tampil dominan. Katie Chang memang
tampil kuat, namun ia tidak berhasil menjadi menarik akibat informasi terbatas
yang diberikan pada karakternya. Begitupula dengan Israel Broussard yang seharusnya bertugas sebagai pusat cerita
justru tampil kalah menarik dibandingkan pemeran pembantu yang
"mahal", Emma Watson. Yap,
Watson beberapa kali sempat mencuri perhatian, namun kontribusi minim yang ia
miliki menjadikan kehadirannya lebih terasa sebagai sosok yang digunakan
sebagai penambah daya tarik film.
Overall, The Bling Ring adalah film yang cukup
memuaskan. Sofia Coppola sepertinya
ingin membentuk film ini menjadi Lost in
Translation versi glamour dengan basic fashion, yang sayangnya justru
menjadi blunder. Semakin sering anda menyaksikan Lost in Translation, semakin
anda mencintainya, dan itu tidak terjadi pada The Bling Ring. Untuk menjadi
sebuah film mainstream menyenangkan ia sulit, untuk menjadi sebuah studi
observasi dengan tema hedonisme ia juga sulit. Ini terlalu biasa untuk standar
seorang Sofia Coppola.
udah nonton *ikutan ngeces lihat barang2nya :)
ReplyDeleteini dari kisah nyata kan??agak aneh juga sih....gampang bgt keluar masuk rumah seleb tanpa ketangkep*berkali2 pula :)
min recommend film comedy yg bagus dan bener2 lucu dong hehehe :)
@katy secret: Benar, berdasarkan kisah nyata.
ReplyDeleteWah, kalau benar-benar lucu agak sulit sih karena selera orang kan berbeda. Tapi kalau komedi yang ringan dan mudah untuk membuat tertawa mungkin bisa coba (ingat sepintas dan random nih, mungkin mayoritas udah kamu tonton, hehe): The Big Lebowski, The 40 Year Old Virgin, Little Miss Sunshine, Borat, Juno, KnockedUp, Kick-Ass, Superbad, Forgetting Sarah Marshall, The Hangover, Scott Pilgrim, Bridesmaids, dan tahun lalu Ted, 21 Jump Street, ama Barfi. Favorit saya sih kombinasi Simon Pegg-Nick Frost, dari Shaun Of The Dead, Hot Fuzz, sampai Paul. Yang terbaru itu We're the Millers, dan This is the End, reviewnya mungkin minggu ini keluar. :)
kombinasi simon pegg-nick frost blom pernah nonton sama sekali :( *CUSS DL
ReplyDeleteklo film asia yg bagus apa ya??*byk nanya :)HEHEHE
@katy secret: Asia lebih ke romance-comedy kali ya, dan mayoritas Korea. I'm a Cyborg, But That's OK, Speedy Scandal, Windstruck, My Girlfriend Is an Agent, Baby and Me, dan pastinya My Sassy Girl. Spellbound juga oke. Diluar itu mungkin Lost in Thailand. Comedy lho ya. :)
ReplyDelete