Buddy cop film selalu mudah untuk tampil
menyenangkan, selama anda tidak menaruh ekspektasi yang sangat tinggi. Bad Boys, The Other Guys, 21 Jump Street,
hingga yang terbaru The Heat, mereka
bukan kemasan yang pintar namun telah membuktikan mampu menarik dan memperoleh
cinta dari para penonton. Sama halnya dengan 2 Guns, tidak ada ekspektasi yang begitu tinggi, hanya berharap
mendapatkan sebuah tontonan yang berisikan kebodohan yang tidak terlalu bodoh,
namun justru memberikan sebuah kejutan dalam bentuk kombinasi aksi dan komedi
yang mumpuni.
Robert "Bobby" Trench (Denzel Washington), gagal
melakukan transaksi dengan seorang raja drugs terkenal bernama Papi Greco (Edward James Olmos), yang
mengakibatkan dirinya bersama Michael
Stigman (Mark Wahlberg) ditangkap oleh U.S.
Customs. Kehilangan kesempatan emas untuk mendapatkan bukti kuat yang dapat
menjadi alat untuk menangkap Greco, Jessup
(Robert John Burke), atasan Bobby, memerintahkan ia untuk menyamar dan
masuk kedalam proyek Stigman yang sedang berupaya untuk merampok $ 3 juta milik
Greco, dengan harapan hal tersebut dapat mereka manfaatkan kembali sebagai
alasan untuk menangkap Greco.
Celakanya
masalah yang menyangkut Greco tidak hanya berputar di dua arah. Hadir Deb Rees (Paula Patton), kekasih Bobby
yang menebar rasa ragu, kemudian Quince
(James Marsden), komandan Stig yang meminta ia untuk membunuh Bobby
sehingga uang curian tersebut dapat mereka manfaatkan dalam operasi rahasia
Angkatan Laut. Ya, ini yang kemudian melahirkan sebuah petualangan yang
dipenuhi ikatan bromance yang saling menaruh curiga, punya tujuan yang sama
namun berada dalam misi yang berbeda, belum lagi upaya mereka untuk menghindar
dari Earl (Bill Paxton), seorang
tentara bayaran yang bersama pasukannya terus mengikuti jejak Bobby dan Stig.
Tidak ada
formula baru yang digunakan oleh Baltasar
Kormákur dalam membangun cerita yang disusun oleh Blake Masters ini, masih ada butiran peluru, aksi kejar mobil, dan
kisah pemanis seperti menjadi pahlawan untuk menyelamatkan orang yang dicintai.
Lantas apa yang sebenarnya menjadikan cerita yang sesungguhnya sederhana namun
dibentuk menjadi sangat rumit ini sehingga dapat tampil menjadi menarik? Yap,
dibalik narasi yang rumit, plot yang berputar-putar dengan beberapa tipuan
kecil, 2 Guns ternyata mampu
memberikan apa yang anda cari dari sebuah film buddy cop, bodoh, lucu, sedikit
intens, saling bahu membentuk kombinasi yang sulit untuk untuk di berikan label
gagal.
Memang predictable, bahkan dari trailer yang ia
lemparkan saja 2 Guns sudah
menggambarkan secara garis besar apa yang akan terjadi, yang untungnya
terselamatkan karena Kormákur yang pintar dalam memainkan dinamika cerita.
Petualangan sederhana itu perlahan mulai berubah menjadi meyakinkan, bagaimana
aksi saling menyamar dengan bendera DEA
hingga CIA itu menjadikan anda terus
menaruh rasa penasaran, dan anehnya juga sedikit warna waspada pada kemungkinan
saling mengkhianati yang nafasnya terus dijaga dengan baik oleh Wahlberg dan
Washington.
Sedikit
berantakan memang, namun saya suka pada cara Baltasar Kormákur membentuk arena show-off bagi dua karakter utama
untuk menjadikan karakter mereka membantu mengembangkan cerita, tidak
menggunakan durasi yang begitu besar untuk mengembangkan karakter, penggunaan
sisi unik seperti mengedipkan mata kepada pelayan, hingga penggunaan topi
dengan gigi emas, kemudian balut bersama aksi saling ejek, 2 Guns mampu menciptakan cukup banyak momen menyenangkan.
Sayangnya, itu lebih dikarenakan karakteristik dari dua tokoh utama, karena
diluar itu sepertinya ada koneksi yang terputus antara cara Kormákur membangun
cerita dengan materi yang diberikan Blake
Masters.
Komponen dan
susunan cerita yang dimiliki oleh 2 Guns
seperti menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan yang lebih besar pada sisi
serius, dari kisah yang rumit dengan kehadiran beberapa belokan, namun Kormákur
sendiri seperti ingin menaruh fokus pada sisi bromance dua tokoh utama dengan
paduan warna sarkasme. Ini kerap kali terlihat tidak match pada beberapa
bagian, terutama di paruh pertama di mana saya memperoleh sleepy moment selama hampir 15 menit. Terasa nanggung, Kormákur
seperti ingin meminimalisir unsur drama hampir sepanjang film dalam upaya untuk
menjadikan kisah ini terasa ringan, namun memberikan dampak negative kepada dua
unsur utama tadi ketika mereka harus beraksi.
Penempatan yang
diberikan memang apik, ia mampu serius disaat yang tepat, dan tampil lucu di
momen yang juga tidak pernah salah, namun mereka saling menghambat, menjadikan
tidak adanya tawa skala besar, hanya senyum kecil sembari bergumam “itu lucu”.
Beberapa lelucon juga sedikit ofensif, contohnya mungkin yang paling kuat yaitu
salah satu joke berbahaya berlatarkan gurun dengan tema ras yang begitu kental.
Yap, hal itu tidak masalah bagi saya, namun ternyata memberikan efek cukup
besar bagi beberapa penonton lain yang setelah itu mulai mencemooh cerita,
walaupun punya kesempatan yang cukup besar untuk dimaafkan dengan keputusan ia
menyajikan bagian penutup yang intens dan menghasilkan klimaks mumpuni.
Chemistry antara
Wahlberg dan Washington juga cukup banyak menolong. Washington yang ditempatkan
di baris terdepan mampu mengendalikan karakternya, ringan namun tidak
melunturkan karisma yang ia miliki. Sedangkan Wahlberg seperti semakin click
dengan karakter lucu, sanggup menjadi mitra yang solid bagi Washington, tapi
tidak menjadikan anda melupakan misi yang ia bawa. Paula Patton tampil mengecewakan, terutama pada fungsi ia sebagai
opsi lain yang seharusnya mampu menguatkan kompleksitas cerita. Scene stealer
menjadi milik Bill Paxton.
Overall, 2 Guns adalah film yang cukup memuaskan.
Jika anda tidak mencari hiburan yang sangat megah, anda mungkin tidak akan
begitu kecewa. Buddy cop, bromance,
interaksi yang terus menebar ketidakpercayaan, mampu menyajikan pertanyaan yang
dibarengi bersama kombinasi adegan aksi dan komedi yang ringan. 2 Guns akan
menjadi sebuah hiburan yang besar bagi mereka yang sejak awal tidak
mengharapkan akan mendapatkan tontonan yang besar dan pintar, karena hanya
beberapa minus minor di bagian cerita yang mengganggu. Tidak buruk, tapi juga
tidak special.
0 komentar :
Post a Comment