Mempertahankan
sesuatu selalu memerlukan upaya yang lebih besar dibandingkan ketika anda
sedang berupaya meraihnya. Neill Blomkamp
adalah sebuah hits yang sangat besar di tahun 2009, meraih nominasi Oscar lewat sebuah film sci-fi indie,
memberikan magic pada film debutnya yang seharga $30 juta untuk meraih
keuntungan tujuh kali lipat. Menjadikannya memperoleh banyak atensi, dilain
sisi District 9 ternyata juga
memberikan beban bagi Blomkamp, hal utama yang sangat terlihat pada Elysium, sebuah sci-fi standard yang
kurang dinamis.
Max Da Costa (Matt Damon), pria yang
punya sejarah kelam, membuatnya selalu menjadi sasaran mencurigakan bagi robot penjaga
di Los Angeles, yang telah kumuh pada
tahun 2154. Max masih terus berjuang untuk memperoleh banyak uang untuk
mewujudkan mimpinya kala kecil dahulu bersama Frey (Alice Braga), dapat menghuni Elysium, sebuah stasiun luar angkasa yang mengorbit di dekat bumi,
tempat dimana tidak ada masalah, tanpa perang, tanpa kemiskinan, yang sakit
dengan mudah disembuhkan. Celakanya Max hanya bekerja pekerja kelas bawah di
perusahaan robot Armadyne, milik John
Carlyle (William Fichtner).
Pekerjaan itu
membawa masalah, yang memberi Max kesempatan singkat, dengan satu opsi terbaik,
pergi menuju Elysium. Bersama Julio (Diego Luna) ia menemui seorang
penyelundup yang mampu mengirimkan penumpang menggunakan pesawat menuju
Elysium, Spider (Wagner Moura), dan
bersedia memenuhi permintaan Spider.
Celakanya, tanpa ia sadari Max justru harus terjebak dalam sebuah misi yang
disusun oleh Jessica Delacourt (Jodie
Foster), Menteri Pertahanan Elysium, yang dibalik keputusan anehnya terus
memperkerjakan tentara bayaran bernama Kruger
(Sharlto Copley) di bumi untuk mengeleminasi imigran illegal, ternyata
punya sebuah rencana yang lebih besar.
Elysium sebenarnya dibuka dengan sangat baik,
sebuah usaha penduduk bumi untuk menembus stasiun luar angkasa, berhasil
menciptakan hitam dan putih, yang sayangnya justru menjadi bagian terbaik film
ini, menurut saya. Selebihnya, Elysium
terasa seperti pertunjukan visual, berisikan kawasan kumuh yang cantik, dan Elysium sendiri yang dikemas dalam wujud
yang inovatif. Yang mengecewakan, sama halnya dengan banyak film dengan
kualitas visual mumpuni, tampilan memikat itu adalah bagian lain sebagai upaya
terselubung untuk menutup kelemahan cerita yang ia miliki, lubang mengganggu
yang dimiliki Elysium bahkan sejak
konsep yang sudah mencerminkan sebuah rasa bingung.
Scriptnya
menarik, namun tidak cerdik. Cerita terus bergerak semakin luas, punya
keterikatan yang rapi antara satu dengan lainnya (walaupun kerap menampilkan hal bodoh), namun celakanya tidak
dibangun dengan dinamis. Sangat sulit untuk menemukan serta merasakan sebuah
dinamika cerita yang menarik dari Elysium,
mayoritas didominasi pergerakan alur cerita yang cenderung datar dan hambar. Ia
sering kali terlena dengan materi yang ia miliki, sehingga kurang jeli dalam
penempatan tiap konflik untuk menjaga keseluruhan cerita agar tetap menarik,
terlebih dengan flashback yang kerap tidak begitu penting, juga pemotongan
cerita yang dalam sekejap ikut mematikan proses pendalaman konflik.
Elysium juga terlihat terlalu berhati-hati, dan
kurang berani dengan tampak memilih untuk bermain aman, kurang inovatif dalam
konteks cerita, dan cenderung lebih tampak sebagai District 9 dalam versi yang lebih besar. Idenya memang lebih besar,
sebuah penggambaran distopia di awal abad 22, menggunakan tema isu sosial
antara kaum atas dan kaum bawah, apartheid yang kali ini diganti dengan
imigrasi ilegal, serta intrik permainan
politik serta sedikit sentilan manis lewat konflik kesehatan dalam balutan
tampilan visual yang masih memikat. Sayang, tuntutan yang sepertinya begitu
besar menjadikan Blomkamp seperti berupaya begitu kuat untuk menjadikan Elysium tampak megah, banyak materi
untuk menjadi besar, namun harus berakhir pada cerita yang justru tampak
berbelit-belit.
Blomkamp terlihat sangat ambisius dengan
ide yang ia miliki, menyatukan beberapa konflik yang ia punya kedalam cerita yang
luas, namun celakanya justru menciptakan overload karena arena bermain yang ia
punya tidak mencukupi untuk menampung dengan baik semua ide tersebut. Ini
menjadi boomerang bagi Neill Blomkamp
karena ia justru menjadikan film ini tidak punya jalur cerita yang kuat, di isi
dengan beberapa konflik yang sanggup meraih atensi skala kecil sama besar
dengan pergerakan cepat, semakin jauh berjalan semakin tampak sesak seperti
menanggung beban yang berat, dan hasilnya perlahan mulai terlihat lelah dan
menunjukkan grafik menurun, termasuk motivasi karakter utama.
Ada dua
kesalahan utama yang diciptakan Blomkamp pada film ini. Pertama, tidak punya
tokoh protagonis yang menarik, punya power untuk mampu menjadi pusat cerita.
Ketimbang menjadi sosok heroik dalam upaya menghancurkan dinding pembatas yang
dipisahkan galaksi, Max justru lebih terlihat sebagai sosok lemah yang dipenuhi
dengan masalah dan memori kelam. Begitupula dengan Delacourt yang fungsinya
sendiri tidak punya impact yang berkualitas pada cerita. Kedua, ia terlalu luas
dalam membangun cerita, menciptakan banyak bagian yang tidak diolah dengan
baik.
Sisi menarik
yang juga cukup mengejutkan dari Elysium adalah bintang utama dari divisi
aktor. Walaupun statusnya hanya pemeran pendukung, Sharlto Copley justru berhasil menyingkirkan Matt Damon, akting yang meyakinkan sebagai penjahat bayaran setiap
kali ia muncul di layar. Matt Damon sendiri kurang mampu menghidupkan
karakternya, motivasi yang hambar, dengan pergerakan yang kerap kurang meyakinkan. Jodie Foster juga
menjadi sumber kekecewaan, porsi yang minim menjadikan bagian overdo yang ia
miliki tidak berhasil tertutupi.
Elysium mungkin adalah tempat dimana
Blomkamp seperti ingin mencoba warna
baru pada filmnya, namun dengan formula yang sama. Jika District 9 terlihat lebih intim, Elysium justru lebih tampak seperti sebuah dongeng, District 9 adalah sempit namun fokus,
sedangkan Elysium adalah
kebalikannya, luas namun kurang fokus. Jangan tanyakan hasilnya, karena anda
seharusnya sudah tahu dari penjelasan diatas, karena yang lebih penting adalah
film ini menjadi wake up alarm bagi Blomkamp bahwa dengan script dan visual
yang menarik saja tidak cukup tanpa sebuah inovasi yang sama menariknya, dan
menjadikan Elysium akan terasa kurang
memuaskan jika menilik standar yang telah ia ciptakan sebelumnya.
Overall, Elysium adalah film yang cukup
memuaskan. Sebagai tester dari Neill
Blomkamp apakah cara yang pernah memberikan ia kesuksesan besar masih
bekerja atau tidak, atau sebagai bukti bahwa kreatifitas yang ia miliki telah
mencapai puncaknya empat tahun lalu dan sulit untuk berkembang lebih jauh,
pertanyaan utamanya adalah apa yang anda harapkan, District 9 versi besar, atau sebuah kemasan baru dari Blomkamp yang
lebih segar. Jika anda murni hanya
mencari kepuasan utama pada unsur sci-fi yang ia miliki, film ini jelas akan
memikat. Namun sebagai sebuah paket utuh, gabungan sci-fi dengan action,
thriller, dan juga drama, Elysium punya potensi untuk mengecewakan, slightly boring.
iya bener tuh gan... ane juga ngerasa boring nontonnya
ReplyDelete