“High risk, high
return. High return, high risk."
Tidak ada
sesuatu yang besar lahir dari perjuangan yang kecil, karena untuk memperoleh
hasil yang dapat memuaskan tentu saja anda harus ikut mempertaruhkan sebuah
resiko yang tidak kalah besar. Hal tersebut merupakan inti yang ingin
disampaikan oleh Drug War (Du zhan),
karya terbaru dari Johnnie To, sebuah
contoh menarik dari bagaimana sebuah film bertemakan kriminal mampu
menghadirkan tontonan yang mengawinkan ketenangan bersama dengan tensi yang
intens, dalam balutan materi klasik namun tidak murahan.
Captain Zhang Lei (Sun Honglei), pemimpin
kepolisian Tianjin, seperti menemukan sebuah pintu masuk yang lebih mudah dalam
upaya mereka memberantas obat terlarang. Zhang berhasil menangkap Timmy Choi (Louis Koo), seorang pemimpin
produsen obat terlarang kelas berat. Bukan hanya gram, namun ton, dan
menjadikan Timmy harus berhadapan dengan tuntutan hukuman mati. Namun alih-alih
menyerahkan diri begitu saja untuk menemui ajalnya, Timmy memberikan sebuah
penawaran kepada Zhang bersama dua anak buahnya, Yang Xiaobei (Huang Yi) dan Guo
Weijun (Wallace Chung), dan membuka akses menuju sosok yang ia kenal,
produsen yang jauh lebih besar.
Sadar akan
kekuatan yang dimiliki sasaran tembak mereka, Zhang memilih untuk menjalankan
skenario dengan menjebak seorang boss geng bernama “Paman Bill”, dan mulai melakukan pengrusakan untuk memanfaatkan
apa yang ia miliki. Namun celakanya diluar dugaan ternyata Timmy harus terlibat
lebih aktif dalam scenario ini, menjadikan statusnya yang awalnya hanya pembuka
jalan kini bertambah menjadi jembatan penghubung. Hal tersebut memaksa fokus
polisi semakin besar, terus berpacu tanpa lelah selama 72 jam, sembari terus
waspada pada pihak mana yang harus mereka percaya, karena hitam dan putih
terpisah sangat tipis dalam dunia kriminal.
I’m
not Johnnie To big fans. Saya hanya tahu bahwa dia adalah salah satu sutradara
Asia ternama, dan baru menonton beberapa filmnya semacam Election, Mad Detective, dan Vengeance
ditengah kepungan banyak film miliknya yang telah mendapatkan banyak apresiasi
bahkan jauh sebelum saya lahir, lebih dari dua dekade yang lalu. Kali ini Johnnie To kembali dalam sebuah paket
yang punya rasa sama seperti materi yang ia miliki, tampak kompleks namun punya
inti yang ringan. Hanya dua, polisi, dan penjahat, digabungkan dalam sebuah
permainan sederhana yang terasa kuno namun mengasyikkan karena mampu
menyesatkan. Hal utama yang menjadikan film ini menarik adalah dibalik potensi
untuk menjadi sebuah kisah crime yang
megah, Drug War justru memilih tampil
sebagai sebuah tontonan yang sederhana tapi mampu tampil intens sejak awal,
hingga akhir.
Yap, film ini
tidak menawarkan warna baru pada genre crime, karena Drug War justru memilih menjadi sebuah paket yang menggambarkan
bagaimana cara tampil menarik hanya dengan menggunakan materi-materi klasik
dari genre ini. Yap, klasik, banyak menggunakan materi stereotip namun dibangun
dengan tepat guna sehingga mampu menghadirkan thrill dalam ketenangan yang ia
tunjukkan selama berjalan. Drug War
punya senjata pada dua opsi yang berjalan sejajar, hitam dan putih, baik dan
buruk, menjadi sumber utama dari rasa ragu penonton karena keputusannya untuk
tidak digali terlalu dalam sehingga menyebabkan batas diantara keduanya yang
menjadi tidak begitu jelas. Hal ini semacam sebuah ajakan yang menjadikan anda
akan terus mencoba ikut menebak dimana posisi karakter itu berada, serta motif
utama yang ia bawa.
Script yang
disusun bersama oleh Wai Ka-Fai, Yau
Nai-hoi, Ryker Chan, dan Yu Xi,
tidak dapat dipungkiri punya beberapa kelemahan kecil, namun jika menilik ia
sebagai dasar utama apa yang mereka kerjakan dapat dikatakan sebuah pondasi
yang efektif. Alur pelan yang ia ciptakan mampu berpadu dengan intensitas
tekanan menakutkan yang tak pernah hilang dari perpindahan tiap adegan
sepanjang film. Sangat suka dimana ia tidak menghadirkan romantisme dan komedi
berlebihan yang disengaja, hal yang belakangan ini telah menjadi sesuatu yang
familiar hadir pada kebanyakan film di genre ini, yang justru kerap menjadi
sumber rasa jengkel, bergerak cepat dan efisien dengan menggunakan tema utama
cara polisi bekerja digabungkan dengan aksi catch and run yang simple dan
solid.
Predictable? Mungkin iya, namun dengan sedikit
polesan twist kecil yang menarik, Drug
War tidak jatuh menjadi sebuah kisah yang murahan. Dengan sedikit nafas The Departed, pola dasar itu dibentuk
oleh Johnnie To dengan menghadirkan
adegan-adegan yang mungkin akan cukup memorable, seperti transaksi antar mobil
di traffic light, hingga perintah melaut kepada kapal di pelabuhan Tianjin. Drug War juga terasa semakin menarik karena ia tidak menjadikan
anda sebagai penonton merasa kaku sepanjang waktu, karena dibalik gerak cepat
yang ia tampillan bersama ketenangan yang mendominasi, film ini masih punya
sisi brutal yang seperti kurang terstruktur rapi namun berhasil tampil menarik
karena justru menjadikan ia tampak lebih real, hal yang wajib dimiliki oleh
sebuah film crime.
Bagaimana bisa
film klasik seperti ini menjadi menarik? Ya, kurang mengerti, karena saya juga
baru ingat pertanyaan itu ketika film telah berakhir, dan terhipnotis sepanjang
100 menit. Cara ia dibentuk, cara ia berjalan, cara ia membangun tekanan,
menjadikan anda seperti merasa salah satu dari karakter yang dipenuhi
kebimbangan. Permainan kamera yang penuh percaya diri, score yang efektif,
membantu kinerja para aktor yang kuat dalam menjaga agar kontribusi karakter
yang mereka miliki tidak hilang begitu saja dari cerita. Sun Honglei dan Louis Koo
jelas adalah bintang utama, dari cara mereka saling curiga dan saling percaya,
sumber utama yang menjadikan penontonnya ikut merasa bimbang.
Overall, Drug War (Du zhan) adalah film yang
memuaskan. Drug War adalah film yang sederhana meskipun punya potensi untuk
menjadi lebih besar, penuh dengan materi klasik namun minim kehadiran hal-hal
klise murahan, mampu terus menghadirkan tekanan dibalik ketenangan dalam cara
ia berjalan, sebuah penggambaran yang efektif dari bagaimana seharusnya sebuah
film crime menghibur penontonnya. Ini
adalah film keempat Johnnie To yang
saya tonton, dan sejauh ini ia tidak pernah mengecewakan. Tidak begitu segar, namun
tetap menarik dan menyenangkan.
0 komentar :
Post a Comment