You only live once,
sebuah akronim yang mungkin seiring berjalannya waktu akan hadir kedalam
pikiran setiap kaum muda yang sedang
dalam proses menuju dewasa. Melakukan aktivitas yang membosankan setiap
harinya yang justru menjadi beban tentu bukan sesuatu yang mereka inginkan
hadir menemani dalam tahapan itu. Spring
Breakers mencoba menggambarkan hal tersebut lewat sentuhan art-house, empat gadis dengan jiwa yang
free, mereka bebas, merdeka, mereka kosong.
Faith
(Selena Gomez) adalah gadis muda yang secara sekilas
menggambarkan seorang anak yang berasal dari keluarga baik-baik, tampak dari
kegemaran yang ia miliki, mengikuti kegiatan remaja gereja. Namun ternyata ada
sesuatu yang mengganjal di perasaannya, sesuatu yang ia nilai hilang dan
seharusnya ia alami dalam proses pendewasaan diri. Ya, kebebasan, hal yang juga
dirasakan oleh tiga sahabat karibnya, Candy
(Vanessa Hudgens), Brittany (Ashley
Benson), dan Cotty (Rachel Korine),
sebuah kehidupan penuh kebebasan.
Perubahan coba mereka
lakukan, menyusun sebuah liburan spring break dan berharap dapat memperoleh
pengalaman baru, sesuatu yang bahkan sudah mereka lakukan sejak awal dengan
melakukan tindakan kriminal. Celakanya ketika tiba di Florida, mereka harus menerima sebuah kenyataan pahit akibat
terlibat dalam pesta pantai penuh alcohol. Hal tersebut semakin parah setelah
mereka bertemu dengan Alien (James
Franco), seorang rapper dan gangster, orang yang menyelamatkan
mereka, namun sayangnya juga memiliki konflik besar di belakangnya.
Spring
Breakers adalah sebuah film yang absurd. Film ini sebenarnya
sudah menggambarkan kepada para penontonnya apa yang akan mereka temukan
selanjutnya, dimana Harmony Korine
sudah membangun cerita yang ciptakan dengan cara yang sedikit berada diluar
ciri dari sebuah film drama komedi. Konflik utama yang tidak di buat tampil
begitu dominan menjadikan perjalanan empat gadis yang dipenuhi dengan narkotika
serta alcohol dibalut dengan banyak
adegan nude tampak menjanjikan, meskipun karakter mereka tidak punya daya
tarik yang begitu tinggi.
Namun ada satu kalimat
yang diucapkan oleh Alien sebelum film ini masuk kedalam turning point yang
merubah penilaian diawal. “You just got
hypnotized and transported to another realm.” Yap, kurang begitu yakin
apakah ini adalah sebuah peringatan, atau justru sebuah ejekan yang akan anda
rasakan di akhir film. Korine memang tidak merubah cara yang sudah ia pakai
sejak awal, namun dimulai dari titik itu Spring
Breakers mulai berubah menjadi sebuah petualangan yang tidak lagi menarik,
yang bahkan mulai tampak bingung pada cara membangun materi yang ia punya untuk
menampilkan sebuah proses pendewasaan diri yang menarik.
Disini semua
ditentukan, apakah materi yang Harmony
Korine berikan masih mampu menghipnotis anda, atau justru sebaliknya.
Memang masih ada gambar-gambar cantik dan berani yang dibentuk bersama score
yang tidak dapat dipungkiri punya daya hipnotis yang cukup baik, namun dari
segi cerita Spring Breakers justru
tidak bertumbuh kearah positif. Film ini terlalu asyik mengeksploitasi dan
membangun ruang bagi penontonnya agar dapat mempelajari arti dari sebuah
kebebasan yang ditemani rasa putus asa dan dilema, yang sayangnya perlahan mulai tidak lagi
menciptakan sebuah tontonan yang menyenangkan.
Hal tersebut ikut
memberikan dampak pada misi utama yang ia emban sejak awal, sebuah pelajaran
hidup yang bebas yang coba ia selipkan dibalik kisah absurd. Seperti sebuah
cult film, Spring Breakers mampu menggambarkan point penting yang ia
ingin sampaikan dan memang dapat dimengerti, namun eksekusi yang ia berikan
terasa sangat lemah dan dikemas dengan tidak menarik di paruh kedua cerita. Ya, ini membosankan karena anda sudah tahu pesan utama yang ingin ia
sampaikan namun tidak lagi menemukan penggambaran yang dapat membantu hal
tersebut semakin kuat. Komedi yang ia suntikkan tidak bekerja dengan baik,
hanya Everytime milik Britney Spears yang sempat mencuri
perhatian, selebihnya tidak.
Namun ada satu pihak
yang mendapatkan sebuah keuntungan yang cukup besar dari film ini, dia adalah James Franco. Karakter Alien justru
berhasil mencuri perhatian ditengah kepungan empat wanita cantik, dimana yang
awalnya sedikit di remehkan dapat dibentuk menjadi sebuah tokoh yang menarik
oleh Franco (ya, mungkin karena wajahnya yang sangat apik untuk karakter dengan
unsur seksual, About Cherry?). Ini
merupakan kebalikan dari apa yang dialami Gomez, Hudgens, Benson, dan Korine.
Mereka menarik ketika mereka masih bersama, namun saat masuk kedalam tahap
eliminasi mereka mulai tampak sebagai boneka pelengkap.
Overall, Spring Breakers adalah film yang kurang
memuaskan. Film ini tidak lagi tampil menarik ketika anda sudah mengerti apa
yang ingin disampaikan oleh Harmony
Korine, karena tidak ada lagi penggambaran menarik dari sebuah tampilan
absurd yang yang ia berikan. Ia meninggalkan fokus utama, dan terlalu sibuk
membangun ruang cerita untuk menyampaikan fokus tersebut, yang celakanya kurang
berhasil. Jika anda mampu lepas dari hipnotis yang ia berikan film ini akan
menjadi sebuah petualangan yang memanjakan mata, namun membosankan.
0 komentar :
Post a Comment