Johnny
Depp is Rango. Itu dua tahun lalu, dan kini Depp
terjun langsung ke dalam sebuah petualangan yang juga berlatarkan Amerika
klasik abad 19, masih dengan tingkah anehnya yang kini tampil dengan wajah
berbalut hitam dan putih yang kasar, seekor burung gagak di kepalanya, dengan
seorang pria “pemberani” yang menjadi partnernya. Cukup aneh memang, kenapa
review kali ini harus dibuka dengan membahas seorang Johnny Depp. Ya, dia (satu-satunya) daya tarik dari The Lone Ranger.
Tahun 1896, John Reid (Armie Hammer), seorang
pengacara yang sangat perfeksionis, tidak mau menggunakan pistol bersama
butiran peluru untuk menegakkan keadilan, suatu ketika harus mendapati dirinya
terlibat dalam sebuah kasus criminal. Dalam perjalanan pulang ke kampung
halamannya dalam rangka mengunjungi saudaranya Dan Reid (James Badge Dale) serta istri Dan yang bernama Rebecca Reid (Ruth Wilson), kereta yang
ditumpangi John menjadi sasaran pembajakan. Bukan materi yang menjadi sasaran
sekelompok pria berkuda itu, namun Butch
Cavendish (William Fichtner), salah satu penjahat paling ditakuti.
Akibat aksi berani yang
ia tunjukkan, John mendapatkan lencana serta status sebagai Texas Ranger, dan ikut serta dalam
sebuah misi untuk melakukan penyergapan terhadap Butch dan kawanannya. Namun
yang terjadi justru sebaliknya, yang menjadikan John sebagai satu-satunya
Rangers yang tersisa. Celakanya ia kembali bertemu dengan Tonto (Johnny Depp), seorang Indian aneh yang ia temui didalam
kereta. Lewat petunjuk seekor kuda putih, Tonto percaya bahwa John adalah
seorang Spirit Warrior, dan
menawarkannya bantuan karena ternyata mereka punya tujuan yang sama.
The
Lone Ranger sesungguhnya bukan sebuah proyek
sembarangan, dengan dana mencapai 250 juta Dollar film ini adalah sebuah
perjudian yang sangat berani dari Disney
sebagai tiang utama. Mengapa disebut sebagai gambling karena meskipun ia punya
seorang Johnny Depp di barisan utama, kisah yang disusun kembali oleh Ted Elliott, Terry Rossio, dan Justin Haythe ini memiliki unsur
personal yang begitu kental. Ya, tidak banyak yang mengenal siapa itu Tonto,
dan kisah apa yang menjadikan ia menjadi terkenal. Hal ini memberikan dampak
yang cukup nyata pada tujuan utama film ini, pesan apa yang ingin mereka
sampaikan dibalik parade lucu tanpa makna ini.
Benar, parade lucu
tanpa makna. Menyaksikan The Lone Ranger
seperti mendengarkan sebuah dongeng dari seorang kakek tua yang membosankan
dengan cara bercerita yang tidak kalah membosankan. Inti ceritanya sebenarnya
sederhana, namun sayangnya harus di isi dengan kehadiran berbagai plot
mengganggu yang sangat jelas mengemban misi untuk menjadikan film ini agar
tampak kompleks dan padat. Semakin parahnya karena Gore Verbinski tidak mampu memainkan tempo cerita dengan cermat,
terutama di bagian yang bergerak lambat. Hal tersebut menjadikan cerita yang
sejak awal sudah tampil kurang meyakinkan ini tidak mampu menghadirkan sesuatu
yang mampu menarik atensi penontonnya.
Bagian paling kacau
adalah cerita, tidak fokus. Ruang cerita yang dimiliki film ini terlalu luas untuk
ukuran sebuah inti cerita yang sesungguhnya cukup sempit. Akibatnya, terlalu
banyak waktu yang terbuang percuma, menghadirkan adegan-adegan yang kurang
begitu penting hanya untuk menyediakan taman bermain bagi Depp dan Hammer
dengan segala tingkah konyol mereka dengan dark comedy serta saling mocking
yang celakanya tidak semuanya bekerja dengan baik. Hasil akhirnya anda akan
merasakan sebuah kejenuhan tingkat tinggi, terutama karena cerita yang tampak
berbelit-belit.
Berbagai kegagalan tadi
memberikan dampak negatif pada image dari film ini sendiri. Tujuan utama mereka
mungkin terlihat menarik, dimana berupaya mencoba untuk menghadirkan kembali
sebuah nilai besar yang pernah dimiliki USA di abad 19. Namun cara ia dikemas
tadi merusak kesempatan tersebut. Tidak ada sebuah tontonan absurd yang
menarik, tidak ada sebuah konflik yang dikemas agar mampu menjadi perhatian
utama, tidak ada permainan emosional serta chemistry yang baik, bahkan beberapa
karakter dibentuk dengan cara yang sangat kasar (poor you Helena Bonham Carter).
Mungkin akan terkesan
sedikit frontal, namun sangat disarankan menonton film ini jika anda memang
seorang penggemar kelas berat dari seorang Johnny Depp. Gore Verbinski jelas sudah mengerti materi apa yang paling tepat
untuk Johnny Depp, dan mayoritas
diantaranya berhasil yang juga menjadi nilai positif yang dimiliki film ini,
dimana Johnny Depp mampu menghadirkan slapstick dan mocking yang menyenangkan. Armie Hammer tidak tampil menarik, William Fichtner kehilangan tenaga di paruh kedua, sedangkan Tom Wilkinson mampu memanfaatkan
beberapa kesempatan kecil yang miliki untuk sejenak menguasai cerita.
Overall, The Lone Ranger adalah film yang kurang
memuaskan. Ini seperti menyaksikan Rango dalam
wujud manusia yang dikemas dengan cara yang kurang memikat. Ceritanya tidak
fokus, dan tampak terlalu sibuk berupaya menjadikan dua karakter utamanya agar
menarik. Ini kacau, ini berantakan, ini adalah sebuah parade lucu tanpa makna
yang cukup membosankan.
0 komentar :
Post a Comment