Simple is better. Kalimat itu juga berlaku untuk industri film, apalagi ketika sudah mulai berurusan dengan unsur dana ataupun biaya pasti ada saja faktor lain yang dipaksa masuk kedalam cerita utama dengan mengemban misi lain. Ada yang mengatakan sebagai upaya menyeimbangkan cerita, mengikuti selera pasar, hingga mencoba untuk tampil megah, namun tidak sedikit yang akhirnya merusak potensi yang mereka punya akibat kehilangan fokus. White House Down, menghibur, namun konyol.
John
Cale (Channing Tatum), pria yang bekerja sebagai polisi,
mencoba menebus kesalahannya yang telah menyebabkan anak perempuannya yang
bernama Emily Cale (Joey King)
menjadi sangat kecewa. Dua tiket masuk ke White House, rumah dari Presiden James Sawyer (Jamie Foxx) dan
keluarga, sosok yang juga menjadi idola Emily. Namun John Cale punya misi lain
yaitu untuk mendaftar sebagai bagian dari anggota Secret Service, yang sayangnya belum mendapatkan kepastian dari Carol Finnerty (Maggie Gyllenhaal), Agen
Secret Service.
Untuk melepaskan
kekecewaan itu, John dan Emily untuk ikut dalam tur mengelilingi White House, yang bahkan berhasil
mempertemukan mereka dengan Presiden James Sawyer, yang kala itu sedang
melintas bersama pasukan pengamannya yang berada dibawah komando Martin Walker (James Woods). Pertemuan
manis itu merupakan awal dari sebuah bencana, karena disisi lain sekelompok
penyusup yang dipimpin oleh Emil Stenz
(Jason Clarke) dan Tyler (Jimmi Simpson)
telah berhasil masuk kedalam White House dan berencana melakukan invasi akibat
keputusan Presiden yang ingin menarik semua pasukan AS dari Timur Tengah.
Mari tidak
membandingkan film ini dengan “abangnya” yang telah terlebih dahulu hadir bulan
maret yang lalu, Olympus Has Fallen.
Meskipun mengusung tema bahkan cerita yang identik, White House Down berhasil membuktikan mengapa mereka begitu yakin
hadir setelah OHF meskipun berpotensi hanya menjadi bayangan semata, terutama
ketika menilik cast cukup kuat yang ia miliki, hingga keberadaan Roland Emmerich di bangku kendali utama,
sosok yang telah terkenal dengan film-film bernafaskan bencana seperti Independence Day, Godzilla, The Day After
Tomorrow, hingga 2012.
Lantas apakah film ini
menarik? Ya, pada awalnya. Sangat suka dengan apa yang White House Down berikan dibagian awal, terutama pada cara yang
Emmerich gunakan untuk mengembangkan cerita yang ditulis oleh James Vanderbilt. Sabar, pelan, dengan
tahapan yang cukup jelas, menjadikan tiap tokoh dalam cerita mampu menghadirkan
karakterisasi yang mereka miliki, tidak begitu dalam namun terasa efektif untuk
meninggalkan impresi pada penontonnya, dari penjahat yang gila, hacker yang
narsis, hingga mantan militer yang kejam. Di titik ini pressure dari tindakan
terorisme masih terjaga dan terasa dengan baik, hingga berkahir ketika ia
mencoba menyatukan cerita.
Namun, film ini
celakanya kurang total dan fokus, seperti bingung ingin menjadi film jenis apa,
action atau komedi? Menyelipkan berbagai one
liner joke yang secara mengejutkan mayoritas berhasil bekerja dengan baik,
kesan yang ditimbulkan dari misi penyelamatan ini menjadi kurang begitu serius,
padahal sejak awal anda telah diberikan beberapa clue yang menjanjikan sebuah
tontonan minim lelucon. Ini sebuah kesalahan yang fatal, karena cerita yang ia
usung sebenarnya bahkan sudah sangat predictable.
Dampaknya, daya tarik berkurang secara drastis ketika anda mulai kehilangan
keyakinan pada kekuatan dari pihak penjahat, dimana setelah penilaian itu
muncul apa yang ia hadirkan seolah tampak seperti kumpulan omong kosong yang
disengaja untuk menjadikan masalah politik global menjadi lebih kompleks.
Scriptnya juga tampak
bingung, dimana beberapa konflik pendukung yang dihadirkan tidak diolah dengan
baik, sehingga meninggalkan lubang yang mengecewakan. Hal ini yang akan
menjadikan penonton yang tidak begitu mementingkan hal detail akan terhibur,
karena Emmerich berhasil mengalihkan perhatian mereka pada
hal tersebut dengan pergerakan cerita yang dijaga terus dinamis dan
menyenangkan dengan komedi yang ia miliki. Nilai plus? Sayangnya tidak, karena White House Down punya potensi yang
lebih baik untuk menjadi sebuah sajian buddy
cop movie diparuh kedua, namun kurang maksimal akibat bumbu joke yang
mewarnai aksi kejar antara kucing dan tikus di ruang bermain yang sempit.
Ini mengapa simple is
better. White House Down adalah
contoh paling baru, dana besar yang memberikan beban berat, dan celakanya tidak
disertai dengan premis yang menjanjikan. Ia sadar akan hal itu, menekan adegan
brutal hingga memperoleh rating PG-13, hingga menghadirkan beberapa konflik
pendukung untuk menciptakan cerita yang lebih kompleks. Namun secara perlahan
kekhawatiran yang telah ia miliki sejak awal mulai muncul, yang bahkan ia
tunjukan pada cerita dengan modus utama penyerangan yang tidak kokoh, hingga
cara untuk menyelesaikan film ini, sehingga timbullah sebuah konklusi konyol
yang harus menguras durasi sangat panjang, menjadikan perjalanan jauh itu
terasa kurang bermakna.
Para pemeran bermain cukup
baik, secara individual, terutama dibagian komedi (dua kali digunakan, anehnya
joke tentang JFK dan Marilyn Monroe itu bekerja sangat baik),
sisanya kurang memikat. Tatum dan Foxx sangat lemah dalam membangun
chemistry, padahal durasi yang mereka habiskan bersama cukup banyak. Jason
Clarke tampil memikat dibagian awal, begitupula dengan James Woods, serta Gyllenhaal
tidak buruk dalam porsi kecil yang ia punya. Richard Jenkins yang berperan sebagai Eli Raphelson tampil memikat,
terlebih dengan keberhasilannya mengemban tugas utamanya. Sedangkan kejutan
dihadirkan oleh Joey King, yang mampu menjadikan karakter memiliki daya tarik
sejajar dengan dua karakter utama.
Overall, White House Down adalah film yang kurang
memuaskan. Proses membangun cerita diawal merupakan bagian terbaik, meskipun
berjalan dengan pelan. Setelah mulai beraksi dan bergerak cepat, film ini mulai
kelihatan bingung dan kurang mampu menutupi hal-hal yang mungkin telah ia
cemaskan sejak awal. Menghibur? Cukup. Konyol? Ya. Andai saja ia memasukkan
komedi kedalam genre yang ia usung, mungkin nilai yang ia peroleh akan lebih
baik.
0 komentar :
Post a Comment