Sebuah film yang menarik tentu merupakan dambaan setiap
elemen industri film, mulai dari penonton hingga sutradara film tersebut. Namun
selalu ada dampak negatif yang film tersebut berikan dari kesuksesan yang ia
raih, terlebih pada calon penerusnya. Ini yang dialami The Hangover franchise,
dimana kegemilangan luar biasa dari apa yang The Hangover capai ikut menambah beban yang semakin berat pada film
keduanya, yang faktanya berakhirnya buruk. The
Hangover Part III, an epic finale?
Petualangan terbaru Alan
(Zach Galifianakis), Stu (Ed Helms),
dan Phil (Bradley Cooper) kali ini
tidak ada kaitannya dengan tekanan dari sebuah pernikahan seperti yang mereka
alami di dua film sebelumnya. Sumber utama masalahnya berasal dari Leslie Chow (Ken Jeong), yang setelah
tertangkap ternyata berhasil lolos dari penjara di Bangkok, kembali ke USA, dan mencuri setengah dari total emas
batangan milik seorang jutawan bernama Marshall
(John Goodman) bernilai lebih dari US$42 juta yang juga ia curi dari
seorang syeikh.
Imbasnya pada Alan, Stu, dan Phil memang sedikit aneh, dimana
Marshall mendapati bahwa selama Chow berada di penjara ia sering berkomunikasi
dengan Alan, melalui surat. Fakta ini seperti sebuah jalan bagi Marshall untuk
menemukan kembali Chow, menangkap mereka saat hendak membawa Alan ke pusat
rehabilitasi di Arizona, membebaskan
mereka dengan sebuah tugas untuk membawa Chow beserta emas tersebut kembali
padanya. Masih sama, ada sebuah batas waktu yang kali ini dengan taruhan nyawa
sahabat mereka, Doug (Justin Bartha).
Menambahkan kata finale di dalam posternya bersanding dengan
kata epic, Todd Phillips cukup
berhasil menarik perhatian meskipun rasa kecewa itu masih ada dari apa yang ia
tampilkan di bagian keduanya. Memang tidak dapat dipungkiri masih ada sebuah
keinginan agar The Wolfpack dapat kembali menyuguhkan hiburan seperti apa yang
mereka berikan di film pertamanya, sederhana, lucu, gila, dan dipenuhi sebuah
gambaran kebebasan yang langsung menjadikan penontonnya jatuh cinta pada tiga
karakter utama.
Todd Phillips sepertinya sadar akan hal itu, dan di bagian ketiga ini ia
tampak ingin mencoba untuk kembali menerapkan hal yang pernah memberikannya
kesuksesan. Tidak kompleks, bahkan cukup sederhana, namun sayangnya cerita yang
ia tulis bersama Craig Mazin tidak
mampu mengeksekusi begitu banyak unsur istimewa yang sebenarnya sangat
potensial. Phillips dan Mazin seperti ingin membawa anda kembali mengenang
petualangan tiga sahabat ini sejak empat tahun lalu, banyak menyinggung hal-hal
lucu yang pernah mereka lalui. Menarik, menjadikan anda tersenyum ketika
mengingatnya kembali, namun tidak istimewa karena dibentuk seperti tempelan
untuk membantu menjadikan kisah utama semakin menarik.
Benar, sangat mudah untuk melihat upaya besar yang diberikan
film ini untuk membawa kembali kesuksesan mereka, namun kembali menuai
kegagalan. Cerita yang sebenarnya sangat sederhana itu di bentuk oleh Todd
Phillips menjadi lebih panjang dengan cara yang kurang menarik jika tidak ingin
dibilang kurang berkualitas. Mudah sekali menemukan bagian cerita yang terasa
bertele-tele, punya point kecil namun memakan durasi yang begitu besar, hal
yang justru merupakan kebalikan dari apa yang ia berikan pada elemen lain yang
lebih potensial. Semua terasa kaku, baik dari joke-joke yang mereka berikan,
jalan cerita yang terasa stuck di banyak bagian, hingga kedalaman cerita serta
karakter yang sangat dangkal. Mereka bertiga tampak seperti boneka yang
berjalan tanpa nyawa, dikendalikan cerita bukan mengendalikan cerita.
Seperti boneka, cara Alan, Phil, dan Stu dalam menjalankan
cerita juga tampak kurang total, tidak bersemangat. Sepanjang film seperti
tertulis di raut wajah mereka, “Oke guys, kami sudah lelah, mari selesaikan
semua ini di tempat kita memulainya.” Hasilnya, The Hangover Part III
bukannya menjadi sebuah penutup yang epic seperti yang ia janjikan
melainkan sebuah kekacauan yang berakhir datar. Bagian yang anda temukan di
film pertama, hilang di bagian kedua, masih tidak akan anda temukan di film
ini. Tidak ada lagi sebuah petualangan yang bebas dan seru, penuh
kejutan-kejutan yang sebenarnya menjadi daya tarik utama film ini sejak ia
lahir.
Jika benar ini adalah bagian penutup, maka franchise ini pergi dengan meninggalkan
sebuah kekecewaan, bukan karena penontonnya masih menginginkan kisah mereka
berlanjut, namun cara mereka menutup petualangan ini, tidak meninggalkan memori
indah karena berakhir dengan sebuah kekacauan yang tidak menarik. Ini tentu
menyedihkan, franchise yang diawali dengan sebuah kesuksesan besar, bahkan
meraih Golden Globe dengan saingan
yang tidak kalah berkualitas kala itu, (500)
Days of Summer, Julie & Julia, Nine, dan It's Complicated. Muncul sebagai something yang begitu besar, namun
harus berakhir sangat kecil.
Menggunakan John
Goodman dan Melissa McCarthy
adalah sedikit keputusan tepat yang diambil oleh Todd Phillips, mereka berhasil
menjadi scene stealer. Begitupula dengan kembalinya Heather Graham, serta Mike
Epps dengan karakternya Black Doug
yang sangat terkenal di film pertama. Sedangkan Galifianakis, Ed Helms, dan
Cooper seperti terjebak dalam tekanan yang menuntut mereka untuk menjadikan
film ini sebagai penutup yang manis, yang celakanya anda juga seperti ikut
merasakan beban itu. Tidak bebas, power yang lemah menjadikan mereka tidak
fokus dalam menciptakan petualangan yang menyenangkan.
Overall, The Hangover
Part III adalah film yang tidak memuaskan. It’s not an epic finale, it's an epic failed finale. Film
ini ibarat membangun kembali sebuah rumah yang telah rubuh 70%, memulainya dari
30% yang tersisa, bukan dari pondasi awal. Datar, tidak solid, tidak lucu,
bahkan beberapa bagian bernuansa personal juga tidak berhasil menyentuh sisi
emosional. Tidak ada excitement dari sebuah petualangan yang seru pada film
ini. Tagline yang ia pakai di film pertama sangat tepat untuk menutup (?) franchise
ini, some guys just can't handle a mess.
0 komentar :
Post a Comment