"You don't turn your back on family, even when they do"
Hal ini tentu saja
bersifat subjektif, dimana setiap orang akan memiliki penilaian yang berbeda
tergantung pada sudut pandang yang mereka gunakan hingga selera yang mereka
punya. Bagi saya, Fast and the Furious
adalah salah satu film series yang sejauh ini terus menampilkan sebuah
perkembangan kearah positif di tiap film terbarunya. Fast & Furious 6 bahkan seolah menjadi sebuah pion yang
digunakan oleh series ini untuk menunjukkan bahwa upaya mereka belum berhenti
untuk mencoba menuju titik puncak.
Setelah sukses
melakukan aksi mereka di Rio de Janiero
dengan tipuan menggunakan brankas yang membuat rekening mereka semakin sehat, Dominic Toretto (Vin Diesel) kini
menikmati hidupnya bersama Elena Neves
(Elsa Pataky). Begitupula dengan crew yang ia miliki, Brian O'Conner (Paul Walker) kini hidup bahagia dengan Mia Toretto (Pearce Jordana Brewster), Han (Sung Kang) dengan asmara yang
semakin kokoh bersama Gisele (Gal Gadot),
Tej Parker (Chris 'Ludacris' Bridges)
yang gemar beramal dengan membobol ATM, hingga Roman (Tyrese Gibson) yang kini dikelilingi wanita cantik bahkan
telah memiliki sebuah pesawat pribadi yang ia beri nama “It's Roman bitches!”
Namun masalah adalah
sahabat dari Dom dan crew miliknya, yang kali ini berasal dari serangan pada
konvoi militer Rusia yang di ketahui berada dibawah kendali Owen Shaw (Luke Evans), mantan tentara
Pasukan Khusus Inggris. Luke Hobbs
(Dwayne Johnson), anggota Diplomatic
Security Service (DSS) yang menangani kasus ini ternyata cukup cermat,
dimana ia tahu cara cepat mengalahkan penjahat adalah dengan melawannya
menggunakan penjahat. Bersama Riley (Gina
Carano), Hobbs meminta bantuan Dom dan crew-nya, tentu saja dengan sebuah
imbalan yang kali ini tidak berupa uang melainkan janji sebuah kebebasan dari
semua tuntutan hukum, dan Letty Ortiz
(Michelle Rodriguez), mantan pacar Dom yang ternyata masih hidup.
Franchise ini terasa
semakin matang. Di konfirmasi kehadirannya pada february 2010, script mulai
dibangun oleh Chris Morgan pada april
2011, tidak heran bila Fast & Furious
6 berhasil menjadikan para penontonnya dengan mudah merasakan bahwa mereka
mengalami sebuah perkembangan yang signifikan. Semakin matang, dimana jalan
cerita yang ia miliki semakin menarik, mampu menghadirkan sebuah kasus yang
serius namun tidak meninggalkan begitu saja semua hiburan yang telah menjadi
ciri khas mereka, adu cepat di lintasan padat penduduk, hingga berbagai hal
konyol yang terkesan klasik namun tetap mampu menghadirkan tawa.
Ini tidak lagi sebuah
film yang akan menjadikan anda menilai mereka sebagai sajian adu cepat belaka.
Film ini mampu menaikkan kualitas yang pendahulunya telah ciptakan, berisikan
dialog-dialog yang semakin berisi dan padat, semakin berani memainkan
konflik-konflik pendukung yang anehnya justru mampu mencuri perhatian karena
punya power yang cukup kuat untuk bersanding dengan konflik utama, serta tahu
menempatkan joke yang ia miliki dengan penggunaan yang efektif terutama joke
one punch yang komikal.
Justin
Lin
seperti telah menyatu dengan jiwa dari film ini, mengerti dengan sangat
baik cerita yang ia punya, serta tahu mengolah berbagai ide yang ia miliki
untuk menghidupkan cerita tersebut ke layar lebar. Adegan kejar-kejaran yang
menjadi jualan utamanya tetap memikat, meskipun kesempatan yang ia miliki kini
semakin terasa sedikit terbatasi namun menghasilkan dampak positif pada cerita.
Ya, hasil dari keputusan tersebut adalah unsur lain dalam cerita berhasil hidup
dan mencuri perhatian, terutama unsur ikatan persaudaraan dan keluarga yang
menjadi topik utama yang coba diangkat film ini. Begitupula dengan kekuatan
kisah romance yang di setiap kehadirannya mampu memberikan sebuah warna yang
manis.
Bagian terbaik dari
film ini hadir di paruh pertama, ketika cerita masih coba dibangun, dimana anda
masih dibuat mencoba untuk menerka kemana film ini akan berjalan dengan
beberapa konflik yang ia hadirkan. Di bagian ini tensi cerita memang sempat
turun, namun selalu berhasil di naikkan kembali oleh Justin Lin dengan menggunakan berbagai elemen cerita yang ia punya.
Nah, sayangnya meskipun harus diakui tidak mengalami sebuah degradasi cerita
yang begitu besar, di paruh kedua saya mulai merasakan berbagai hal yang tidak
saya temukan di paruh pertama yang celakanya justru berada di zona negatif.
Masih terdapat adegan aksi yang seru, cerita juga masih
mengalami perkembangan. Namun di beberapa bagian saya merasa Justin Lin seperti
mencoba menciptakan ruang cerita yang begitu luas untuk memperdalam unsur-unsur
pendukung cerita, terutama ya itu tadi keluarga dan cinta. Beberapa adegan
terasa kurang padat, terlalu panjang, sehingga excitement yang ia hasilkan
kurang maksimal. Sayang memang, dimana bahkan upaya dari Owen Shaw bersama anak
buahnya Jah (Joe Taslim) dan dua
lainnya perlahan mulai kehilangan power mereka, seperti menunggu waktu untuk
mati tanpa memberikan threat yang berarti.
Ya ya ya, efek yang ia
hasilkan harus diakui bekerja dengan baik. Namun upaya Justin Lin yang seperti
mencoba melakukan push lebih dalam di bagian tadi merupakan sebuah blunder bagi
saya. Mungkin Justin Lin ingin memberikan sebuah akhir yang manis dari
petualangannya di franchise ini, sesuatu yang berani dan memorable, yang
celakanya bagi saya justru akan menjadi hal memorable karena menodai semua
upaya yang ia berikan di bagian lain cerita. Membingungkan memang karena justru
di bagian lainnya terutama adegan aksi kejar dengan kecepatan tinggi justru
dibungkus oleh Justin Lin dalam durasi yang singkat dengan tempo yang terlalu
cepat, sesuatu yang tidak saya harapkan sebelumnya.
Kekecewaan lainnya
berasal dari Luke Evans yang seperti tenggelam ditengah hiruk pikuk Dom dan
crew miliknya. Threat yang dihasilkan terlalu kecil, bahkan jauh dari kata
menakutkan. Hal ini akibat dari Vin
Diesel yang sepertinya sengaja ditempatkan sendirian didepan, dan pemain
lainnya melakukan “pesta” dengan tugas mereka masing-masing. Paul Walker tidak lagi bersanding
sejajar dengan Vin, dan Michelle
Rodriguez juga seperti tidak mampu bergerak lebih jauh. Yang paling menarik
justru dua duo yang Justin Lin miliki, Sung
Kang dan Gal Gadot dibagian
romance, serta Tyrese Gibson dan Ludacris dengan lelucon mereka.
Overall, Fast &
Furious 6 adalah film yang memuaskan. Justin Lin berhasil membangun tiga film
yang ia tangani di franchise ini terus bergerak maju. Tetap seru, tetap
menghibur, tetap lucu, dengan cerita yang semakin berisi tanpa pernah
menyingkirkan “identitas” yang telah mereka bangun. Tapi dengan mengesampingkan
post-credit scene yang ia miliki, paket yang ditawarkan oleh Fast & Furious 6
tidak berhasil memberikan hasil akhir yang mampu
melampaui Fast Five.
0 komentar :
Post a Comment