Jangan memberikan hadiah ulang tahun yang memiliki nilai
terlalu tinggi pada lawan jenis anda jika maksud dan tujuan utama anda hanyalah
sebatas sebagai ucapan selamat, karena jika dia salah dalam melakukan persepsi
dari apa yang anda berikan hasilnya bisa saja justru akan menjadi boomerang
bagi anda. Apa hubungannya dengan Promised
Land? Yak, itu yang dialami oleh film ini, sebuah film drama dengan coba
menghadirkan sebuah konflik dan pesan yang cukup serius.
Steve Butler (Matt Damon), merupakan salah satu pekerja dengan sejarah
pekerjaan yang cukup menjanjikan di sebuah perusahaan energi bernama Global Crosspower Solutions. Bersama Sue Thomason (Frances McDormand), Steve
ditugaskan menuju sebuah kota kecil dengan tingkat perekonomian rendah
dikawasan Pennsylvania yang menurut hasil riset perusahaan mereka memiliki
potensi minyak yang sangat sangat tinggi. Jelas bukan sebuah misi yang mudah di
emban oleh Steve dan Sue, karena mereka bukan hanya harus memperoleh ijin dari
pihak pemerintahan, namun juga termasuk seluruh penduduk kota.
Semua berawal manis, dengan walikota yang setuju pada
penawaran awal yang diberikan oleh Steve. Bencana bermula di pertemuan kota
yang mencoba membahas masalah tersebut, dimana seorang pria tua yang berprofesi
sebagai guru bernama Frank Yates (Hal
Holbrook) tidak setuju dengan rencana tersebut, menyampaikan teori yang
akhirnya merubah pandangan warga lain yang pada awalnya setuju dengan penawaran
dari Steve. Mereka mengajukan untuk diadakan vote tiga minggu kemudian.
Celakanya, esok harinya hadir Dustin
Noble (John Krasinski), pria yang mengaku dari komunitas pelindung
lingkungan, dengan sebuah fakta lain yang meyakinkan dan menambah beban Steve
serta Sue untuk mewujudkan misi mereka.
Film yang menarik, dimana anda akan menemukan karakter utama
yang dibangun dengan cukup baik, berhasil meyakinkan anda bahwa tugas yang ia
emban mampu memberikan benefit serta profit, namun setelah itu hadir lawan
yang juga mampu melakukan hal serupa, meyakinkan penontonnya bahwa apa yang
dilakukan karakter utama adalah sebuah bencana. Cerita yang disusun oleh Dave Eggers itu cukup berhasil
diterjemahkan kedalam screenplay yang menarik oleh John Krasinski dan Matt Damon.
Yap, mereka mampu membuat saya berada di titik kebimbangan sampai film mulai
menyentuh durasi satu jam.
Well, pace lambat diawal memang sedikit membosankan, terlebih
dengan gagalnya beberapa joke yang ia coba selipkan. Beruntung konflik utama
yang ia usung selalu mampu di maintain dengan baik, sehingga kadar daya tarik
yang ia punya mampu tampil stabil dan terus bergerak positif. Kekuatan utamanya
terletak pada nilai kemanusiaan yang ia usung, dan dipadukan bersama sebuah
fakta menggiurkan yang pasti akan mampu menggoyang pendirian banyak orang.
Sebuah pertanyaan kuat akan mengiringi penontonnya, pihak mana yang harus anda
pilih jika anda menjadi penduduk kota tersebut?
Sayang, semua hal tadi hanya tampil di satu jam durasi,
karena setelah sukses membawa permasalahan itu mencapai puncaknya, film ini
seperti bingung pada langkah apa yang harus mereka lakukan. Bukan salah Gus Van Sant (Milk), namun bersumber
pada cerita yang secara mengejutkan justru menampilkan kebalikan dari apa yang
ia hadirkan diawal. Mulai tampak hal-hal lemah yang berdampak pada apa yang
telah dibangun diawal menjadi tampak biasa, bahkan bisa saja terlupakan. Tensi
persaingan itu mulai turun, dan unsur drama mulai sedikit maju kedepan. Ini
adalah salah dari Damon dan Krasinski, yang sejak awal telah melemparkan sebuah
konflik menarik yang langsung membuat anda berpikir terlalu serius.
Puncaknya, film ini mulai tampak runyam ketika ia
menghadirkan sebuah kejutan pertama, yang bahkan sudah dapat anda prediksi
sejak awal, disusul kejutan kedua yang justru menjadikan penantian yang anda
bangun terasa useless. Menyebalkan,
ia seolah ingin tampak megah, namun celakanya tidak disertai materi yang mampu
bekerja dengan efektif, terasa melayang dan tidak memberikan sebuah pukulan
yang kuat sehingga anda merasakan betapa menariknya pesan yang mereka bawa.
Promised Land seperti punya dua bagian yang terpisah secara jelas,
dibagian awal ia tampil sangat menarik dan menjadikan anda berpikir bahwa ada
sesuatu yang menjanjikan yang akan mereka berikan, namun di paruh kedua ia
tidak mampu memberikan cerita yang impresif dan terasa terlalu biasa sehingga
menjadikan anda yang sudah berharap besar akan merasa kecewa. Bahkan tidak
banyak momen memorable yang dimiliki film ini, hanya perdebatan Holbrook dan
Damon, serta permainan kisah segitiga yang melibatkan Alice (Rosemarie DeWitt) yang justru menjadi garis awal dimulainya
hal menjengkelkan itu. Nilai minus lainnya, saya bahkan tidak menaruh simpati
pada Steve, hanya konflik yang ia bawa yang menjadikan ia menarik.
Overall, Promised Land
adalah film yang kurang memuaskan. Film ini mungkin dapat menjadi bukti terbaru
bahwa untuk menjadi sebuah film yang baik mereka harus mampu menjadikan semua
bagian film itu tampak menarik, bukan hanya diawal, atau hanya diakhir, dan
tidak melakukan hal-hal yang bahkan mereka sendiri tidak yakin. Van Sant, Damon, dan Krasinski seperti tampak bingung,
mencoba tampil serius diawal, namun justru terlalu drama di bagian akhir. Solid
diawal, beberapa akting yang bersinar, rusak di akhir.
0 komentar :
Post a Comment