Believe has an ultimate power. Kalimat singkat tadi adalah
rangkuman dari banyak quote panjang yang mungkin pernah anda dengar yang
berintikan anda bisa melakukan apapun jika anda percaya, tidak ada yang
mustahil jika anda percaya anda bisa, dan bla bla bla. No sukses meninggalkan penontonnya dengan sebuah semangat baru
ketika ia perlahan menghilang dari hadapan mereka.
Augusto Pinochet, telah menjalankan tugasnya sebagai presiden Chile selama 15 tahun, harus menghadapi
sebuah kondisi dimana kepemimpinannya mulai dipertanyakan karena sistem
diktator yang ia terapkan, meskipun kala itu Chile berada dalam kondisi yang
stabil. Tahun 1988, lahir sebuah referendum yang mencetuskan sebuah ide untuk
mencoba memberikan kesempatan bagi rakyat chile untuk ikut berpartisipasi pada
negara mereka dengan cara yang simple, Yes or No. Bagi mereka yang masih
menginginkan rezim Pinochet untuk melanjutkan tampuk kepemimpinannya, maka
mereka harus memilih Yes, sedangkan rakyat yang ingin sebuah pemilihan demokratis,
maka pilihannya adalah No.
Dua kubu tadi diberikan waktu selama 27 hari untuk menarik
sebanyak mungkin suara. Caranya, setiap malam masing-masing kubu mendapatkan
kesempatan selama 15 menit di stasiun televisi nasional untuk menyampaikan
iklan yang berisikan alasan mengapa gerakan yang mereka usung adalah pilihan
yang terbaik. René Saavedra (Gael García
Bernal), seorang pakar di sebuah perusahaan advertising, dengan langkah
berani memilih untuk ikut bergabung bersama kelompok No, siap menjadi musuh
baru dari boss perusahaannya yang bernama Luis
Guzmán (Alfredo Castro), dan bersama José
(Luis Gnecco), Fernando (Néstor Cantillana), dan anggota tim lainnya siap
menjadi musuh dari pemerintahan yang sedang berkuasa.
Terlalu mudah untuk memprediksi bagaimana film ini akan
berakhir, dan saya juga merasa paragraf awal tadi pasti secara implisit telah
membocorkan secara halus kemana film ini akan berlabuh. Tidak penting, karena
hal itu bukan menjadi tujuan utama film ini, memberikan misteri dan membukanya
diakhir cerita. Tujuan utama dari No adalah ingin membawa anda kedalam kondisi
yang kembali membuktikan dimana David
bisa mengalahkan Goliath, menggunakan
kaum tertindas yang berhadapan dengan pemimpin diktator dan sangat berkuasa,
beserta seorang malaikat penolong dengan mengandalkan kekuatan bahasa
advertising yang ia miliki untuk merubah sistem sebuah negara.
No berjalan lambat di bagian awal, di isi dengan situasi
dimana René sedang menyusun rencana yang akan ia pakai. Ini mungkin titik
krusial dari film ini, pace lambat kurang begitu mampu memacu daya tarik dan
sangat menuntut kesabaran dari penontonnya. Cukup lama, bagian berisi
diskusi-diskusi itu hampir menguras 30 menit durasi. Point penting lainnya
adalah bagaimana keputusan berani yang diambil oleh Pablo Larraín untuk menghadirkan gambar-gambar layaknya salah satu
aplikasi berbagi gambar yang terkenal saat ini, yang bertujuan untuk membawa
penontonnya lebih merasakan nuansa tahun 1988 dengan gambar yang tidak jernih
berbalut nuansa vintage yang kental berkat kinerja yang baik dari divisi
produksi. Sama seperti premis yang ia usung, hal ini akan menciptakan dua pilihan
bagi penontonnya, suka atau tidak.
Semua mulai menarik ketika ancaman itu datang, dan René mulai
menerima berbagai terror psikis yang secara naluri langsung menciptakan kondisi
waspada baik terhadap dirinya sendiri, dan juga mantan istrinya Verónica Carvajal (Antonia Zegers)
beserta anaknya Simon. Disini baru terlihat bahwa keputusan yang diambil Pablo
Larrain diawal terasa tepat. Larrain cerdik dalam memainkan tempo cerita,
dimana anda dibuat terlena dan waspada diawal sehingga menjadikan beberapa kejutan
yang sebenarnya punya skala yang kecil namun cukup sanggup memberikan dampak
yang baik terhadap cerita.
Punya premis yang menarik tidak menjadikan Pedro Peirano kehilangan kontrol dalam
membangun screenplay yang ia susun. Cerita yang kuat itu berhasil ditata dengan
rapi, sabar, sederhana, namun efektif. Ini seperti sebuah perjalanan tamasya,
dimana anda diajak untuk melewati jalan yang berada di tepi tebing-tebing
tinggi dan curam, menjadikan anda terus merasakan waspada walaupun terus
terhibur dengan berbagai pemandangan indah, dan menemukan sebuah kepuasan
ketika tiba di sebuah pantai yang indah diakhir cerita. No punya itu, sebuah
polemik yang mencekam, dibalut dengan berbagai hiburan serta sedikit lelucon
lewat proses mereka membangun iklan tanpa pernah kehilangan unsur gelap yang
telah ia bangun.
Kekecewaan yang No
berikan hanya berasal dari tensi cerita yang ia tawarkan. Ia pintar, kuat,
serta unik, namun Pablo Larraín
selalu menaruh tensi cerita pada level yang stabil, malah terlalu stabil bagi
saya. Akibatnya, beberapa bagian yang seharusnya dapat menjadi shocking moment
tidak berhasil membuat saya terkejut. Contohnya pada dua adegan penyerangan,
yang memang berhasil bekerja dengan efektif, namun terasa kurang memiliki
power. Saya merasa bagian-bagian tersebut yang seharusnya mampu semakin
menambah warna politik bagi cerita, dan mampu menandingi dominasi unsur
marketing yang dibawakan dengan baik oleh Gael García Bernal beserta cast utama
lainnya.
Overall, No adalah
sebuah film yang memuaskan. Pablo Larraín
sukses membawa penontonnya merasakan ketatnya polemik yang terjadi dibantu
dengan penggambaran yang sangat efektif buah hasil keputusan berani yang ia
ambil. Punya cerita yang kuat, di tata dengan baik, teliti, dan pintar, No
sukses menghidupkan kembali sebuah sejarah besar yang mampu merubah sistem
suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Hey, sineas Indonesia, adakah yang
berani mencoba hal yang sama, maybe?
0 komentar :
Post a Comment