Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Well, saya tidak
pernah membunuh, dan saya tidak tahu pula apa yang dirasakan seorang pembunuh
setelah melakukan tindakannya itu. Tapi saya tahu rasanya difitnah, dan
itu memang benar menyakitkan, dimana anda dituduh melakukan sesuatu yang
sesungguhnya tidak pernah sama sekali anda lakukan. The Hunt (Jagten), sebuah film yang akan membawa anda merasakan
bahwa fitnah sangat sangat jauh lebih sakit ketimbang tusukan sebuah pisau, bahkan tetesan
darah dari tubuh anda.
Lucas (Mads Mikkelsen), pria paruh baya yang berprofesi sebagai guru
di taman kanak-kanak, tampak sangat bahagia menjalani hari-harinya yang
terlihat dengan banyak anak yang senang bermain dengannya. Ya, hal tersebut
seperti menjadi sisi lain dari kehidupan Lucas, dimana ia telah berpisah dengan
istrinya (yang menjadikannya bebas menjalin hubungan dengan Nadja (Alexandra Rapaport)), serta
sebuah permasalahan mengenai anaknya Marcus
(Lasse Fogelstrøm) yang ternyata lebih memilih menghabiskan liburan natal
bersamanya. Namun, sebuah berita mengejutkan menggemparkan taman kanak-kanak
tersebut, bahkan mungkin seluruh kota.
Klara (Annika Wedderkopp), anak perempuan di bawah umur yang merupakan
anak dari sahabat Lucas yang bernama Theo
(Thomas Bo Larsen), dikenal memiliki daya imajinasi tinggi dan tidak pernah
berbohong, mengatakan bahwa ia telah mengalami pelecehan seksual dari Lucas.
Klara mengatakan bahwa Lucas telah memperlihatkan kemaluannya kepadanya. Sebuah
perkara besar, belum terbukti kebenarannya meskipun memiliki dugaan yang kuat
akibat seringnya Klara pergi ke sekolah bersama Lucas, namun telah menjadikan
Lucas menjadi sosok yang menjijikkan bagi semua orang, dari menjadi sosok
buangan, kehilangan pekerjaan, hingga harus berurusan dengan polisi.
Ini adalah film yang cerdas. Dengan premisnya yang sempit dan
sederhana, Thomas Vinterberg justru
sukses menciptakan sebuah kendaraan yang sangat nyaman untuk membawa
penontonnya masuk kedalam sebuah arena bermain penuh tekanan dan emosi.
Screenplay menjadi nilai positif terbesar yang dimiliki film ini, dimana
Vinterberg tahu memainkan tempo dan alur dari cerita yang ia tulis bersama Tobias Lindholm. Konflik utama dibangun
dengan sabar, tidak kompleks namun berkat pace yang lambat mampu membangun
tekanan yang dirasakan oleh karakter utama.
Kesal dan muak, Vinterberg sukses menjadikan saya merasakan
hal tersebut, lewat penggambaran dari perlakuan yang diterima Lucas. Tidak ada
kekerasan senjata, dan hanya beberapa buah pukulan, namun kehancuran yang
diciptakan film ini justru sangatlah dalam bercampur tekanan yang terasa berat.
Hanya ada satu atau mungkin dua buah sub plot, yang bahkan menurut saya tidak
layak disebut sebagai konflik pendukung, karena Vinterberg lebih memilih untuk
berputar-putar di konflik utama. Tapi hebatnya, tidak ada bagian yang useless,
punya kontribusi pada cerita.
Apakah dengan berputar pada konflik utama menjadikan film ini
membosankan? Tidak, karena anda sejak awal sudah di buat bertanya siapa
sebenarnya sosok yang melakukan tindakan pelecehan tersebut. Vinterberg dan
Lindholm patut bersyukur pada keputusan mereka menghadirkan variabel lain dalam
cerita, yaitu Klara. Pria lembut dan sangat mengasihi anak kecil ditempat
kerjanya, anda akan mencintai Lucas. Yang menjadi masalah, korbannya adalah
seorang anak kecil, umur yang selalu di kaitkan dengan tindakan jujur berkat
kepolosan yang masih mereka miliki. Hal tersebut menciptakan dua opsi, dan
semakin menambah daya tarik dari misteri yang film ini miliki.
Berkat premisnya yang sempit, film ini terasa singkat
meskipun punya durasi sepanjang 115 menit. Kesuksesan anda meraih rasa puas di
akhir cerita tergantung pada kondisi yang anda rasakan di awal cerita, dimana
anda telah terjebak bersama Lucas, dan perlahan tapi pasti semakin kesal dengan
semua tindakan masyarakat disekitarnya. Kekurangan film ini juga terletak pada
bagian akhir, standard dan aman, meskipun ada sedikit kejutan yang diberikan. Well, mungkin karena semua rasa kesal yang telah saya rasakan terbangun sejak
awal, sehingga apa yang Lucas alami di akhir cerita sedikit kurang menyenangkan
bagi saya akibat semua perlakuan yang telah ia terima sebelumnya. Begitupula kelemahan pada script yang sebenarnya cukup predictable.
Selain screenplay yang rapi, mampu membangun daya tarik dari
sebuah premis yang sempit, factor kesuksesan lainnya yang dimiliki film ini
adalah Mads Mikkelsen. After the Wedding,
Flammen & Citronen, menjadi musuh
James Bond, dan terakhir menjadi pria
yang merusak sebuah kerajaan di A Royal
Affair, sudah cukup menjelaskan bagaimana kualitas yang dimiliki Mads
Mikkelsen. Berikan dia karakter yang punya potensi untuk menjadi kuat, dan ia
tidak akan mengecewakan anda. Lucas hidup berkat kinerja tunggal dari
Mikkelsen, bahkan film ini mungkin akan terasa datar tanpa kehancuran yang
Mikkelsen tampilkan.
Overall, The Hunt
(Jagten) adalah film yang sangat memuaskan. Screenplay menjadikan premis sempit
dan sederhana yang film ini miliki menjadi hidup meskipun hanya didominasi satu
warna cerita. Tampak seolah berputar-putar bersama dengan cinematography yang memikat, namun justru menjadikannya fokus
pada Lucas, karakter yang memang sejak awal telah dicanangkan menjadi kunci
yang menentukan sukses atau tidaknya film ini. Yap, The Hunt sangat sukses membawa penontonnya merasakan bagaimana sakitnya serta beratnya beban dan tekanan dari sebuah tuduhan yang tidak pernah anda lakukan, dan menjadikan hal tersebut bermain-main di pikiran anda setelah ia berakhir.
Keren reviewnya :D
ReplyDeleteEmang keren banget nih film, terutama Lucas nya, tapi, walaupun tau endingnya bakal kaya apa, saya bingung maksud dari endingnya itu sendiri hehehe...
Thanks. :)
DeleteFilm ini membuat saya menangis terus, bagaimana rasa nya disakitin dan dijauhin. Sungguh film yang sangat recommended :)
ReplyDeleteSelepas mnonton film ini sy msh trus beepikir apa maksud dari ending.. Di sekitar 3 menit trkhr..
ReplyDeleteTrlepas dari itu film ini skses membuat prsaan sy seakan akan trbwa sakit terhakimi oleh fitnah.. Good review