Anda tentu sudah tahu
bagaimana gencarnya salah satu negara di semenanjung Korea, yang melakukan
riset dan menyatakan bahwa mereka telah menyiapkan senjata nuklir sebagai
benteng utama mereka. Kita juga tahu bahwa Amerika Serikat adalah negara
adidaya, negara yang seolah menjadi pemimpin dunia, dan berdampak pada jumlah
musuh mereka yang juga tidak sedikit. Nah, pernahkah anda membayangkan pusat
pemerintahan USA jatuh dengan semua pertahanan canggih yang ia miliki? White house, the most protected building in
the world has fallen.
Berawal dari kunjungan
Perdana Menteri Korea Selatan yang beserta rombongan menuju gedung putih untuk
bertemu dengan Presiden Benjamin Asher
(Aaron Eckhart). Saat diskusi sedang berlangsung, sebuah pesawat dengan
kode USAF AC-130 melakukan
penyerangan terhadap gedung putih. Ya, hal tersebut tentu saja sudah diantisipasi
oleh pasukan pengaman presiden, yang langsung membawa presiden, menteri
pertahanan Ruth McMillan (Melissa Leo),
beserta perdana menteri Korea Selatan
dan rombongannya, menuju sebuah ruang bawah tanah yang memiliki fasilitas
lengkap untuk mengontrol negara tersebut dalam keadaan darurat.
Tidak sesederhana itu,
karena setelah serangan udara, sebuah kelompok melakukan serangan darat secara
gerilya. Ternyata semua telah direncanakan, dimana mereka bahkan telah punya
pion yang telah berhasil menyandera presiden. Kang Yeonsak (Rick Yune), teroris yang menyamar menjadi anggota
rombongan. Tujuan mereka adalah meminta USA menarik pasukannya dari semenanjung
Korea, yang menjadikan Korea Selatan kehilangan sekutunya, kemudian meledakkan
semua bunker penyimpan nuklir milik USA. Kendali langsung di ambil alih juru
bicara presiden, Allan Trumbull (Morgan
Freeman), yang justru memberikan kepercayaan kepada Mike Banning (Gerard Butler), mantan agent yang pernah terlibat
insiden yang menewaskan first lady 18 bulan lalu, satu-satunya yang berhasil
lolos dari semua berondongan peluru milik kelompok teroris.
Menarik, dan sangat
berani, sebuah penggambaran awal yang secara garis besar mampu menjadikan saya
menaikkan ekspektasi awal saya pada film ini. Anda akan disuguhi sebuah adegan
penyerangan yang sangat menarik diawal film, langsung mampu membentuk kondisi
mencekam dari cerita, tanpa memberikan ruang yang begitu besar pada setiap
adegan yang menjadi bagiannya. Ya, Creighton
Rothenberger dan Katrin Benedikt berhasil
memberikan cerita yang menarik di awal film, yang kemudian sukses dibentuk
dengan teknik penggambaran yang padat dan efektif oleh Antoine Fuqua.
Namun sangat
disayangkan, daya tarik utama film ini justru hanya terletak pada bagian awal
saja, adegan dimana gedung putih yang punya sistem pertahanan super ketat itu
harus menerima kenyataan porak poranda diserang penyusup lewat darat dan juga
udara. Itu adalah adegan yang mampu membuat saya terdiam membisu. Saya langsung
berpikir bagaimana kalau yang sedang saya saksikan ini benar-benar menjadi
kenyataan, negara yang gencar membangun senjata nuklirnya dengan leluasa
mengambil alih pusat pemerintahan negara adidaya. Ya, itu sangat mengerikan,
dan perang dunia ketiga langsung berputar di pikiran saya.
Setelah semua
kenikmatan itu berlalu, apa yang film ini miliki hanyalah sebuah proses,
berisikan negosiasi, perundingan, serta ancaman dari ledakan bunker yang mereka
beri nama Cerberus itu. Ya, yang
tersisa hanya penantian, dimana Banning menjadi tokoh utamanya. Sebuah proses
yang menuntut anda untuk sabar menanti sebenarnya bukanlah sesuatu yang
menjengkelkan, jika ia tetap mampu menjaga agar tensi cerita tidak jatuh
sehingga rasa penasaran anda tetap berada di level yang sama dengan sebelum ia
hadir. Contohnya mungkin seperti Argo,
atau bahkan mungkin Lincoln, yang
lebih berat lagi karena dipenuhi dengan dialog berat. Dapat dengan mudah
menebak akhir dari kedua film tersebut, sisanya hanyalah proses menunggu, namun
mereka sukses menjaga fokus dari penontonnya.
Hal tersebut yang sama
sekali tidak dimiliki oleh Olympus Has
Fallen. Setelah monument Washington
itu hancur, ketika presiden sudah disandera dan setiap langkah pasukan tentara
Amerika dapat membawa bencana, film ini langsung masuk kedalam jalur yang
membawa mereka menuju destinasi yang sesuai dengan judulnya, fallen,
kehancuran. Semua tensi tinggi diawal sirna ketika anda mulai menunggu dan
menunggu tanpa disuguhi adegan menarik akibat, kembali berjalan lambat sehingga
mulai terasa datar.
Ah, bagaimana bisa USA
jatuh semudah itu, padahal mereka punya sistem keamanan yang kuat, bukankah itu
terlihat konyol dan bodoh? Mungkin imajinasi saya terkesan berlebihan, namun
hal utama yang menjadikan sebuah film thriller menjadi sangat nikmat adalah
sensasi dari tekanan yang ia berikan saat anda menonton, yang anda rasakan
ketika adegan itu tampil, bukan setelah ia hilang dan mulai menelaah dengan
akal logika pikiran anda. Ya, memang ada beberapa faktor yang menjadikan adegan
itu tampak konyol setelah dicoba untuk ditelaah, namun sensasinya tak akan
mudah terlupakan. Sayangnya itu hanya diawal, dan kehilangan momentum karena di
teruskan dengan bagian yang kurang tepat.
Siapa yang terbaik di
film ini? Mungkin Butler, at least dia mampu menjalankan tugasnya diakhir sebagai
pahlawan. Tapi jika ditilik dari sisi karakter, mereka semua berada di level
yang sama, sama hebatnya di awal film, dan sama-sama berhasil menyajikan
tontonan yang melelahkan di paruh kedua. Tidak adanya variasi dari cara
penceritaan di paruh kedua menenggelamkan daya tarik semua karakter, ya semua,
termasuk Kang Yeonsak, yang diawal cukup menjanjikan. Ya, ini pula yang mungkin
menjadi alasan kenapa Argo, dan mungkin Zero
Dark Thirty mendapatkan banyak pujian, karena menciptakan cerita thriller
yang memiliki daya tarik serta tensi yang sama baiknya di seluruh bagian cerita
itu bukan pekerjaan mudah.
Overall, Olympus Has Fallen adalah film yang
kurang memuaskan. Meledak diawal, namun seolah setia dengan judulnya, ia justru
jatuh di paruh kedua. Sensasi menyenangkan itu hanya sesaat, karena setelah itu
cerita berjalan datar. Namun saya yakin film ini akan mendapatkan review yang
bervariasi, karena semua tergantung dari bagaimana anda melangkah dari adegan
pembuka itu, terperangkap oleh bagian pembuka dan terus merasa penasaran hingga
akhir, atau justru tidak terlena dan merasakan ada perubahan signifikan yang
membawa film ini menjadi tidak menarik.
0 komentar :
Post a Comment