Merubah tiga menit yang
menakutkan kedalam durasi sepanjang 100 menit dengan upaya mempertahankan
kesuksesan yang telah ia ciptakan tentu saja bukanlah sebuah pekerjaan mudah
untuk dilakukan. Andres Muschietti
memperoleh kesempatan untuk memanjangkan film pendek miliknya yang menakutkan
itu, yang ia ciptakan lima tahun lalu. Mama
is back, don't look at her!
Kali ini semua berawal
dari seorang Ayah bernama Jeffrey
(Nikolaj Coster-Waldau), yang sedang mengalami sebuah masalah dan
memutuskan kabur bersama dua putrinya yang masih berusia tiga dan satu tahun,
Victoria dan Lily. Mereka terdampar di sebuah pondok di sebuah hutan sepi yang
jauh dari keramaian kota. Karena putus asa, Jeffrey memutuskan untuk mencoba
membunuh kedua putrinya. Tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi, dimana ketika
hendak melakukan rencananya Jeffrey justru mendadak hilang tanpa jejak.
Lima tahun kemudian, Victoria (Megan Charpentier) dan Lily (Isabelle Nélisse) ditemukan dalam
kondisi yang memprihatinkan, baik fisik maupun mental. Paman mereka yang
bernama Lucas (Nikolaj Coster-Waldau)
bersama kekasihnya Annabel (Jessica
Chastain) memutuskan untuk merawat Victoria dan Lily. Akan tetapi, pasti
ada alasan kenapa Victoria dan Lily dapat bertahan hidup selama lima tahun.
Mereka memiliki “pendamping” yang special, makhluk yang selalu mencoba
melindungi mereka dari semua gangguan orang lain, sosok yang mereka sebut Mama.
Harus diakui bahwa
pilihan yang diambil oleh Andres
Muschietti bersama Neil Cross dan
Barbara Muschietti dalam plot untuk
memanjangkan film pendeknya itu terasa sangat apik. Semua terasa kokoh,
berhasil menjelaskan kepada anda bagaimana awal mula dari kehadiran sosok
“Mama” yang di film pendeknya langsung hadir menghantui Victoria dan Lily, dan
di sisi lain tetap mampu menjaga kadar “menakutkan” yang telah diciptakan
pendahulunya.
Tentu saja versi layar
lebarnya ini kalah menyeramkan dibandingkan film pendeknya itu, karena semakin
banyak ruang cerita yang harus ia jaga. Tapi adalah sebuah kebohongan besar
jika saya mengatakan saya tidak merasakan momen merinding sepanjang menyaksikan
film ini. Memang keputusan dari Andres Muschietti untuk mengumbar secara
gamblang sosok “Mama” itu terbilang cukup berani, ketimbang memilih
menyembunyikan dan mengungkapnya secara perlahan. Tapi Muschietti tahu
bagaimana menutupi hal tersebut dengan menghandle dengan baik elemen lain dari
cerita.
Menakutkan, film ini
cukup menakutkan. Tolak ukur terbaru saya untuk film horror adalah Sinister,
dan "Mama" berada dijalur yang tepat, namun gagal mencapai posisi
tersebut. Makhluk dengan aura mistis yang begitu kuat, dua tokoh utama yang
sudah terganggu mentalnya, dan satukan mereka di sebuah rumah yang tidak
memiliki nuansa menyenangkan. Ya, klasik, namun akan memuaskan jika ia berhasil
disampaikan dengan baik, seperti yang dilakukan film ini.
Kunci sukses film ini
adalah karena Muschietti tahu apa yang harus diberikan, dan bagaimana cara
untuk menyampaikannya. Film ini sejak awal mampu mengikat saya, yang kemudian
membawa saya terus waspada dengan berjalan pelan dalam membongkar misteri yang
ia miliki dengan membuka kisah masa lalu dari cerita. Ia juga tidak pernah
gagal untuk menciptakan nuansa gelap dari setiap konflik yang suntikkan,
menyediakan waktu bagi anda sejenak mempersiapkan diri untuk siaga, dan
kemudian memberikan kejutan yang mampu menghentak anda melalui kehadiran sosok
Mama. Ya, meskipun begitu harus diakui di beberapa bagian setelah kehadiran
sang Mama, saya bersama beberapa penonton justru tertawa. Muschietti berhasil
memberikan momen mengejutkan, namun kurang mampu untuk membuat saya terdiam
ketika momen itu berlalu.
Semua kelebihan tadi
secara tidak langsung sukses membantu cerita yang mengangkat tema ibu dan
anaknya itu untuk hadir menyentuh. Meskipun memakai sesuatu yang dapat
dikatakan berada dalam konteks yang kurang normal, namun kekuatan dari konflik
utama itu berhasil di transfer dengan baik. Sayangnya meskipun mampu menjaga
anda untuk tetap penasaran, dibeberapa bagian film ini sempat menghadirkan
ruang bagi rasa bosan. Hal tersebut dikarenakan sosok Mama yang perlahan justru
terasa kehilangan misteri yang ia miliki akibat semakin sering ia muncul.
Hal mengejutkan lainnya
adalah kemampuan akting yang dihadirkan oleh kedua aktor cilik yang memerankan
Victoria dan Lily. Misteri besar yang mereka miliki sukses di visualisasikan
dengan apik oleh Megan Charpentier, dan Isabelle Nélisse. Dari cara mereka
berbicara, berjalan, hingga tatapan serta sorotan mata yang tajam, seolah
menjadi tanda agar terus waspada terhadap kehadiran sang Mama. Sedangkan
Chastain menghadirkan kinerja yang cukup standar. Berada di kategori cukup,
tidak buruk, karena memang peran yang Chastain miliki juga tidak besar.
Overall, Mama adalah film yang memuaskan. Terus
membuat saya menanti sejak awal, Andres
Muschietti sukses menakut-nakuti saya melalui cara yang gelap dan
misterius. Sentuhan dari Guillermo del
Toro terasa kental dari cara Muschietti menghadirkan momen mengejutkan.
Semua elemen bekerja dengan baik, baik dari cerita, hingga hal teknis yang
tidak pernah gagal membuat anda untuk terus waspada. Meskipun tidak berhasil
membuat saya ketakutan hingga terdiam tak bergeming, Mama sukses menjadi sebuah
tontonan horror yang tidak sekedar lewat saja, karena mampu membekas di ingatan
anda.
keren banget nih... gue harus wajib nonton nih film walau lewat DVD.. but, keren deh nih blog (y)
ReplyDelete@Febri anti: thank you Febrianti. :)
ReplyDeletekalau mau subscribe nih blog, nge-klik yang mana ya..?
ReplyDelete@psikotessesuatu: http://feeds.feedburner.com/rorypnm
ReplyDelete