Ketika perang dunia kedua terjadi dan merenggut banyak korban
jiwa, ketika wilayah Jerman telah terpecah menjadi beberapa bagian dan berada
dibawah kendali Amerika, Rusia, Inggris, hingga Prancis, disaat suasana duka
semakin menyelimuti rakyat Jerman akibat kematian Hitler, kebahagiaan dari
seorang wanita muda bernama Lore juga ikut terenggut. Dibawah kondisi mencekam
akan timbulnya peperangan, Lore terpaksa melintasi hutan dan sungai sejauh
ratusan kilometer untuk menyelamatkan keluarganya.
Ayah Lore yang merupakan anggota nazi, dan sedang berada di
dalam ancaman penangkapan. Untuk menyelamatkan nyawanya, Lore (Saskia Rosendahl) beserta empat saudaranya terpaksa
meninggalkan kediaman mereka, berusaha bertahan hidup dan mencoba melintasi
900km penuh bahaya, dari bertemu mayat yang telah membusuk, meminta bahan
makanan kepada penduduk sekitar dengan memanfaatkan benda yang mereka miliki,
hingga bertemu seorang pria asing yang mengaku sebagai seorang Yahudi bernama Thomas (Kai Malina), sembari terus
memupuk asa untuk menuju kediaman nenek mereka.
Mungkin film ini dapat menggambarkan secara jelas apa yang
dinamakan "pondasi menentukan konstruksi". Dengan mengusung tema
peperangan berbalut thriller, sejak awal Lore sudah mampu untuk menjadikan saya
merasakan suasana mencekam yang berujung timbulnya rasa cemas terhadap tokoh
dalam cerita. Melalui beberapa clue kecil yang dengan durasi singkatnya, Lore
justru mampu menaikkan serta menurunkan tensi cerita, dan itu bekerja dengan
efektif.
Cate Shortland dapat dikatakan sukses di debut layar
lebarnya. Screenplay yang dia (dan Robin Mukherjee) adaptasi dari The Dark Room karya Rachel Seiffert ini mampu tampil menarik sejak awal hingga akhir.
Lore menjelaskan secara singkat, padat, dan jelas apa yang ingin dia tampilkan
kepada anda lewat premisnya yang sederhana itu. Lore seolah tak mau tampil
terlalu cerdas dari segi cerita, tidak menawarkan penceritaan yang rumit dan
memaksa anda berpikir lebih dalam. Anda cukup tahu inti ceritanya, dan setelah
itu anda akan diajak untuk "berdansa" bersamanya, dipompa naik dan
turun hingga akhir, seperti apa yang pernah diberikan oleh Barbara.
Ada keluarga disfungsional, hubungan suami istri yang dingin,
ikatan emosi antara kakak dan adik, agama yang menimbulkan masalah, bertahan
hidup sebagai proses penemuan jati diri, sulitnya untuk menaruh kepercayaan,
dan tidak lupa ancaman dari perang dunia kedua dipenuhi kehancuran dan kematian
yang terus menyelimuti semua elemen tadi. Menyenangkan, karena semua elemen
tadi justru mampu memberikan warna kepada cerita, namun di sisi lain tidak
pernah gagal untuk membuat anda merasa cemas dan waspada.
Lore memang masih mengusung ciri khas dari sebuah film art house secara kental. Dibalik inti
cerita yang singkat, film ini justru menawarkan jalan cerita yang seolah
menjadi arena bagi pertunjukkan beberapa konflik kecil yang bahkan konflik
besarnya anda sudah tahu sejak awal akan berakhir dimana. Tapi apa faktor yang
menjadikan sebuah film art house begitu nikmat juga dimiliki oleh Lore, mampu
membuat anda terus dan terus penasaran ke arah mana ia akan berjalan, dan terus
sabar menanti sembari menyaksikan tampilan visual dari cinematography yang memukau, disertai score mumpuni yang bersatu sehingga seolah ikut bercerita.
Art house, mereka tidak memberikan anda sebuah sajian yang secara
jelas dapat anda tangkap maksud dan tujuan dari kehadirannya. Tapi dibalik itu
semua, film art house justru menghadirkan kenikmatan melalui cara mereka
menyampaikan pesan yang tersirat dan bahkan terselubung, menjadikan mereka
tampak ringan namun sesungguhnya menuntut anda untuk lebih cermat agar dapat
menangkap sepenuhnya pesan mereka. Lore berhasil menampilkan semua kelebihan
itu, dengan cara yang pelan dan teliti.
Apa yang menjadikan Lore beda, dan mungkin akan mudah untuk
dikenang adalah karena ia memiliki permainan emosi yang indah. Cate Shortland
pintar memanfaatkan tema gelap yang ia angkat, menyatukannya dengan berbagai
elemen yang saya sebutkan tadi, membentuknya menjadi paket yang solid. Cate
Shortland juga sangat terbantu oleh
kinerja dari pemeran utamanya, Saskia Rosendahl, yang secara mengejutkan di
film debutnya mampu menjadikan Lore sebagai pusat cerita yang sangat kokoh,
sehingga semuanya terasa begitu mudah mengalir dengan lembut.
Overall, Lore
adalah film yang memuaskan. Premisnya tampak sederhana, anda bahkan mungkin
dapat menebak dengan mudah bagaimana ia akan berakhir. Tapi bukan itu sajian
utama yang ingin Lore berikan, karena ia justru memiliki banyak pelajaran
menarik yang cukup berat dan kompleks, namun disampaikan dengan cara yang
sederhana, kuat, dan efektif. Recommended movie.
0 komentar :
Post a Comment