Tujuan utama yang ingin disampaikan oleh sebuah film dengan
bertemakan biografi adalah agar anda mengetahui kisah yang pernah dialami tokoh
tersebut, dan mungkin bagi mereka yang sebelumnya telah mengetahui informasi
tersebut dapat lebih memperdalam pengetahuan mereka. Hyde Park on Hudson akan mencoba mengajak anda lebih dekat kepada
sosok Presiden ke 32 USA, dan salah satu tokoh paling terkenal dipertengahan
abad ke-20, Franklin D. Roosevelt,
yang ternyata pernah memiliki kisah asmara yang terlarang.
Franklin D. Roosevelt (Bill Murray), telah memiliki enam orang anak hasil
pernikahannya dengan Eleanor Roosevelt
(Olivia Williams), di tahun keenam masa kepemimpinannya justru menciptakan
sebuah sejarah yang cukup dan mungkin sangat mengejutkan bagi banyak orang. FDR
ternyata jatuh hati kepada Margaret
Suckley (Laura Linney), yang akrab dipanggil Daisy, seorang pembantu di
kediamannya, yang juga merupakan sepupunya.
Alasan utama FDR jatuh hati kepada Daisy karena dia merasa sangat comfort saat Daisybersamanya. Hal tersebut diketahui oleh beberapa orang, namun coba ditutupi, untuk menjaga image dari FDR. Namun di Juni 1939 semua terungkap, ketika King George VI (Samuel West) bersama istrinya, Queen Elizabeth (Olivia Colman), melakukan kunjungan negara ke kediaman FDR di Hyde Park, New York.
Yak, saya sendiri sebelum menyaksikan film ini tidak
mengetahui kisah tersebut yang menjadi sumber utama cerita dari film ini. Hal
tersebut pada akhirnya harus diakui cukup berdampak positif terhadap rasa
penasaran pada kisah apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang, jauh sebelum
cerita mulai coba dibangun oleh Roger
Michell, anda mungkin sudah dapat menebak dengan mudah akhir dari film ini.
Tidak ada misteri besar yang tersimpan, hanya dapat berharap pada kehadiran
twist, namun cukup termaafkan di garis start berkat kisah dari sejarah yang
pernah dialami FDR tersebut.
Berada satu rumah bersama ibunya, istrinya, dengan
dikelilingi banyak pembantu rumah tangga, seorang tokoh ternama dengan berani
menjalin hubungan terlarang bersama seorang wanita yang di sisi lain juga
merupakan sepupunya. Saya yakin pasti banyak yang akan tertarik pada premis
tersebut. Tapi sangat disayangkan sejarah itu gagal diterjemahkan kedalam
sebuah screenplay yang solid oleh Richard
Nelson.
Kurang fokus, penyebab utama kegagalan yang film ini alami.
Dia tidak punya pesan, tapi dia punya destinasi yang ingin ia tuju. Sayangnya, Hyde Park on Hudson tidak tahu bagaimana
cara membawa anda menuju kesana dengan cara yang menyenangkan, yang bahkan di
beberapa bagian seolah tampak bingung harus melangkah kemana sehingga
menambahkan banyak elemen cerita yang terasa kurang penting. Konflik utama
antara FDR dan Daisy kurang powerfull, bahkan mampu disamai oleh kehadiran King
George VI dan Ratu Elizabeth.
Roger Michell tampak ingin mengekplorasi beberapa elemen
cerita, dan mungkin bertujuan untuk menyeimbangkan warna dari cerita. Tapi ia
melakukan kesalahan besar dengan mencoba menggali cerita yang justru memiliki
potensi untuk mencuri perhatian penonton, sehingga menimbulkan momen dimana
cerita utama terasa terlupakan untuk sejenak. Yang terkuat tentu saja adalah
kisah persahabatan yang baru terjalin antara FDR dan King George VI, kuat dan
menarik, dan sempat menenggelamkan konflik utama. Penyebab utamanya adalah
tidak berhasilnya Roger Michell membentuk karakter FDR menjadi central cerita,
menjadi tokoh kuat yang tidak bisa digoyang pengaruhnya terhadap cerita.
Hasilnya, Hyde Park on Hudson terasa seperti sebuah
dokumentasi singkat dari salah satu kisah hidup FDR. Jika mau menghapus
beberapa konflik pendukung, film ini dapat diselesaikan jauh lebih singkat dari
94 menit, yang bahkan menurut saya seharusnya dapat lebih panjang dengan
mencoba mengekplorasi jauh lebih dalam kisah asmara FDR dan Daisy, tanpa perlu
memberikan atensi berlebihan pada konflik pendukung. Intimitas dua karakter
utama terasa kurang, karena durasi yang mereka miliki untuk membangun kisah
tersebut juga singkat, dan terasa seperti dikebut.
Untung saja film ini punya Bill Murray sebagai senjata utama
mereka. Sebuah keputusan yang tepat memberikan FDR kepada Murray, karena
meskipun tidak didukung hal teknis yang mumpuni, Murray setidaknya mampu
menjadikan saya merasakan kehadiran dari sosok FDR, bersama dengan kisah
terlarang miliknya itu. Yang sedikit disesalkan adalah kesempatan yang dimiliki
oleh Laura Linney, yang tidak diberikan porsi lebih untuk ikut membawa beban
film ini bersama Murray, sehingga kurang berhasil menunjukkan kualitas
aktingnya secara total.
Overall, Hyde Park on
Hudson adalah film yang tidak memuaskan. Film biografi seharusnya mampu
untuk memaksa memori anda untuk menuliskan secara jelas kisah dari tokoh yang
ia angkat, sehingga dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama, karena fokus
ceritanya yang memang sempit. Mozart's
Sister, Argo, bahkan Lincoln,
mereka mampu melakukan hal tersebut. Hyde Park on Hudson gagal, dan justru
menjadikan 94 menit kehadirannya seperti sebuah dokumentasi singkat, yang
kurang memorable.
0 komentar :
Post a Comment