Osama
bin Laden, mungkin akan selalu lekat sebagai salah satu tokoh
dari sekian banyak tokoh terkenal di era millennium. Pemimpin jaringan Al-Qaeda ini merupakan buronan nomor
satu pemerintah Amerika Serikat,
akibat tragedi 9/11 yang
menghancurkan World Trade Center di
kota New York di tahun 2001 silam. Zero Dark Thirty akan menyajikan proses
penangkapan Bin Laden dua tahun lalu, the
greatest manhunt in history.
Sebuah karya terbaru
dari Kathryn Bigelow adalah film yang melelahkan. Bukan karena durasinya yang mencapai 157 menit, melainkan
karena anda akan diajak untuk mengikuti sebuah proses yang dimulai satu dekade
silam. Ketika bin Laden mengaku berada dibalik tragedi 9/11, pemerintah USA
langsung bergerak cepat mengejar salah satu dari FBI Most Wanted Terrorists ini, yang juga menjadi aktor penyerangan
kedutaan besar Amerika di Kenya tahun
1998.
Namun Bigelow memulai
petualangan panjang ini dua tahun setelah tragedi 9/11. Dibuka dengan sebuah
layar hitam yang hanya menampilkan suara saat tragedi itu terjadi, anda akan
langsung diajak menuju tahun 2003, bertemu dengan seorang agen muda bernama Maya (Jessica Chastain), yang bersama Dan (Jason Clarke) sedang memaksa Ammar (Reda Kateb), salah satu warga
yang dianggap dapat memberikan mereka informasi tentang posisi Bin Laden.
Maya hanya mengemban
satu tugas selama berada di Afghanistan,
memastikan bahwa Bin Laden berhasil dibunuh. Hal tersebut menjadikan ia sangat
fokus terhadap kasus besar ini, dan berhasil meng-impresi pimpinannya Joseph Bradley (Kyle Chandler), kepala
stasiun CIA di Islamabad, dan juga rekan kerjanya Jessica (Jennifer Ehle). Perlahan Maya mulai maju ke barisan depan,
dan memimpin penyergapan yang dikomandoi Patrick
(Joel Edgerton), pemimpin Red
Squadron U.S Navy SEAL, 2 May 2011 di Pakistan.
Ya ya, tidak penting
untuk melakukan spoiler pada apa yang dihasilkan film ini diakhir cerita. Fokus
utama dari cerita karya Mark Boal
yang mengundang kontroversi ini adalah proses dari perjuangan satu dekade yang
dilakukan oleh pemerintah USA, sebuah perjalanan panjang dan melelahkan dari
buronan yang dilabeli hadiah sebesar US$
25 juta ini. Dengan clue pada sosok Abu Ahmed, yang diduga menjadi kaki
tangan bin Laden, anda akan berputar mengelilingi Timur Tengah, dari Pakistan, Arab
Saudi, Afghanistan, hingga Kuwait.
Lantas apa kunci sukses
film ini dibalik premis sederhana yang ia tawarkan diawal? Seperti yang saya
singgung tadi, ZDT merupakan film yang melelahkan, jika anda mencari sebuah
film action yang menawarkan aksi tembak yang dominan. Selama dua jam Bigelow
seolah membangun sebuah wadah berisikan rasa ingin tahu dari penonton yang
terus menanti. Ya, sabar, itu adalah kunci sukses film ini. ZDT berhasil
membuat saya terus sabar sembari penasaran, dan ketika semua telah memuncak ia menyajikan
30 menit adegan aksi yang dieksekusi sangat baik diakhir cerita.
Sama seperti yang ia
berikan di The Hurt Locker, Bigelow
mengendalikan ZDT untuk berjalan dengan pelan. Tapi, film ini justru tidak
menghadirkan rasa bosan, karena setiap scene yang hadir memiliki point menarik,
dan beberapa memberikan sebuah infromasi yang segar dan mungkin akan sangat
mengejutkan. Dengan shoot cantik dan fokus dari Greig Fraser, dibantu music dari Alexandre Desplat, nuansa militer dan intelijen yang tercipta menjadi sangat
kental. Memang ada beberapa bagian yang berhasil mengundang tawa, namun
indahnya ia tidak begitu dominan sehingga atmosfir dari fokus utama cerita
tidak hilang.
Kunci sukses lainnya
terdapat pada Maya. Karakter satu ini punya semua atribut yang dapat menjadikan
sebuah film action dan thriller bernuansa politik menjadi sangat indah. Maya
adalah wanita yang tenang, terkadang merasa takut, pekerja keras, sosok serius
yang misterius, dan juga emosional. Maya mampu membawa anda untuk merasa nyaman
berada disampingnya selama dua jam lebih, dan yang terpenting ia berhasil
meyakinkan saya bahkan sejak awal bahwa ia adalah jawaban dari semua pertanyaan
yang selama ini tercipta. Dan, itu semua berkat Jessica Chastain. Sebuah
performa yang sangat memikat dari Chastain, berhasil menjadikan Maya menjadi
tampak realistis dengan semua karakteristik yang ia miliki diatas.
Harus diakui Zero Dark
Thirty adalah filmnya Jessica Chastain. Tidak ada pemeran pembantu yang mampu
tampil sejajar dengan kualitas dari penampilan Chastain. Selain Clarke,
Chandler, Ehle, Edgerton, ZDT punya James
Gandolfini yang berperan sebagai Leon
Panetta, Direktur CIA, Stephen
Dillane sebagai kepala NSA, Chris
Pratt sebagai anggota U.S Navy SEAL,
dan Mark Strong sebagai George,
atasan CIA. Mereka semua seolah menjadi puzzle kecil yang melengkapi pekerjaan
yang telah dilakukan oleh Chastain, karena porsi yang masing-masing mereka
peroleh memang cukup minim.
Seperti mayoritas film
dengan label “awards season”, anda
dituntut untuk sabar selama menyaksikan proses itu berlangsung. Mungkin tolak
ukur terdekatnya adalah jika anda menyukai Homeland,
besar kemungkinan anda akan menyukai ZDT, dan jika anda mencintai Carrie Mathison, anda akan mudah terpesona
pada Jessica Chastain.
Overall, Zero Dark Thirty adalah film yang sangat
memuaskan. Dengan judul yang memiliki arti “30 menit lewat tengah malam” ini,
ZDT menghadirkan sebuah proses yang sukses membuat saya sabar untuk terus menanti, dan
menutupnya dengan sajian yang lezat dan efektif. Penggambaran yang apik tentang
proses pencarian salah satu buronan paling terkenal di muka bumi, lewat
performa menawan dari Jessica Chastain,
hasil yang indah dari departemen teknis dan cast lainnya, serta perpaduan Kathryn Bigelow dan Mark Boal yang kembali menunjukkan kehebatan mereka.
Score: 9/10
0 komentar :
Post a Comment