Tanpa kita sadari, sesungguhnya setiap detik yang berlalu
kita jalani bersama gempa yang terjadi didalam perut bumi. Dengan skala yang
sangat kecil menjadikan kehadiran mereka tidak dapat kita rasakan. Tuhan pasti
punya tujuan tersendiri dengan keadaan tersebut, baik dari sisi ilmiah, dan
juga sebagai tanda kepada manusia untuk selalu siap, karena kapanpun dan
dimanapun bencana dapat mendatangi mereka.
Tsunami 2004, terjadi akibat pergeseran lempeng bumi di samudera hindia karena guncangan gempa dengan skala diatas 9 SR, absolutely telah menjadi salah satu sejarah kelam yang menghancurkan bagi seluruh umat manusia. Salah satu bencana dengan jumlah korban terbesar sepanjang sejarah ini meluluh lantakkan negara-negara dipesisir pantai Samudera Hindia, Indonesia, Thailand, Srilanka, Maladewa, bahkan sampai ke pantai timur benua Afrika.
Tidak akan ada yang tahu apa maksud sang pencipta atas
bencana yang ia berikan di akhir tahun 2004 tersebut. Terjadi di pagi hari
tanggal 26 desember, gelombang dengan ketinggian mengalahkan bangunan serta
pohon kelapa di tepi pantai menyapu semua benda yang ada dihadapannya. Mungkin,
itu adalah salah satu musim liburan paling menyedihkan yang pernah terjadi,
dimana banyak penduduk lokal serta wisatawan yang menjadi korban dan kehilangan
keluarga mereka.
Henry (Ewan McGregor) dan Maria (Naomi Watts), bersama ketiga
anak mereka Lucas (Tom Holland), Thomas (Samuel Joslin), dan Simon (Oaklee
Pendergast), mengisi liburan mereka di Khao Lak, Phuket. Di hari naas tersebut
mereka sedang berada di kolam renang hotel yang letaknya tidak jauh dari
pantai. Tersapu oleh gelombang bersama jutaan benda lainnya, keluarga ini
terpisah. Maria beruntung masih bisa bersama Lucas, anak sulung yang kemudian
menjadi tiang dari usaha ia untuk survive, sedangkan Henry bersama Thomas dan
Simon.
The Impossible adalah film yang tidak menghadirkan sebuah
jalan cerita yang kompleks bagi saya. Anda tahu mereka menjadi korban tsunami,
terpisah, dan sisanya adalah perjuangan untuk dapat bertahan hidup serta
berkumpul kembali. Diangkat dari kisah nyata yang diolah kembali oleh Sergio G.
Sánchez, Juan Antonio Bayona lebih mementingkan kemampuan film ini untuk dapat
menggambarkan kepada anda tidak ada yang mustahil jika tidak menyerah dan terus
berusaha.
Memang, jalan cerita yang mudah ditebak itu akan terasa
sedikit berlebihan dibeberapa bagian. Tapi, Bayona punya sebuah modal kuat
ditangannya. Kisah nyata yang menyakitkan itu jelas adalah sebuah nilai plus
yang sangat mahal, sukses menjadikan saya merasakan kehancuran yang sudah
tercipta sejak awal. Bayona berhasil menyusun sebuah urutan yang mampu membuat
saya ikut larut dalam emosi yang dialami Maria dan Lucas, hingga rasa hancur
yang Henry yang tidak tahu dimana keempat anggota keluarganya.
Dengan visual yang mampu memompa tensi di bagian awal film,
menyaksikan Maria dan Lucas terseret arus deras air yang berjalan bersama
berbagai material berbahaya, Bayona sukses membentuk kehancuran yang mungkin
tidak dapat saya saksikan melalui layar televisi tahun 2004 silam. Lewat
gambar-gambar cantik yang mengerikan, dimana daratan bersih tersapu ombak, dan
rumah sakit dipenuhi kecemasan berbalut dominasi luka dari para korban, film
ini mampu membuat saya terpaku dan
terdiam dibeberapa bagian.
Mudah untuk mengatakan script yang dimiliki The Impossible
berada di level standar, namun bukan berarti hancur karena masih dalam ketegori
dapat dimaafkan. Ya, dapat dimaafkan, karena ketika berkombinasi dengan
tampilan visual yang berbalut special efek dan score yang sangat apik, anda akan menjadi
seolah tidak begitu peduli dengan cerita yang film ini miliki, karena sudah
larut bersama karakter-karakter dalam cerita.
Naomi Watts adalah sorotan utama saya. Watts hadir dengan
sebuah keunggulan yang menjadi favorit saya, menghantarkan emosi dari karakter
kepada anda melalui permainan ekpresi wajah yang sangat apik. Ewan McGregor
berhasil menjadikan karakter yang ia miliki menjalankan tugas yang emban dalam
cerita. Dan, Tom Holland, sebuah performa yang mengejutkan, mampu mengemban
tugas beratnya sebagai titik pusat cerita.
Overall, The Impossible adalah film yang memuaskan. Ia punya
script yang tidak istimewa, namun perlahan akan menghilang dari sorotan tajam
anda ketika ia mulai menjerat anda dengan keindahan tampilan visual yang
berhasil menggambarkan semua perasaan yang ia miliki. Pasti akan ada pihak yang
merasa film ini terlalu berlebihan selama 114 menit ia hadir. Tapi, banyak
pesan berkualitas yang berhasil disampaikan justru menjadikan The Impossible
akan sangat mudah untuk anda kenang. Sebuah penggambaran yang apik tentang
tragedy tsunami delapan tahun silam, meskipun saya merasa ia masih bisa tampil
lebih baik lagi.
Score: 8/10
0 komentar :
Post a Comment