If somebody loves you, they just love you, you
know. Terlalu klise untuk
mengatakan cinta tidak harus memiliki. Perbedaan usia merupakan salah satu
penghalang kisah asmara yang telah lama eksis, kali ini dialami oleh Amy Minsky (Melanie Lynskey), wanita
30-something yang menjadi contoh bagaimana umur tidak menentukan tingkat
kedewasaan dari seseorang, lewat sebuah pertanyaan sulit, “apa itu cinta?”
Ya, menurut saya itu adalah salah satu pertanyaan yang paling
sulit untuk dijawab, karena cinta tidak perlu didefinisikan, melainkan
merupakan bentuk nyata yang anda lakukan. Todd
Louiso dan Sarah Koskoff
menggunakan Amy sebagai objek yang akan mengajak anda kepada sebuah informasi
yang sebenarnya tidak baru lagi, namun akan semakin menguatkan apa yang telah
anda ketahui sebelumnya.
Seorang wanita muda yang baru bercerai, di selimuti rasa
frustasi dan kehilangan semangat hidupnya. Ia memutuskan untuk kembali ke
tempat orangtuanya, dan rutinitas yang ia lakukan hanyalah tidur, makan, dan
nonton, sehingga menjadi beban bagi keluarganya. Akan tetapi pada saat itu
ayahnya Stan Minsky (John Rubinstein)
sedang menghadapi sebuah kondisi penting yang sangat menentukan masa depan
keluarga mereka. Ibunya Ruth (Blythe Danner)
memaksa Amy untuk merubah penampilannya yang kusam agar menjadi tampak menarik.
Tanpa disangka usaha kecilnya itu justru membawa Amy keluar
dari kegelapan. Adalah Jeremy
(Christopher Abbott), pria muda yang merupakan anak dari rekan bisnis ayah
Amy. Aktor muda berusia 19 tahun yang "tampak bahagia" ini menaruh
perhatian kepada Amy ketika keluarga mereka mengadakan makan bersama. Hal
tersebut semakin terbantu berkat pengalaman Amy yang pernah mengenyam
pendidikan di bidang seni. Jeremy (yang dianggap gay oleh ibunya) seolah
menjadi pintu masuk bagi Amy untuk keluar dari kegelapan masa lalunya.
Film ini menarik karena ia memiliki dua karakter yang
benar-benar terasa nyata bagi saya. Seorang wanita dewasa, dengan segala
tekanan dari masalah yang ia hadapi, tampil sebagai sosok yang tidak matang.
Sedangkan di sisi lain hadir seorang pria yang justru memiliki kepribadian yang
jauh lebih matang dibandingkan usianya. Ibarat sebuah timbangan, film ini
menghadirkan sebuah keseimbangan pada objek yang akan anda amati. Film ini
hadir dengan sebuah pertanyaan yang akan mampu menjadikan anda terus bertanya
ketika ia hadir.
Sebuah rom-com yang
aneh memang, ketika ia menghadirkan satu pertanyaan, namun menutupnya dengan
cara yang tidak umum. Ya, saya kerap kali kesal dan jengkel dengan cara itu,
namun kali ini tidak tahu mengapa saya justru tidak peduli dengan cara itu,
karena setelah film berakhir saya justru sibuk untuk merenungkan apa yang telah
film ini sampaikan. Sarah Koskoff sukses menulis sebuah cerita yang indah,
melemparkan sebuah pertanyaan: “apa itu cinta?”, menggunakan dua tokoh utama
yang saling memiliki karakteristik yang “unik”, serta tidak lupa memanfaatkan
beberapa sub-plot untuk mempertebal pesan tersebut, seperti hubungan suami dan
istri, serta orangtua dan anaknya.
Jika menilik pembahasan tadi, sepertinya ini adalah film yang
cukup berat. Memang, Hello I Must Be
Going punya pesan yang berat, namun disampaikan dengan cara yang
menyenangkan oleh Todd Louiso. Louiso
tidak mengulur banyak waktu dengan menghadirkan bagian tidak penting,
memanfaatkan 95 menit untuk membawa anda bermain di sebuah taman yang indah
namun cukup berbahaya. Di tampilkan dengan cara yang lucu, film
ini justru punya point-point yang tajam dan dalam. Thanks to Lynskey, yang
membentuk Amy menjadi salah satu karakter kuat yang memorable, dengan cara yang
natural dan charming. Begitupula dengan Abbott, yang disetiap kehadiran mampu
meningkatkan gelora dari cinta yang hadir di hadapan saya. Begitupula Blythe Danner, dengan karakternya Ruth.
Overall, Hello I Must
Be Going adalah film yang memuaskan. Ya, diluar ekpektasi awal saya film
ini menuntun sinopsis yang klasik dan predictable itu menjadi sangat lembut
dalam cara penyampaiannya. Bukan film yang megah, namun dibalik semua
kesederhanaan yang ia tampilkan, film ini justru berhasil menyengat saya
diakhir cerita. Dia hadir tanpa disertai basa-basi, menunjukkan anda proses
transformasi dari seorang wanita dengan scene yang selalu punya point menarik.
Film yang lucu dan mengharukan.
Score: 7,5/10
0 komentar :
Post a Comment