Saya melangkah ringan menuju pintu keluar sembari bergumam dalam hati “Hey, lihat, saya orang pertama yang keluar dari studio ini”. No, saya tidak walkout dari Gangster Squad, sebuah karya yang tertunda dari Warner Bros., dengan dibawah pimpinan seorang Ruben Fleischer. Tapi ketika wajah Sean Penn telah rusak di akhir cerita, maka semua selesai, karena saya hanya ingin tahu seperti apa semua kekonyolan itu diselesaikan.
Oke, anda akan diajak menuju Los Angeles di tahun 1948, bertemu seorang pemimpin gangster yang merupakan orang paling berpengaruh di California, Mickey Cohen (Sean Penn). Tidak ada yang berani mengganggunya, apalagi menghentikannya. Semua yang ia inginkan dapat ia peroleh, termasuk seorang wanita cantik bernama Grace Faraday (Emma Stone). Pemimpin LAPD bernama Bill Parker (Nick Nolte) muak dengan semua kekuasaan yang Cohen miliki, dan memutuskan untuk membentuk sebuah tim untuk menghentikan semua itu.
Tim tersebut dipimpin oleh Sersan John O'Mara (Josh Brolin), yang berkat bantuan istrinya Connie (Mireille Enos) berhasil merekrut lima anggota baru, Sersan Jerry Wooters (Ryan Gosling), Conway Keeler (Giovanni Ribisi), Coleman Harris (Anthony Mackie), Max Kennard (Robert Patrick), dan Navidad Ramirez (Michael Peña), dan menamai diri mereka “Gangster Squad”. Ya, selesai, setelah itu anda akan menemukan sebuah proses dari sebuah ending yang sangat mudah untuk ditebak.
Mungkin saya termasuk kuat ketika berhasil menahan rasa kesal untuk tidak berbicara “apa ini?” dengan nada tinggi seperti yang pernah teman saya lakukan. Memang benar, apa yang dikatakan para kritikus kelas atas itu sungguh sulit untuk dipungkiri, Gangster Squad adalah film yang payah. Jika saja ia adalah film kelas C, maka apa yang diberikannya selama 116 menit itu tidak akan begitu mengecewakan. Tapi, dia dengan mengusung Josh Brolin, Ryan Gosling, Sean Penn, dan Emma Stone pada posternya, menghadirkan trailer yang berhasil mengundang decak kagum disertai penasaran, maka apa yang film ini hasilkan sungguh sangat mengecewakan.
Gangster Squad tidak hancur, jika anda menilik pada premis yang diadaptasi dari buku berjudul Tales from the Gangster Squad karya Paul Lieberman. Gangster Squad hancur karena screenplay payah yang diciptakan oleh Will Beall. Plot yang sangat menarik itu gagal ditransfer oleh Beall menjadi sebuah pergerakan visual yang menyenangkan. Banyak scene skala pendek yang gagal membawa point menarik dan penting dengan kehadirannya, karakter yang tidak digali lebih dalam, hingga bagaimana ia membentuk karakter itu untuk berjalan yang terasa sering terlalu over, terlalu berlebihan, dan beberapa terasa memuakkan.
Coba perhatikan, mengusung genre action, thriller, dan drama, Fleischer punya Sean Penn yang penuh karisma, dan Josh Brolin serta Gosling yang tahun lalu telah lekat dengan permainan pistol. Ia juga punya Emma Stone yang bersama dirinya empat tahun lalu pernah membasmi para zombie dengan senapannya di Zombieland. Fleischer punya skuad lengkap, namun apa yang terasa kental justru unsur drama yang ia hadirkan, dan celakanya tanpa tensi yang mampu mengikat anda dengan kuat dan stabil.
Kisah cinta segitiga, hubungan seorang ayah dengan anak kecil kesayangannya, persahabatan seorang polisi dengan tukang semir sepatu langganannya, seorang senior dengan juniornya, serta hubungan suami dengan istrinya yang sedang hamil dan terus dirundung rasa cemas, semua itu justru sedikit lebih memorable dibandingkan bagaimana proses penangkapan itu dibangun.
Tidak perlu mempermasalahkan teknik dari Fleischer dalam menghadirkan adegan tembak jarak dekat. Yang menjadi persoalan adalah ketika Fleischer menjadikan cerita itu bergerak dengan mulus sejak menit pertama, karena sangat mulus hingga ia tampak kehilangan power dalam mengkontrol cerita tadi untuk menjadi padat. Lupakan Zombieland yang memukau itu, Gangster Squad ibarat 30 Minutes or Less yang berisi bintang-bintang yang lebih besar, lebih serius, namun memberikan tingkat kepuasan yang sama ketika ia berakhir.
Jika harus memilih, saya justru merasa Robert Patrick adalah penampil yang mampu menjadikan saya menaruh atensi ketika ia hadir, seorang ahli tembak kelas atas yang mampu meyakinkan saya hanya dalam waktu singkat. Josh Brolin gagal membentuk karisma dari karakter seorang leader, sedangkan Sean Penn merupakan sumber dari semua akting over yang dimiliki film ini. Begitupula dengan Gosling, yang telah lekat dengan citra seorang pria penakluk wanita, namun ternyata tampil layaknya seorang junior dengan topeng tampannya. Dan Emma Stone, hmmmm kurang menggoda, kurang berhasil menghadirkan sex appeal dari karakternya, yang seharusnya mampu menjadikan anda tergila-gila padanya.
Overall, Gangster Squad adalah film yang tidak memuaskan, dan hampir saja memuakkan. Sumbernya adalah screenplay yang payah, dan berimbas pada cara semua cast gemuk dan menjanjikan yang ia miliki itu berkontribusi pada cerita. Ya ya, januari memang selalu penuh kejutan, ketika tahun lalu Ghost Rider: Spirit of Vengeance berhasil membuat saya shock, tahun ini ada Gangster Squad, yang meskipun lebih baik namun jelas mengecewakan jika menilik cast-nya yang lebih menjanjikan. Oh hey, mereka saudara kembar, Double G. Gangster Squad, selamat datang di PnM Awards.
Score: 5/10
0 komentar :
Post a Comment