Selalu menyenangkan ketika menyaksikan sebuah film yang
menawarkan kisah perselingkuhan, latar waktu pada masa lampau, apalagi jika
subjeknya adalah kaum bangsawan. Ada sebuah kenikmatan yang berbeda ketika
menyaksikan mereka tetap mampu tampil elegan dan dewasa ketika menghadapi
sebuah konflik klasik yang mungkin pada saat sekarang akan diselesaikan dengan
penuh emosi fisik.
Kitty ternyata menyukai Count
Alexi Vronsky (Aaron Taylor-Johnson), seorang petugas muda yang kaya dan
tampan. Celakanya, mimpi yang Kitty bangun terhalang oleh sosok yang menjadi
subjek dari impiannya itu. Anna Karenina
(Keira Knightley), seorang sosialita muda yang banyak dikagumi orang, istri
dari Alexei Karenin (Jude Law),
seorang bangsawan yang terkenal. Anna datang ke Moskow atas permintaan bantuan
dari kakaknya Oblonsky. One moment can ruin your entire life. Pertemuannya
dengan Vronsky didalam kereta bersama Countess
Vronskaya (Olivia Williams), ibu Vronsky, justru menjadi awal malapetaka
bagi Anna, yang perlahan jatuh cinta pada Vronsky, menghancurkan impian Kitty,
dan merusak citra dirinya dan juga suaminya.
Oke, sebelum menyaksikan film ini saya tidak tahu siapa itu
Anna Karenina, dan apa kisah yang dialaminya. Film yang diadaptasi dari novel
dengan judul yang sama karya dari Leo
Tolstoy ini hanya punya satu daya tarik utama, kombinasi kali ketiga Joe Wright dan Keira Knightley, dan itu
sudah cukup untuk mengunci saya setidaknya
menaruh film ini didaftar tonton.
Joe Wright kembali membentuk film ini mengikuti pattern yang
ia punya. Kinerja Joe Wright semakin terasa biasa bagi saya. Menghentak dengan Pride & Prejudice delapan tahun
silam, karya-karya baru Wright menunjukkan grafik yang menurun, dimulai dari The Soloist, dan tahun lalu pada Hanna.
Wright memang mampu menghibur, namun tidak lagi istimewa.
Itu pula yang terjadi pada Anna Karenina. Ceritanya yang
sedikit kompleks, tidak dibarengi dengan pendalaman yang tidak cukup mumpuni.
Ia seolah bercerita secara garis besar, sering melakukan lompatan antar cerita,
yang berakibat kurang berhasilnya cerita tersebut untuk menciptakan kondisi
dimana anda ikut merasakan permainan emosi dari karakter. Ya, sesungguhnya
script yang dimiliki oleh Anna Karenina terasa sangat lemah, dimana bahan
cerita yang disusun oleh Tom Stoppard mungkin
cukup gemuk, dan ia mencoba untuk meminimalisir waktu agar dapat menceritakan
keseluruhan. Namun, hal tersebut berakibat fatal dengan kurang fokusnya cara ia
menyampaikan cerita akibat penerapan metode yang seolah dikebut sejak awal.
Untungnya Anna Karenina punya senjata ampuh di departemen
teknis. Ya, Anna Karenina mampu menghibur saya dengan kostum-kostumnya yang
memukau, dan juga cinemathography yang
indah, seperti perpindahan antar scene yang mampu mengundang decak kagum karena
ketelitian yang ia sajikan, meskipun mungkin akan terasa aneh bagi beberapa
orang. Ia juga punya score yang mampu membantu cerita yang payah itu untuk
membangun cerita. Terlalu menyedihkan untuk membayangkan apa jadinya film ini
jika elemen teknis tadi tidak bekerja dengan baik, karena cerita yang dibangun
sejak awal itu gagal mengeksekusi bagian penutup untuk menghadirkan klimaks
yang indah.
Saya adalah salah satu pengagum Kiera Knightley, jika ia tampil di layar dengan balutan kostum abad
18 hingga awal abad ke 19. Kiera punya wajah yang ibaratnya menjadi pasangan
serasi dengan sesuatu bernama vintage. Pride
& Prejudice, Atonement, The Duchess, hingga A Dangerous Method, adalah contoh dimana hal tersebut berhasil
membantu Kiera berhasil menjadikan karakter yang ia mainkan menjadi hidup dan
menyenangkan. Hal tersebut kembali saya dapatkan dari Anna Karenina.
Simple-nya, saya kembali terhipnotis dengan performa dari Kiera. Sayangnya ia
tampil mengesankan pada tahun dimana banyak hadir penampil wanita dengan
kualitas akting yang mungkin selevel dengannya, namun memiliki dukungan dari
hasil akhir film yang solid. Kiera tidak mendapatkan itu dari Anna Karenina.
Overall, Anna Karenina
adalah film yang cukup memuaskan. Singkatnya, anda akan mendapatkan sebuah
penyajian cerita yang tidak berhasil hadir impresif, namun sedikit tertutupi
oleh kinerja departemen teknis yang ia miliki. Beberapa eksperimen yang ia
lakukan berhasil, namun mayoritas gagal. Anna Karenina adalah sebuah tampilan
visual yang menyenangkan, dengan screenplay yang payah.
Score: 7/10
0 komentar :
Post a Comment