Terlepas dari benar
atau tidak, mayoritas dari anda pasti setuju bahwa anak yang dibesarkan tanpa
kasih sayang seorang ibu akan tumbuh menjadi seorang yang keras dan jauh dari
kesan lembut. Akan semakin parah jika ia tumbuh sendiri, tanpa orang tua
disisinya. Lee Kang-do (Lee Jung-jin), pria yang bekerja sebagai kolektor pada
seorang rentenir, suatu ketika didatangi oleh seorang wanita paruh baya, terus
mengikutinya, dan mengaku sebagai ibunya yang meninggalkan Kang-do 30 tahun
yang lalu.
Kang-do adalah seorang
pria yang hidup sendiri di Cheonggyecheon, kawasan industri yang kumuh dan
sempit. Sehari-hari ia menjalankan tugasnya dengan cara yang keras, memaksa
sang korban untuk menandatangani polis asuransi sebagai jaminan, dan jika tidak
maka anggota tubuh mereka menjadi taruhannya. Ya, kejam, Kang-do adalah pria
berwajah sendu yang sadis dan kejam.
Tapi, ini bukanlah film
yang menawarkan kepada anda kisah seorang kolektor yang secara periodik menjalankan tugasnya, menerima balas dendam dari korban, dan terjadi
pertarungan. Benar, itu tidak akan anda dapatkan di 104 menit film ini
bergulir. Setelah menyaksikan Kang-do melakukan pekerjaannya yang kejam diawal,
sukses mendapatkan tokoh jahat lewat penggambaran yang menarik seperti
melemparkan sebuah pisau pada gambar wanita telanjang, meninggalkan bagian
dalam hewan yang telah ia bunuh di toilet, hadir Jang Mi-sun (Jo Min-su, performa
yang memukau), wanita misterius yang langsung mengubah jalannya cerita.
Premis yang sedikit
terasa aneh memang, seorang pria yang keras dan brutal, dihampiri oleh wanita
tua yang secara tiba-tiba mengaku sebagai ibunya, tidak percaya begitu saja dan
menguji wanita tadi dengan meminta memakan bagian tubuhnya, hingga melakukan
tindakan yang cabul. Apa maksud dari pesan yang ingin disampaikan oleh Kim
Ki-duk terasa sangat menarik, tidak begitu jelas dengan berbagai misteri yang
menemaninya, namun terus berhasil membuat saya bertanya-tanya sepanjang film.
Entah mengapa kali ini
saya merasa terlalu takut untuk mengumbar terlalu banyak bagian dari film,
karena semakin sedikit anda mengetahui bagian dari film ini, semakin besar
kenikmatan yang akan anda dapatkan diakhir cerita. Dibuka dengan seorang pria
yang duduk dikursi roda, melingkarkan sebuah rantai yang turun dari atas, dan
dengan pasrah menerima ditarik keatas oleh rantai tersebut, anda kemudian akan
menyaksikan seorang pria yang kejam beraksi dengan dingin. Ya, itu semua
hanyalah hidangan pembuka, karena memasuki pertengahan cerita ada sebuah
permainan psikologis yang menyenangkan telah menanti anda.
Kekuatan utama film ini
adalah cerita yang ia miliki, dengan sebuah kasus yang umum, namun dikemas
dengan sangat baik oleh Kim Ki-duk dengan beberapa konflik kecil yang berhasil
menyuntikkan misteri. Berjalan dengan pelan, Pietà akan mampu membawa anda
merasakan kejamnya dunia, membuat anda sedih dan tersentuh, sampai manyajikan
hal-hal yang terasa aneh. Dan anda akan merasakan sebuah sensasi yang memuaskan
ketika twist itu hadir, dengan tegas mengubah jalan cerita, serta
mengungkap pesan yang tersimpan. Ya, sebuah permainan psikologis yang kompleks
dan menyenangkan, dan mungkin akan menjadikan film ini tidak mudah untuk
diterima banyak orang.
Overall, Pietà adalah
film yang memuaskan. Dengan nuansa gelapnya, Kim Ki-duk berhasil membuat saya
bingung dan terjebak, kemudian terkejut sembari tersenyum senang, dan terdiam sejenak
ketika film berakhir. Ini adalah sebuah film yang kuat, dengan menawarkan
konflik yang simple, menyuntikkan misteri yang aneh, namun berhasil memberikan
sensasi menyenangkan lewat twist yang ia hadirkan. Dengan mengandalkan cerita yang
kuat dan sedikit kontroversial, dibantu kombinasi apik dari Jo Min-su dan Lee
Jung-jin, Pietà berhasil hadir ke barisan depan
untuk menjadi salah satu film yang akan sangat sulit saya lupakan.
Score: 8,25/10
0 komentar :
Post a Comment