Memang akan sedikit
sulit jika anda ditanya apa hasil dari kombinasi musik klasik dengan RnB dan
juga disko, karena dari cara
menikmatinya sudah berbeda. Ya, sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. The
Intouchables menjadi sebuah buktinya, bagaimana ketika seorang jutawan
tunadaksa, heteroseksual, dengan kehidupan yang sangat formal dapat jatuh hati
pada seorang pria yang baru bebas dari penjara karena kasus pencurian.
Jangan salah paham
dulu, makna jatuh hati diatas bukanlah cinta eros, tapi cinta philia. Philippe (François Cluzet), secara fisik
memang sangat menyedihkan dimana bagian tubuhnya yang dapat merespon rasa hanya
dari leher ke atas. Namun, Philippe punya semua materi yang pasti mayoritas
para pria inginkan, rumah dan mobil mewah, assisten pribadi yang bertugas
mencatat apa yang ia ucapkan, dan para pembantu dengan pengawas bernama Yvonne (Anne Le Ny). Semua punya
tugasnya masing-masing, tapi Philippe ingin seseorang yang dapat mengasuh dia
sehari-hari secara lebih detail, dari memandikannya hingga membawa dia
berjalan-jalan.
Driss
(Omar Sy), seorang pengangguran dan mantan kriminal yang baru
saja di usir oleh ibunya, tumbuh besar dikeluarga miskin dipinggiran kota yang
keras. Tujuan utama dia datang ke interview yang dilakukan oleh Philippe
hanyalah untuk mendapatkan tanda tangan, menjadi bukti dia telah menghadiri
sebuah interview, sehingga ia dapat memperoleh asuransi bagi pengangguran.
Driss tampil apa adanya, masuk dengan cara yang tidak sopan, menggoda Magalie (Audrey Fleurot), asissten
Philippe, dan berdebat tentang pengetahuan musik. Ya, terkadang anda harus
tampil beda untuk menjadi yang terdepan.
Premisnya memang
simple, terkesan sedikit cetek, dan mungkin akan menjadikan anda tidak menaruh
ekpektasi yang begitu besar. Hal ini tampak seperti disengaja oleh Olivier Nakache dan Eric Toledano, karena di bagian awal saya langsung ditawarkan
sebuah adegan yang berhasil merubah penilaian awal saya terhadap film ini.
Philippe dan Driss sedang melaju di indahnya jalanan kota Paris dimalam hari,
dikejar oleh polisi, saling bertaruh uang, dan berhasil lolos dengan alasan
Philippe sedang terserang stroke.
Setelah dibuka dengan
cara yang menyenangkan, mampu mengajak saya ikut bergoyang bersama lantunan
lagu September dari Earth Wind & Fire, cerita berjalan
mundur menuju proses bagaimana scene pembuka itu dapat terjadi. Ya, dengan
sebuah konsep yang sempit, cerita yang tidak begitu dikembangkan dengan luas,
film ini justru mampu menghibur dengan memanfaatkan secara maksimal
elemen-elemen lainnya. Kunci suksesnya adalah Philippe dan Driss. Dengan semua
kelemahan serta kelebihan yang masing-masing mereka miliki, Philippe dan Driss
membentuk sebuah tim yang sangat kuat. Interaksi yang sangat menarik berhasil
mereka ciptakan, terutama bagaimana Driss mengajarkan Philippe cara menikmati
hidup yang sesungguhnya.
Fokus utama film ini
adalah bahwa rasa nyaman merupakan kunci sukses dalam menjalin sebuah hubungan
persahabatan. Tidak perduli anda siapa, atau seberapa kaya anda, jika anda
sudah merasa klop dengan seseorang, maka anda akan merasa kehilangan ketika ia
tidak ada disamping anda. Hal tersebut berhasil digambarkan dengan baik oleh
Nakache dan Toledano.
Ya, terima kasih kepada
Omar Sy, karena dia berhasil menjalankan semua tugasnya dengan baik, menjadikan
cerita utama terus menarik, dan mampu membentuk beberapa konflik kecil yang
juga berpusat padanya, berhasil mencuri perhatian sejenak dengan pesan yang
mereka bawa. Begitupula François Cluzet, yang tampak sedikit mengalah, memberi
ruang yang besar bagi Omar Sy untuk tampil didepan. Mereka berdua adalah sebuah
tim dengan kombinasi yang sangat baik, dengan kekuatan utamanya terletak pada
ekpresi yang mereka tampilkan, berhasil membentuk karakter yang hebat dan
mempesona.
Overall, The Intouchables adalah film yang
memuaskan. Tidak banyak hal teknis yang perlu dibahas secara dalam, karena
kekuatan film ini terletak pada dua karakter utamanya yang menarik, berhasil
dibentuk dengan indah oleh dua pemeran utamanya, dan terus tampil memikat
hingga akhir berkat arahan yang rapi dari dua sutradaranya. Ya, premisnya
simple, ceritanya sempit dan mudah ditebak, hanya memiliki beberapa konflik
kecil, namun mampu tampil lucu, menyentuh, dan menyampaikan pesan yang mereka
bawa dengan cara yang menyenangkan.
Score: 8,25/10
0 komentar :
Post a Comment