Cinta adalah sebuah
emosi kasih sayang disertai ketertarikan personal. Cinta adalah sebuah rasa
sebagai representatif kebaikan dari manusia, sebuah perjuangan yang tidak
pernah berhenti, perhatian dengan bumbu kasih sayang, yang saling percaya dan
juga setia hingga akhir. Cinta akan membuat anda melakukan apapun untuk orang
yang anda kasihi, melayani dia dengan tulus, menginginkan yang terbaik baginya,
meskipun kini ia tidak bisa memberikan apapun lagi kepada anda.
Georges (Jean-Louis Trintignant), mungkin menjadi salah satu contoh bagaimana besarnya kekuatan yang dimiliki oleh cinta. Dengan sepenuh hati Georges merawat istrinya Anne (Emmanuelle Riva) yang terkena stroke dan akhirnya lumpuh. Bermula ketika mereka sedang sarapan, Anne mendadak diam dan tidak merespon apapun yang dikatakan oleh Georges. Tapi ketika Georges hendak pergi untuk mencari bantuan, ia mendengar bunyi dari dapur, yang ternyata berasal dari Anne. Anehnya Anne tidak tahu bahwa tadi ia sempat diam seperti batu.
Ya, dibuka dengan
adegan pemadam kebakaran yang sedang membuka pintu rumah yang terkunci, dan
kemudian menemukan seorang wanita tua yang terbaring manis diatas tempat tidur
dengan tubuh yang tak lagi bernyawa, Michael Haneke sukses mengingatkan saya
bahwa film ini ada dibawah kendalinya. Seperti The White Ribbon, sejak awal
anda sudah diberitahu oleh Haneke bahwa ini film yang mengerikan secara
emosional, dengan mengumbar dengan jelas akhir dari cerita yang akan anda
saksikan.
Menggunakan judul yang
bermakna cinta, film ini justru hadir untuk menunjukkan kepada anda sisi yang
menyakitkan dari cinta. Berjalan dengan lambat, Haneke berhasil mengikat saya
dengan penderitaan yang terus dialami oleh karakter, dengan sebuah info yang
telah dibuka diawal, menyaksikan orang yang sangat anda sayangi mati perlahan.
Dengan tema yang sedikit kontroversial itu, film ini berhasil membuat saya
merasakan kehancuran dengan dua karakter mantan guru musik yang kini telah
berusia 80 tahun, tidak dapat mengisi hari tua mereka dengan hal-hal yang
menyenangkan, seorang istri di kursi roda yang kemudian hanya bisa terbaring
tak berdaya diatas tempat tidurnya, dengan suami yang selalu setia merawatnya.
Apakah hal diatas tadi
seharusnya di spoiler? Tidak, tidak perlu, bahkan Haneke pun tampak tidak
begitu merasa penting dengan misteri dari cerita yang ia miliki. Ya, dengan membaca sinopsisnya saja anda sudah dapat menerka apa yang akan anda
dapatkan diakhir cerita dengan dua karakter tua yang Heneke hadirkan.
Kesuksesan utama yang mungkin Haneke inginkan adalah ketika anda merasakan
sebuah tekanan yang mengerikan secara emosional. Dia berhasil, dengan menggunakan
karakterisasi dua karakter yang sedang menghadapi masa sulitnya sebagai senjata
utama, film ini mampu membuat saya speechless diakhir cerita.
Ceritanya memang
sempit, dengan latar sebuah rumah yang terus mendominasi. Hanya satu konflik
kecil yang diberikan, dengan kehadiran Eva (Isabelle Huppert), seorang anak
yang sangat menyayangi orangtuanya dengan mencoba mengatur beberapa hal yang
berhasil menyelipkan sebuah pelajaran baru lewat fakta yang pasti banyak
terjadi di kehidupan nyata. Ya ya, saya suka cara yang digunakan Haneke
menyelipkan pesan-pesan yang ia ingin sampaikan kedalam cerita melalui
cinematography yang sangat manis, dengan clue yang mungkin yang tidak mudah,
seperti penggunaan lukisan, burung merpati, hingga ketika Georges mengambil album
foto.
Jean-Louis Trintignant
dan Emmanuelle Riva, mereka berhasil menjadikan saya bersimpati kepada mereka,
namun juga mampu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan kecil yang membuat saya
bingung. Jean-Louis Trintignant berhasil membentuk Georges menjadi sosok yang
misterius. Dia mampu menunjukkan kasih sayang yang luar biasa, permainan emosi
yang cantik, namun terus membuat saya waspada karena informasi yang dibuka
diawal cerita. Sedangkan Emmanuelle Riva, dia fantastis. Riva memberikan performa yang sangat bersih. Diawal ia mampu menciptakan chemistry kuat dengan
Trintignant, dan ketika telah lumpuh Riva sukses membuat saya ikut merasakan
kesengsaraan yang ia alami, mayoritas lewat ekspresi wajah yang sangat indah.
Overall, Amour adalah
film yang sangat memuaskan. Amour bukanlah drama romantis yang mengandalkan
keindahan cinta sebagai pondasinya. Amour bisa dikategorikan sebagai sebuah
visualisasi dari fakta terselubung yang mungkin pernah anda bayangkan akan
terjadi kelak ketika anda tua nanti, namun selalu tertutupi oleh indahnya cinta
yang anda rasakan saat ini. Film ini mampu memadukan rasa cinta, sedih, kesal,
ragu, hingga frustasi dengan baik. Dengan sebuah judul yang menjanjikan
keindahan, film ini mampu menyampaikan pesannya dengan permainan emosi yang
menekan, mengerikan, dan menghancurkan. Salah satu film yang mampu membuat saya
terdiam dan merenung di akhir cerita. Ya, Oscar.
Score: 9/10
jadi betul-betul berminat untuk mendownload film-nya
ReplyDelete@muhammad idris: Silahkan dicoba, hati-hati karena sedikit segmented. :)
ReplyDeletegak terasa air mata menetes menontonnya, padahal gak jualan kesedihan neh film. Haneke luar biasa Sinopsis Film, Review Film, Resensi Film, Cerita Film
ReplyDeletelink download nya bisa saya minta ?? pengen banget nonton film ini
ReplyDeleteterimakasih
Wah, kalo kak rory udah kasih nilai diatas 7 kudu di tonton banget nih film...
ReplyDelete