Kejar mimpimu hingga
ujung dunia. Itu prinsip yang dimiliki oleh Ralph (John C. Reilly), karakter
dalam game Fix-It Felix, Jr., yang dalam kesehariannya bertugas merusak sebuah
gedung, dan kemudian akan diperbaiki oleh Felix (Jack McBrayer). Ralph memiliki
mimpi untuk menjadi seorang pahlawan, bukan hanya sebatas musuh utama yang
tidak pernah mendapatkan penghargaan berupa medali. Untuk mewujudkan mimpi
tersebut Ralph melakukan pemberontakkan, menuju game lain, yang tanpa
disadarinya membawa sebuah masalah besar yang dapat mengancam eksistensi banyak
karakter game.
Ketika Mr. Litwak
(Ed O'Neill) sang pemilik pusat permainan resmi menutup tokonya, semua karakter
bebas untuk saling berkunjung antar permainan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh
Ralph untuk melakukan pemberontakkan yang sebelumnya pernah dilakukan oleh
karakter bernama Turbo. Ralph memang sangat sakit hati, ketika tidak diundang
saat perayaan ulang tahun yang ke-30 game Fix-It Felix, Jr. Ralph kabur menuju
game Hero's Duty, dan berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan.
Ya, ia berhasil
menyelinap tanpa diketahui Sersan Tamora Jean Calhoun (Jane Lynch), pemimpin
Hero's Duty. Namun celakanya ketika ia kabur menggunakan pesawat, Ralph membawa
serta seekor serangga yang “berbahaya” dari Hero's Duty, menjadikan pesawat
kehilangan kontrol, bergerak secara acak dan mendarat di Sugar Rush, sebuah
Negeri Permen yang dipimpin oleh King Candy (Alan Tudyk). Tidak cukup sampai
disitu, medali Ralph dicuri oleh seorang gadis kecil bernama Vanellope von Schweetz
(Sarah Silverman), yang kemudian menggunakan medali tersebut sebagai tiket
untuk dapat ikut dalam balap gokart yang diadakan kerajaan. Ya, Ralph harus
membantu gadis malfungsi, mewujudkan mimpinya jika Ralph ingin medapatkan
kembali medali tersebut.
Saya termasuk orang
yang tidak menaruh ekspektasi besar ketika mengetahui berita akan hadirnya
Wreck-it Ralph ke layar lebar, meskipun dibelakangnya ada Walt Disney. Tema
yang diangkat menjadi penyebab utamanya, game era 80-an hingga 90-an yang bagi
saya akan dipenuhi gambar dengan pixel yang kasar dan kaku. Ya, saya bukanlah
seorang gamer kelas berat untuk game dari jaman itu. Saya hanya kenal Super Mario, Sonic,
Pac-Man, dan Street Fighter. Saya bahkan hanya sebatas tahu tentang Sugar Rush
dan Hero's Duty. Lantas apakah itu mengurangi kenikmatan film ini untuk
penonton yang awam game era 90-an seperti saya? Jawabnya adalah tidak.
Rich Moore adalah
penyebabnya. Moore berhasil mengendalikan sebuah konsep cerita yang sangat kuat
yang ia susun bersama Jim Reardon, Phil Johnston, dan Jennifer Lee. Sejak awal
konflik utama telah berhasil membentuk daya tarik dengan skala yang besar.
Berpetualang antar game jelas sangat menarik, dimana mereka saling berpergian
melalui kabel, bahkan melakukan pertemuan antar karakter jahat setiap
minggunya. Hebatnya, setelah dibuka dengan sangat baik, Moore masih dapat
menjaga daya tarik dari cerita sembari menjalankan cerita tersebut dengan plot
yang sangat jelas dan sederhana. Ya, sederhana di setiap konflik, dimana Moore
memberikan sebuah cerita yang dapat dimengerti dengan sangat mudah.
Dengan banyak perpaduan
warna yang ia miliki, Wreck-it Ralph jelas akan terus memanjakan mata anda
dengan warna-warna indahnya yang dalam sambil bernostalgia dengan kenangan anda
ketika memainkan game-game tersebut satu hingga dua dekade yang lalu. Namun ini
bukanlah film animasi yang hanya mengandalkan permainan visual untuk menghibur
anda. Wreck-it Ralph malah memberikan sebuah kemasan dimana beberapa unsur
pendukung cerita menyatu dengan baik. Unsur serius dan santai berpadu dengan
indah, dan selalu terasa berada di tempat yang tepat. Ketika serius, Ralph dan
kawan-kawannya berhasil menyentuh saya sehingga menaruh simpati pada mereka,
dan ketika santai, saya dapat tertawa lepas dengan kekonyolan yang mereka
hadirkan, dari yang frontal hingga yang terkesan malu-malu.
Lantas apakah Wreck-it
Ralph layak untuk anda saksikan bersama anak-anak anda? Ya, sangat layak. Dialog
jenaka yang ditampilkan tidak ada yang vulgar, justru beberapa plesetan setelah
kata “Holy” berhasil mengundang tawa. Alur cerita yang dimiliki juga tidak
rumit, namun tidak pula terlalu sempit. Ada konflik utama dan beberapa konflik
pendukung, namun berkat hubungan sebab-akibat yang sangat jelas semua itu
berhasil menyatu dengan baik, dan memberikan sebuah akhir yang terasa manis.
Ya, saya merasakan itu, dan berkat performa yang sangat baik dari para pengisi
suara, tidak ada momen membosankan yang saya temukan. Dan jelas anda akan
terhibur dengan karakter lucu dan imut yang dihadirkan, terutama Vanellope von
Schweetz yang dapat mengundang senyum berkat tingkah lucu dan menggemaskan,
namun dapat pula menjadikan anda merasakan duka lewat permainan emosi yang ia
hadirkan.
Overall, Wreck-it Ralph
adalah film animasi yang sangat memuaskan. Ide unik tersebut berhasil
dieksekusi dengan baik oleh Rich Moore bersama timnya. Banyak pahit dan manis
kehidupan yang terselip dengan sempurna dibalik kegaduhan yang tercipta selama
101 menit. Memang apa yang diberikan film ini tidak sebesar Toy Story 3, namun
saya mencintai film ini. Wreck-it Ralph adalah film animasi yang unik, dan menyenangkan.
Score: 8,5/10
Film ini membawa emosi penonton ombang ambing menurut saya :D Lihat muka si turbo itu kok jadi merinding gimana gitu hehehe. By the way saya nonton film ini tepat di tanggal postingan ini, kebetulan sekali.
ReplyDelete