Kesempatan terkadang
hanya datang sekali, dan perlu sebuah keberanian yang besar untuk memutuskan
apakah anda akan melakukannya, atau tidak. Jelas akan timbul rasa ragu dalam
prosesnya, karena opsi gagal tentu saja akan tetap hadir. Itu yang coba
diangkat oleh Woody Allen dalam film ini, dengan latar kota Roma yang romantis,
dan dibumbui banyak konflik, membawa anda menyaksikan petualangan cinta yang
berlandaskan rasa percaya.
Setelah sukses dengan
Midnight in Paris tahun lalu, Allen mengganti destinasinya. Ya, kakek satu ini
tampaknya masih senang berlibur, dan kali ini ia membawa lebih banyak konflik
untuk mengelilingi kota Roma. Ya, konflik pertama datang dari seorang arsitek
bernama Jack (Jesse Eisenberg) yang tinggal bersama kekasihnya Sally (Greta
Gerwig), dan mendapatkan ujian didalam diri Monica (Ellen Page), teman Sally,
meskipun terus dibantu oleh John (Alec Baldwin) yang selalu berada
disekitarnya.
Setelah itu ada
sepasang kekasih yang bertemu secara tidak sengaja, Michelangelo (Flavio
Parenti) dan Hayley (Alison Pill), yang mendapatkan ujian dari orangtua Hayley
yang cukup menjengkelkan, Jerry (Woody Allen), yang datang bersama istrinya
Phyllis (Judy Davis). Ada pula pasangan baru yang datang ke Roma untuk bulan
madu, Antonio (Alessandro Tiberi) dan Milly (Alessandra Mastronardi),
terpisahkan oleh hal yang konyol, dan mulai goyah ketika kedatangan dua tamu
tak diundang, Anna (Penélope Cruz), wanita panggilan, yang masuk ke kamar milik
Antonio karena alasan yang klasik, dan Milly yang bertemu idolanya. Dan yang
terakhir Leopoldo Pisanello (Roberto Benigni), pria biasa yang mendadak
terkenal karena sebab yang tidak jelas.
Ya, dengan empat
konflik yang tidak terkait satu dengan yang lain, sepintas tentu saja tampak
seperti sesuatu yang menjanjikan dari seorang Woody Allen. Dengan mengangkat
tema cinta, latar belakang kota Roma, dan dipersenjatai cast gemuk yang
mumpuni, ekpektasi awal saya film ini dapat memberikan sesuatu yang setidaknya
dapat menyamai Midnight in Paris. Ya, sejak awal saya tidak peduli dengan
penilaian orang lain akan film ini, terlebih ini adalah sebuah film tunggal,
bukan franchise yang sudah memiliki dasar yang buruk. Dan, ternyata penilaian
mereka benar, kali ini Woody Allen kurang berhasil.
Tidak usah ragukan
kemampuan kakek satu ini untuk sektor tampilan visual. Dengan empat konflik,
tentu saja semakin banyak sudut kota Roma diwarnai bangunan dengan ukiran yang
menarik dapat terekspos di 112 menit durasi. Ya, itu nilai plus film ini,
berhasil memanfaatkan kota Roma untuk menciptakan nuansa romantic kedalam
cerita. Kekurangan yang besar tercipta dari sektor script yang diciptakan
sendiri oleh Allen.
Menawarkan empat
konflik sepertinya menjadi boomerang bagi Allen. Cerita yang ditawarkan tampak
standar, mudah ditebak, minim kreatifitas, menyebabkan hanya satu dari empat
yang memiliki daya tarik. Sejak awal hingga akhir tidak ada konflik yang
berhasil menjejakkan kakinya ditanah kemudian berdiri dengan tegak dan kokoh,
semua tampak melayang-layang di kota Roma.
Jelas setiap konflik
mengemban pesan dalam cerita yang mereka tawarkan. Ya, anda dapat dengan mudah
memahami maksud dari cerita yang ditampilkan, dan semakin mudah karena ceritanya bertemakan
cinta. Namun sayangnya Allen kurang total dalam mengeksekusi semua pesan
tersebut, sehingga terasa kering dan membuat saya bergumam “oh, ternyata benar
pesannya itu, oke”. Ya, kurang berhasil meninggalkan kesan positif yang setidaknya
dapat membekas untuk tiga hari setelah anda menontonnya.
Mungkin dibeberapa
bagian anda dapat merasakan unsur komedi yang disampaikan, meskipun terasa
garing. Mayoritas jajaran cast juga terkesan hanya menjalankan tugasnya
masing-masing, hanya beberapa yang tampak berhasil mendalami karakter yang ia
mainkan. Ya, script merusak liburan Allen kali ini. Tidak hancur memang, karena
pesan dari cerita berhasil diselesaikan dengan baik, tapi dengan cara yang
sangat-sangat standar untuk proyek dari seorang yang bernama besar seperti Woody
Allen. Ya, ekspektasi awal saya cukup besar, dan jelas saya kecewa dengan apa
yang diberikan oleh film ini.
Overall, To Rome with
Love adalah film komedi romantis yang kurang memuaskan. Segera buang jauh-jauh
harapan anda untuk dapat menyaksikan versi berbeda dari Midnight in Paris.
Meskipun dibantu cast yang sudah anda kenal, bahkan keikutsertaan Woody Allen
lewat karakter Jerry, tetap tidak mampu menyelamatkan film ini dari kerusakan
utama yang disebabkan oleh script di level standard dan tidak memiliki daya
tarik yang besar. Anda akan mendapatkan tampilan khas Allen, namun jangan
kecewa jika diakhir cerita anda akan bergumam “yah, cuma ini?”.
Score: 5,5/10
0 komentar :
Post a Comment