Katheryn Elizabeth
Hudson, atau yang lebih dikenal dengan Katy Perry jelas bukan seorang wanita
biasa. Saya yakin semua penikmat musik setuju bahwa Katy Perry adalah penyanyi
yang luar biasa. Lagu-lagunya yang bernuansa pop, rock, disco, bahkan gospel,
selalu mampu membawa pendengarnya masuk lebih dalam menuju "something" yang ingin ia
sampaikan ketika mendengarkan lagunya. Tapi tahukah anda di balik keceriaan
yang selalu terpancar lewat aksi energiknya kini perjalanan yang ia tempuh
sebelumnya tidaklah mudah. Katy Perry: Part of Me mencoba menceritakan itu kepada
anda.
Film dengan durasi 93
menit ini akan menceritakan kisah perjalanan dari satu-satunya
penyanyi wanita yang mampu menyamai rekor milik Michael Jackson dengan memiliki
lima lagu dalam satu album di puncak Billboard ini. Dimulai dari ketika Katy
masih berusia 15 tahun ketika bakatnya mulai tercium oleh salah satu band rock
di Nashville, Tennessee, kemudian film yang menjadikan “California Dreams Tour”
sebagai latar utama ini akan mengajak anda untuk ikut "membangun" kembali kisah
Katy di bidang musik, ketika ia bertemu Glen Ballard yang menjadi tonggak awal
karirnya, perbedaan visi dalam bermusik yang dimiliki dengan label tempat ia
bernaung, hingga kemunculan single yang menjadi penyelamat karirnya, I Kissed a
Girl.
Yap, film ini diawali
dengan sebuah sajian yang menyenangkan, menyaksikan Katy memperjuangkan
karirnya dengan pindah ke Los Angeles meskipun tidak disetujui oleh kedua
orangtuanya yang sangat menjunjung tinggi agama dan tetap menginginkannya
menjadi penyanyi gospel. Bagian ini menarik, selain tampilnya Katy ketika masih
kecil lewat foto dan video yang memberikan sebuah fakta bahwa Katy memang sudah
sangat senang untuk “show off” sejak ia kecil, latar belakang keluarganya juga memberikan
sebuah warna kedalam cerita film ini. Keberuntungan berasal dari Lucifer?
lol
Yang menambah nilai
plus film ini adalah seluruh elemen pendukung
konser dan juga keluarga dari Katy, menceritakan siapa itu Katy dari sudut
pandang mereka. Dari assisten pribadi, manager, kakak, hingga
teman-temannya, semua ikut ambil bagian dalam menciptakan image dari seorang
Katy Perry yang ternyata tidak jauh berbeda di kehidupan aslinya. Oh ya,
termasuk beberapa cameo seperti Adele, Rihanna, Lady Gaga, dan Jessie J. Proses menggali
kehidupan Katy ternyata membuat intensitas menyanyi yang tidak sangat dominan, dan itu sebuah kejutan karena awalnya saya mengira akan
mendapatkan scene menyanyi dari film ini setingkat dengan documenter milik
Celine Dion.
Tapi, setelah satu jam,
energi cerita mulai menurun seiring intensitas keceriaan dari Katy Perry
yang juga perlahan dikurangi. Konflik baru yang coba diselipkan mengangkat
kisah perceraian Katy dengan Russell Brand sebagai pusat utama. Tujuan utama
jelas mencoba menggambarkan sisi lain dari Katy Perry yang selama
ini tidak kita dapat lihat. Yang sangat disayangkan adalah penempatan bagian ini yang
bagi saya kurang tepat. Bagian ini
selain membuat tensi film turun juga menyebabkan kisah yang telah dibangun
dengan baik sejak awal tidak mendapatkan penutup yang sama baiknya. Kisah sedih
Katy Perry, disusul pelajaran yang dipetik dari beberapa fansnya memang
berhasil menyampaikan sisi rapuh dari Katy Perry ketika masalah menghampirinya, namun kurang berhasil menjadi pelengkap sekaligus penutup yang
baik bagi keseluruhan cerita.
Terlepas dari
minus yang film ini miliki materi yang ditampilkan menghadirkan sebuah tingkat
kepuasan tersendiri bagi saya. Meskipun bukan fans berat dari seorang Katy Perry sepanjang film saya ikut bersenandung kecil
ketika ia menyanyikan lagu-lagu yang sudah familiar bagi saya, dan di beberapa
bagian saya memperoleh "chilling moment" skala kecil di samping kemampuan film ini membawa saya sedikit lebih mengenal Katy lewat kisah perjalanan karirnya di dunia musik.
Cerita yang menyenangkan,
dengan tokoh utama yang memang menyenangkan, hanya akan menghasilkan suatu
hasil yang menyenangkan pula. Bagian favorit saya adalah ketika Katy membawakan
versi berbeda dari “I Kissed a Girl”, sedikit jazzy yang menarik di awal, dan dihentak kembali setelah penjelasan bagaimana lagu itu menjadi awal
sukses Katy. Dan juga Katy Beth Perry. Namun tidak bisa dipungkiri seperti genre documentary pada umumnya anda akan menemukan beberapa bagian yang
terasa disengaja untuk mendukung cerita. Mungkin itu sedikit minus dari
Jane Lipsitz dan Dan Cutforth yang juga memproduseri film dengan
genre serupa, Justin Bieber: Never Say Never.
Overall, Katy Perry:
Part of Me merupakan film yang menghibur. Dibuka dengan Teenage Dream, dan
ditutup dengan California Gurls, Katy Perry sukses menciptakan negeri dongeng
yang ia inginkan, lewat kisah yang ia alami sejak awal masuk ke dunia musik.
Penempatan lagu selalu sesuai dengan kisah yang diangkat. Yap, sasaran utama
film ini diciptakan tentu saja adalah para KatyCats, penggemar Katy Perry. Saya yakin mereka akan mendapatkan kepuasan menyaksikan kisah hidup Katy Perry
diangkat ke layar lebar. Katy Perry: Part of Me adalah film yang menyenangkan meskipun ditutup dengan cara yang seharusnya bisa lebih baik
lagi.
Score: 7,25/10
im proud to be katycat!!!:")
ReplyDelete