Selalu akan ada
keajaiban yang tercipta untuk anda, jika anda tetap percaya itu akan terjadi.
Victor Frankenstien (Charlie Tahan) membuktikannya. Victor kehilangan anjing
kesayangannya yang bernama Sparky, karena ditabrak mobil. Anak kecil yang
sangat tergila-gila dengan sains ini mendapatkan sebuah ide setelah melihat
praktik sains yang dilakukan oleh gurunya disekolah. Mereka mendapatkan
tugas rumah bertemakan sains, dan Victor
memilih melaksanakan idenya, menghidupkan kembali Sparky.
Tentu sangat mudah
untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya pada cerita yang merupakan
pengembangan dari film pendek dengan judul yang sama di tahun 1984 ini. Sparky
hidup kembali karena sengatan petir yang diberikan kepadanya. Celakanya ada
seorang teman Victor yang mendapati Sparky hidup kembali. Dari situ berita
menyebar dengan cepat, dan menjadi awal dari kemunculan berbagai monster yang
menyerang kota New Holland.
Tim Burton kembali
dengan film animasi yang tetap menjadi ciri khasnya, stop-motion. Sebuah parody
dari Frankenstein ini benar-benar menggambarkan bagaimana kisah horror di masa
lampau. Karakter dengan bentuk tubuh yang kurus, dibarengi mata yang besar
tentu akan mengingatkan anda pada Corps Bride. Ya, Frankenweenie terasa seperti
Corps Bride versi hitam-putih, dengan cerita yang lebih sederhana.
Tidak semua film
animasi dengan banyak perpaduan warna dapat membuat mata saya terasa nyaman dan
tenang ketika menyaksikan karakter-karakter fiktif dalam cerita beraksi. Dengan
hanya dua tone warna, apakah film ini akan senikmat film-film animasi “normal”
lainnya? Hey, dia Tim Burton!! Dengan banyak kombinasi warna saja ia selalu
dapat menciptakan sebuah film yang sangat nyaman dimata (meskipun tidak
semuanya bagus dari segi cerita). Dan apa yang dihadirkan film ini kembali
membuktikan kehebatan dari kakek trendi ini. Kombinasi hitam dan putih akan
membuat mata anda terasa tenang selama 87 menit. Meskipun dikemas dalam bentuk
3D, mata anda tidak akan terlalu dipaksa untuk mendapatkan fokus yang tepat
(meskipun bagi saya 3D yang dihadirkan film ini sedikit useless).
Jika menilik dari segi
komponen cerita yang ditawarkan, saya tidak merasakan sesuatu yang sangat
istimewa dari film ini. Seorang anak kehilangan binatang peliharaannya,
binatang tersebut mati, hidup kembali, dan timbul bencana. Ya, tidak istimewa.
Namun, film ini menyenangkan. Saya sudah jera untuk mengharapkan sebuah film
dengan cerita yang istimewa dari seorang Tim Burton. Yang saya lakukan hanyalah
datang, dan saksikan tampilan visual yang diberikannya (ya, cerita tetap
komponen terpenting). Itu saya lakukan di film ini, dan saya puas. Ceritanya
cukup baik, dan semakin baik ketika berpadu dengan tampilan visual yang sangat
apik.
Ya, ini bukan film
animasi untuk semua tipe anak kecil. Untuk para orang tua, sebaiknya lebih
dahulu teliti sebelum memutuskan untuk membawa serta buah hati anda ikut
menyaksikan film ini. Anda tentu tidak mau menjadi tontonan utama didalam
bioskop karena anak anda tidak henti-hentinya menjerit serta menangis ketakutan
seperti yang saya lihat hari ini. Dengan poster berwarna hitam-putih, seekor
anjing yang memiliki jahitan ditubuhnya, tentu saja film ini akan diisi dengan
nuansa horror dan gelap berbau kematian yang dominan, ditemani musik yang
mencekam.
Overall, Frankenweenie
adalah film animasi yang memuaskan. Apa yang saya antisipasi sejak awal dari
segi cerita ternyata tidak terjadi. Kisah yang ditawarkan Tim Burton kali ini
sangatlah sederhana, dengan tema persahabatan dan kasih sayang sebagai senjata
utama, namun dibungkus dengan nuansa horror yang dominan lewat pemakaian tone
hitam-putih sepanjang film. Semua perpaduan itu berhasil menghibur saya, dan
menjadikan saya tidak begitu memusingkan sebagus apa cerita yang ditawarkan
ketika monster-monster hasil fantasi Tim Burton mulai “bermain-main” dikota.
Score: 8/10
0 komentar :
Post a Comment