Beberapa hari yang lalu,
seorang teman bertanya kepada saya, yang intinya adalah mengapa saya tidak
pernah me-review film asia, terutama Korea dan Jepang, padahal frekuensi
kehadiran lagu-lagu dari kedua negara itu di chart saya mulai bergerak kearah
positif. Jawabannya adalah, karena selama setahun ini belum ada film korea yang
berhasil mencuri perhatian saya, dan tidak menjadikan saya merasa rugi akan
waktu yang telah saya habiskan jika tidak mereview film tersebut. Dua hal
tersebut tidak saya dapat dari film-film korea yang telah saya saksikan. Dia
merekomendasikan film ini kepada saya. Dan ternyata, Architecture 101
memberikan sesuatu yang berbeda, dan berhasil menjadikan film ini sebagai film
Asia pertama yang hadir di rorypnm.
Genre dari film ini adalah
romance. Yap, anda harus siap dengan kehadiran kisah mellow yang telah tersaji
sejak awal. Berawal dari Seung-Min (Uhm Tae-Woong), seorang Arsitek di sebuah
kantor arsitektur, secara mengejutkan didatangi sesosok wanita, dari masa
lalunya. Seo-Yeon (Han Ga-In), sahabat wanita Seung-Min ketika mereka bersama
dikelas “Introduction of Architecture Class”. Seung-Min, dimintai oleh Seo-Yeon
untuk mendesain rumah tua milik keluarganya di Pulau Jeju. Dalam melakukan
desain sebuah bangunan, seorang arsitek harus mengerti karakteristik dari sang
calon pemilik, apalagi kasusnya seperti Seo-Yeon yang benar-benar menyerahkan
desain tersebut sepenuhnya kepada Seung-Min. Yha, saya rasa anda sudah mengerti
apa yang akan terjadi selanjutnya, layaknya kisah romantis pada umunya.
Lalu apa kelebihannya jika
ceritanya sama saja dengan film dengan genre serupa. Yang berbeda adalah cara
Lee Yong-Ju (sutradara sekaligus penulis film ini) membungkus premis dari
cerita yang tidak terlampau megah dan berbeda, menjadi satu paket lengkap yang
berhasil mencuri perhatian anda, baik kaum wanita yang menjadi sasaran utama
genre ini, dan juga kaum pria. Segala unsur yang bernuansakan cinta akan anda
temukan di film dengan durasi 118 menit ini. Apakah akan membosankan melihat
durasinya yang panjang? Menurut saya tidak. Cerita yang mengalir dengan lembut,
dibalut dengan permainan emosi yang bekerja dengan baik melalui cara-cara
klasik, seperti wanita yang anda incar direbut oleh orang lain, hingga orang
ketiga yang mengancam hubungan asmara anda.
Dan salah satu kunci
keberhasilan film yang meraih 3 juta penonton di bulan perdananya ini adalah
keputusan Lee Yong-Ju untuk memberikan porsi lebih dalam proses penjelasan
kisah masa lalu kedua karakter utama. Seung-Min muda (Lee Je-Hoon) dan Seo-Yeon
muda (Bae Suzy), tidak hanya berperan sebagai karakter pelengkap untuk
mengenalkan karakter utama. Mereka mendapatkan bagian yang sama besarnya,
dengan tanggung jawab yang sama. Tugas yang mereka emban berhasil Lee Je-Hoon serta Bae Suzy jalankan dengan
baik. Perkiraan awal saya perlahan mereka akan tenggelam dibawah bayang-bayang
dua karakter lainnya. Namun melalui performa yang mereka suntikkan, justru
menjadikan karakter muda memiliki daya tarik yang lebih besar dibandingkan karakter
tua.
Jika menilik dari segi pemain,
tanpa rasa ragu yang memberikan performa terbaik adalah Bae Suzy. Tanpa perlu
tampil glamor dan menjadi wanita yang imut dan lucu, Suzy berhasil mencuri
perhatian saya, dibandingkan dengan Han Ga-In yang secara penampilan memang
lebih menarik dibandingkan Suzy. Bersama dengan Lee Je-Hoon yang juga bermain
baik, Suzy sukses membangun sebuah tim dengan chemistry yang sangat baik, dan
berhasil menggeser Uhm Tae-Woong dan Han Ga-In ke posisi kedua. Mungkin dikarenakan
cerita yang mereka dapat memang lebih menarik, dimana berawal dari proses
kenalan yang konyol, mulai akrab seiring tugas dari dosen, tumbuhnya bunga
asmara, hingga bagaimana mereka harus berpisah. Yap, bagi saya hal-hal tadi
memang jauh lebih menarik dibandingkan proses pembangunan rumah yang mayoritas
berkutat di masalah desain, dan rasa cinta yang secara intensitas tidak begitu
besar lagi.
Overall, Architecture 101 merupakan film yang memuaskan. Sebuah paket yang dikemas dengan baik tanpa mengumbar kisah-kisah asmara yang terlalu berlebihan. Impresi awal yang langsung memberikan anda gambaran akan kisah yang dialami kedua karakter utama, menyebabkan apa yang dialami kedua karakter utama itu dimasa lampau menjadi sangat menarik. Tidak terdapat gebrakan cerita yang terlalu besar, dimana cerita yang diselipkan humor yang bekerja sangat efektif ini, mengalir dengan lembut dibarengi permainan emosi yang kuat, yang menyebabkan anda ikut terpenjara dalam kisah asmara dari memori yang mereka alami. Ini film korea pertama, dan mungkin film asia pertama yang menjadikan saya ingin menonton untuk kedua kalinya.
Score: 7,8/10
liat film korea "miracles giving a fool " bang :)
ReplyDelete@yuliaRetno: wah, CTH ama HJW ya, akan coba dicari. Thanks ya sudah berkunjung. :)
ReplyDelete@Aldian Mey: Thanks. :)
ReplyDeleteno mercy,old boy,mother,memories of murder,the chaser,i saw the devil,the man from nowhere,taegukgi,my way,perfect number dan masih begitu banyak lagi dan ga akan cukup di sebutin satu2
ReplyDeletejudul2 film di atas ber genre thriller,mystery dan action... untuk genre drama romantis,drama keluarga atau comedy nya sangat banyak juga.. saya sebutin semampunya... a moment to remember,more than blue,always,a long visit,wedding dress,harmony,see you after school,two guys,daisy dll (banyak yg lupa)
ReplyDeletesebenernya masih banyak banget tp banyak yang lupa judulnya... coba mas rory googling film2 korea 2000-2014, karena menurut saya mulai tahun 2000 an perfilman korea sudah mulai berkelas dan bahkan saat ini peta film perfilman dunia bukan lagi di pegang hollywood.. korea, baik film bioskop atau serialnya saat ini benar2 membuat film atau serial buatan hollywood nampak seperti makanan ringan... lengkap rasanya jika film korea yg berkualitas di sandingkan dengan review yg cerdas dari rory pinem...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebaru inget nich, ada 1 film comedy drama romantis dari korea yg menurut saya di genre nya film ini terbaik sepanjang masa saya melihat film... "cast away on the moon"
ReplyDeletesaya berharap rory mau me review nya...
Sebelumnya terima kasih banyak list filmnya. Masalahnya adalah daftar diatas itu banyak berisikan aktor yang juga sudah umum terkenalnya, seperti Choi Min‑sik, Song Kang‑ho, Won Bin, Lee Byung‑hun, Cha Tae-Hyun, hingga favorit saya Son Ye‑jin, jadi sudah saya tonton, dan status mereka sebagai non new release yang membuat mengulang dan menulis mereka kembali itu perlu mood yang “benar-benar” tepat, menurut saya lebih sulit ketimbang menulis pendapat tentang film rilisan baru. Semoga saja fitur baru untuk film “lama” yang udah di set bisa terwujud deh beberapa bulan kedepan, jadi bisa di review semacam Oldboy sampai A Moment to Remember. Thanks ya btw. :)
Deleteterima kasih kembali yg udah ngeluangin waktunya buat ngebales pesan saya... semoga lancar dan jd terealisasikan fitur film korea lawasnya... tp sebelumnya tolong dunkz pendapat ringkas dari mas rory tentang film "cast away on the moon" dan "perfect number"
Deletemenurut saya dua film itu adalah pemimpin terdepan di genre nya masing2...
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete1 hal yg khas dari film atau drama korea adalah segelap apa pun, se aneh apa pun,sekonyol apa pun dan sesakit apa pun cerita film yg disajikan tetap tida lepas dari hal2 yg melibatkan perasaan... ada saja adegan yg menggugah perasaan, apa pun genre nya (new world contoh terbarunya)... hal ini lakh yg sering membuat film biasa dari korea menjadi tak mudah terlupakan dan film bagusnya selalu meninggalkan jejak di hati... untung masih ada film action dan super hero yg super keren di hollywood klo tidak ada maka tidak ada yg tersisa dari hollywood untuk aku tonton :)
ReplyDeleteSepertinya mas Rijal ini condong sedikit ke substance yang dibandingkan style ya, makanya cast away on the moon bisa klik banget, karena film itu memang sukses banget sih menyentuh perasaan dan emosi penontonnya, lucu tapi disisi lain juga hangat. Kalau seperti itu cobain film Eropa, Perancis mungkin, dari Skandinavia juga bagus. :)
DeleteYupz, kurang lebih seperti itu mas... Selain itu juga saya senang dengan ending yg tak biasa... itu faktor terpenting karena menurut saya ending dalam sebuah film adalah bagaimana dan seperti apa film itu akan di ingat... Pernah nonton hello ghost nya cha tae hyun kan mas??? Itu adalah salah satu film yg bagi sebagian orang adalah film drama komedi yg gagal karena cukup banyak mome-momen dan lawakan garing dalam proses bercerita nya dan terbukti beberapa teman ku tidak sabar dan meninggalkan film ini sebelum selesai tapi bagi yg bersabar (kaya saya mas, hehehe) bakal merasakan sensasi yg wah... Ouwh ya mas, Klo boleh tau film eropa semisal prancis dan skandinavia, apa aja ya judulnya???
DeleteWah, terlalu sempit dong, substance terus hasil akhir. Coba diperluas , biar lebih berwarna. :) Hello Ghost pernah, dan mungkin akan hadir bulan ini sebagai bagian fitur baru. Bagus kok Hello Ghost, twistnya juga keren. Film Perancis dan Scandinavia silahkan di goolge aja ya, banyak yang bagus, atau coba lihat di bagian tags di sudut kanan bawah.
DeleteSebenernya maksudku bukan terpatok hanya pada subtance saja ror... Pada hasil akhir pun aku seneng... Kebanyakan film favorit ku klo tida mengacu pada subtance nya, ya mengacu pada hasil akhirnya seperti film "oldboy" Contohnya (film dengan ending paling mengejutkan yg pernah di buat) atau klo film indonesia nya sih "pintu terlarang" (Ga nyangka film indo punya film ini)
DeleteAku pengen tau film favorit nya rory deh dari segi subtance atau hasil akhirnya???
Saya tidak mengatakan hanya substance dan hasil akhir itu salah kok, hanya saran saja supaya diperluas tanpa ada niat memaksakan, karena cara setiap orang menikmati film kan berbeda. :)
DeleteSaya penggemar lee ji hoon, mau cari review filmnya yg berjudul Bleak Night. alurnya cukup membingungkan. Bleak night salah satu film indie korea. Request sekalian Pluto, film indie korea terbaru yg saya tonton ehehe. Trims
ReplyDeleteWah, Bleak Night juga ada yang request dulu di review The Flu.
DeleteAwal oktober ya, nanti ditambahin ke fitur baru.
Kalau Pluto sudah nonton di KFF tahun lalu, tapi memang ngak di review. :)