Shaun (Thomas Turgoose),
tinggal bersama ibunya Cynthia (Jo Hartley), setelah kehilangan ayahnya yang
tewas setelah ikut serta dalam perang Falklands setahun yang lalu. Shaun masih
dihantui memori bersama ayahnya, yang membuat dia lebih senang menyendiri. Hal
Ini menjadikan ketika ia diganggu sekelompok anak jahil disekolahnya, ia
melawan. Dalam perjalanan pulang, Shaun bertemu kelompok skinhead, dengan
pemimpin bernama Woody (Joseph Gilgun), yang anehnya memberikan perhatian yang
lebih kepada Shaun. Merasa cocok dengan teman barunya, Shaun memutuskan berubah
menjadi skinhead.
Apa yang didapatkan Shaun dari
kelompok barunya ini tidak seperti tampilan mereka yang sangar dan brutal,
justru mereka adalah kelompok yang sangat baik. Namun itu berubah sejak
kemunculan Combo (Stephen Graham), yang baru saja keluar dari penjara. Combo
merupakan pribadi yang sangat mencintai negerinya. Dampak perang Falklands yang
masih terasa ditahun 1983, menjadikan Combo mengajak kelompok yang dipimpin
Woody untuk membalas perlakuan pemerintah yang menurutnya sangat lembek. Combo
ingin melakukan pemberontakan, mengembalikan harga diri negaranya yang telah
dirusak oleh pemerintah, dan menunjukkan Inggris yang sebenarnya. Pengaruh
Combo ternyata cukup kuat, menjadikan kelompok ini terpecah menjadi dua.
Ditulis serta disutradarai oleh
Shane Meadows, anda akan mendapatkan 101 menit tontonan dengan naskah yang
sangat baik. Dialog frontal yang diberikan kepada masing-masing karakter,
berpadu dengan sedikit rasisme yang memang kental pada saat itu, ditambah
cinematography yang tepat, menjadikan nuansa yang tercipta selayaknya tahun
80-an. Alur cerita juga sangat mengalir, terkait satu dengan yang lain. Unsur
humor yang diselipkan bagi saya sangat efektif, salah satu favorit saya adalah
“dua menit” yang digunakan oleh Combo.
Yap, keberhasilan Shane dibalik
layar dibantu oleh jajaran cast yang bermain dengan baik, terutama Thomas dan
Graham. Di debut perdananya, Thomas Turgoose memberikan performa yang sangat
baik. Performa yang Thomas berikan menjadikan karakter Shaun memiliki daya
tarik tersendiri, pendiam yang masih mudah terpengaruh, namun bisa buas ketika
diserang. Dan Stephen Graham, yang dengan karakter Combo-nya memberikan nuansa
brutal kedalam cerita. Kinerja yang Graham berikan membuat karisma dari sosok
Combo benar-benar kuat, dan dengan dialog yang ia tampilkan menjadikan saya
ikut rasa kebenciannya terhadap pemerintahan.
Overall, This Is England
merupakan film yang sangat menghibur. Nuansa pemberontakan yang Shane ciptakan
sangat berhasil menjadikan saya ikut merasakan kondisi saat itu. Kuncinya
mungkin siaran radio yang membahas mengenai Margaret Thatcher, perdana menteri
Inggris saat itu. Yang menjadikan film ini semakin menarik adalah bagaimana
Shane memadukan masing-masing cerita sehingga tetap memiliki power yang sama
kuatnya. Dari cerita tentang pencarian jati diri dari seorang anak berusia 11
tahun, sebuah rencana pemberontakan yang disusun oleh seorang mantan
narapidana, dibantu dengan sedikit permasalahan rasis dan percintaan, terbalut
dengan indah dengan penggambaran Inggris ditahun 80-an yang sangat baik, dari
latar, musik, hingga kostum. Ini memang bukan film dengan cerita seseorang yang
mengemban misi sejak awal, dan harus diakhiri dengan sukses atau gagal. This is
England adalah satu kesatuan yang menggambarkan situasi yang dialami karakter
setelah perang Falklands. Penyampaian pesan juga berhasil, dari rasa
nasionalisme yang seharusnya memang tertanam didalam setiap individu,
mendapatkan rasa nyaman yang jauh lebih besar dari yang anda dapatkan ketika
berada di zona nyaman, dan yang terpenting, puppy bisa berubah menjadi monster,
dan monster pun bisa berubah menjadi puppy.
Score: 8,25/10
0 komentar :
Post a Comment