Tahun 1910, Raoul (Gad
Elmaleh), seorang pria ceroboh yang berprofesi sebagai delivery man, sangat
tertarik untuk menciptakan suatu penemuan. Bersama temannya, Emile (Sébastien
Desjours), seorang proyeksionis bioskop, Raoul pergi ke sebuah laboratorium
yang berisi berbagai macam tumbuhan. Raoul mulai mencoba mencampur beberapa
ramuan, dan berhasil mengubah sebuah biji menjadi satu pohon yang sangat besar
dalam sekejap. Sayangnya ramuan itu mengenai seekor serangga, yang kabur menuju
kota Paris.
Semua warga mulai dihantui rasa
was-was setelah mendengar berita tentang keberadaan seekor monster. Ini
dimanfaatkan oleh Le préfet Maynott (François Cluzet), untuk meraih perhatian
penduduk kota. Maynott memerintahkan anak buahnya untuk menangkap serangga itu.
Namun upaya itu mendapat perlawanan dari Lucille (Vanessa Paradis), seorang
penyanyi yang mendapati Francoeur (nama yang diberikan oleh Lucille untuk
serangga itu), ternyata tidak seperti yang banyak orang pikirkan. Ini ditambah
dengan kemampuan Francoeur dalam bidang musik.
Film animasi ini berada dibawah
kendali Bibo Bergeron, yang sebelumnya pernah menangani Shark Tale. Ceritanya
sebenarnya sedikit aneh, seekor serangga, yang bisa bernyanyi dan bermain
music, tapi tidak bisa berbicara. Namun batas yang diciptakan tersebut
menjadikan cerita tidak terkesan dipaksakan. Karakter yang diciptakan juga
menyenangkan, begitu pula hubungan antar karakter tersebut, meskipun beberapa
karakter awal kurang berkembang.
Permainan warna yang baik dari
siang hingga malam, dibantu dengan musik yang sangat renyah, membantu cerita
terus mengalir. Ini semakin dibantu dengan jalan cerita yang dibumbui dengan
romansa ala prancis, menjadi pembeda yang signifikan. Para pengisi suara juga
bekerja dengan apik, terutama untuk tiga karakter utama, Gad Elmaleh, François
Cluzet, dan Vanessa Paradis.
Overall, A Monster in Paris
diluar ekpektasi awal saya, film yang indah. Plotnya memang terkesan aneh,
namun jalan ceritanya tidak terlalu dipaksa secara berlebihan, dan masih logis.
Penggunaan music yang tepat membantu saya mengusir rasa bosan akibat eksekusi
humor atau candaan yang terasa kurang bertenaga, dan garing, mungkin hanya satu
dari lima yang berhasil. Cerita yang terasa lambat diawal film, sedikit
kedodoran dibagian akhir, dan pemilihan ending yang salah, dimana scene
terakhir menurut saya sangat tidak perlu dan terkesan dipaksakan, menambah
nilai minus film ini. Dan, 3D, worthless. Diluar itu, film ini sangat
menghibur. Cerita yang menarik, detail yang baik, dari mobil canggih yang belum
sempurna, sampai adegan kejar-kejaran yang simple dan menghibur, ditambah music
yang selalu mengajak anda untuk setidaknya menggoyangkan ujung kaki anda.
Score: 7/10
0 komentar :
Post a Comment