Pada tahun 1763, Leopold Mozart (Marc Barbé) bersama Istrinya
Anna-Maria Mozart (Delphine Chuillot) dan kedua anak mereka Nannerl Mozart
(Marie Féret) dan Wolfgang Mozart (David Moreau) berkeliling Eropa dengan
tujuan utama memperkenalkan bakat musik dari Nannerl dan Wolfgang. Nannerl,
remaja berusia 14 tahun yang merupakan kakak perempuan dari Wolfgang Mozart,
yang berusia 4.5 tahun lebih muda. Mereka berdua memiliki bakat yang sangat
memukau di bidang music, Wolfgang pada biola, dan Nannerl di piano. Nannerl
yang pada kenyataannya memiliki bakat yang mungkin lebih besar ketimbang
Wolfgang, dilarang oleh ayahnya untuk memainkan biola, dengan alasan biola
tidak cocok dimainkan oleh wanita. Nannerl mencoba lepas, namun ternyata gagal.
Premis dari film ini adalah tentang bagaimana permasalahan
gender yang masih melekat erat pada sosok Leopold Mozart akhirnya mengubur
bakat besar yang dimiliki oleh anak perempuannya Nannerl Mozart. Leopold lebih menaruh ambisi yang sangat
besar terhadap Wolfgang ketimbang
Nannerl. Nannerl seolah hanya menjadi pelengkap dari pertunjukan keliling eropa
mereka. Padahal telenta yang dimiliki Nannerl tidak kalah hebat, dimana ia bisa
bermain piano, biola, dan memiliki suara yang indah. Bahkan ada beberapa lagu
yang ditulis oleh Nannerl. Saya sendiri yakin, tanpa Leopold, Wolfgang mungkin
tidak akan menjadi legenda seperti sekarang ini.
Tokoh utama Nannerl Mozart di mainkan dengan apik oleh Marie
Féret. Marie Féret sendiri adalah anak perempuan dari sang sutradara René
Féret. Marie menghidupkan sosok Nannerl, wanita yang memiliki ambisi namun
sangat mencintai keluarganya. Mungkin tidak banyak dialog yang menonjol, namun
ekpresi wajah dari Marie berhasil membuat saya membayangkan sosok asli dari
Nannerl Mozart. Marc Barbé juga bermain dengan baik, dimana sosok ayah yang
masih berpegang teguh dengan aturan gender, tetap menjalankan rencananya
meskipun sebenarnya ia sendiri tahu Nannerl juga memiliki bakat yang besar.
Clovis Fouin dengan karakter Le Dauphin, pangeran muda dengan
status duda, yang sempat membuat Nannerl jatuh hati, yang merupakan saudara
dari Louise de France, anak perempuan dari Louis XV yang Nannerl kenal diawal
cerita, berhasil memberikan sedikit warna. Pemeran Louise, Lisa Féret, anak perempuan dari sang sutradara. Sedangkan
pemeran lain menurut saya kurang menonjol, termasuk Delphine Chuillot yang
berperan sebagai Anna-Maria Mozart.
Plot dari cerita saya rasa sangat baik. Keterkaitan cerita
satu dengan yang lain mudah dimengerti. Sedangkan alur cukup baik, dimana ada
scene yang terasa sangat-sangat lambat, hampir membuat saya bosan. Namun premis
yang sejak awal mengundang rasa ingin tahu membuat saya bertahan hingga akhir
film. Keputusan yang diambil René Féret untuk memakai anaknya sebagai pemeran
utama dalam film ini menurut saya sangat berhasil. Diluar dugaan saya, Marie
Féret yang sebelumnya hanya bermain di dua film berhasil memerankan Nannerl
Mozart dengan baik. Dialog yang René Féret ciptakan juga sangat baik, seolah
tanpa banyak basa-basi. Begitu pula dengan kostum yang detail namun tidak
berlebihan. Sedangkan dari sisi music sendiri sangat baik, alunan merdu dan
halus, seolah mengendalikan emosi para penonton.
Overall, Mozart's Sister adalah film yang menyenangkan. Premis awal yang sejak
awal sudah saya antisipasi akan membosankan
ternyata tidak begitu dominan. Rasa penasaran akan cerita tentang perjuangan
Nannerl mengejar ambisinya akan terus membuat anda terjaga. Ini didukung dengan
alunan musik yang sangat indah sepanjang film. Film dengan kisah yang
menyedihkan ini berhasil menunjukkan pada saya, bagaimana di masa lalu
permasalahan gender dapat membuat perbedaan bagi dua orang dengan kemampuan
yang sama.
Score: 7,5/10
0 komentar :
Post a Comment